BAB 7 [Ruang Sidang dan Opini Sesat]

28.8K 2.6K 572
                                    

Absen dulu yang udah tekan tombol bintang!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Absen dulu yang udah tekan tombol bintang!

Terima kasih!

Sejak motor Kahfi memasuki area kantor, keadaan di sekeliling langsung berubah ricuh. Entah para satpam yang langsung melemparkan godaan, karyawan-karyawan di lobby yang tersenyum-senyum heboh, bahkan sampai para cleaning service yang ikut-ikutan memberi senyum sumringah. Seolah topik pernikahan mereka masih hangat dan menjadi trending nomor satu gosip pagi di kantor.

Kahfi baru saja memarkirkan motor, tapi seolah pandangan setiap orang tak henti tertuju padanya dan Yumna. Membuat Kahfi melepas helm-nya dengan raut malu. Begitu juga dengan Yumna yang tak kalah malu. Keduanya hanya saling melempar pandangan bingung saat pegawai-pegawai di sekeliling mereka terus menaruh perhatian.

"Masuk sekarang?" Kahfi masih tak mau mendongak. Masih sibuk mengamati motornya yang padahal sudah rapi sejak tadi. Sumpah, rasanya dia masih malu menjadi pusat perhatian di kantor sebesar ini. Padahal dulu dia dan Yumna sering membuat keributan di sini, tapi entah kenapa sekarang malah makin malu saja.

Yumna hanya diam. Segera meremas lembut kemeja yang dipakai Kahfi. Lalu berjalan mengikuti saat Kahfi memutuskan bergerak lebih dulu. Sampai mereka masuk pun, para mata-mata tak henti mencuri pandang ke arah mereka.

"Akhirnya dateng juga si pengantin baru ini."

"Hancur hati gue! Hancur lihat Mas Kahfi sama Mbak Yumna!"

"Duh, Mbak Yumna sama Mas Kahfi bikin iri aja, deh!"

"Apalah gue yang udah seperempat abad tapi masih belum menemukan jodoh!"

"Iya, nih, iri banget sama mereka yang masih muda gitu! Tapi udah halal aja. Gue kapan dihalalin juga?"

"Mau juga dapet suami kayak Mas Kahfi!"

"Yah... Padahal Pak Sultan kan harusnya jadi mertua gue, ya. Mbak Yumna ini kok tega, nggak pernah balas chat gue dulu!"

Tak sedikit juga yang memberi ucapan seperti,

"Ih, Mas Kahfi dan Mbak Yumna! Selamat, ya, duh maaf kemarin nggak dateng."

"Mas Kahfi gimana? Lancar?"

"Mas Kahfi sama Mbak Yumna cepet dapet momongan, ya?"

"Iya, Mas, Mbak, biar Pak Sultan seneng! Pahala lho kalau bikin orang tua seneng!"

Dan setelah berhasil melewati setiap gerombolan dari masing-masing lantai, akhirnya divisi Biro Keuangan itu tampak juga. Rasanya Kahfi dan Yumna harus melewati berpuluh-puluh kilometer hanya untuk sampai menuju pintu kaca itu. Meski sedikit kesal, tapi baik Kahfi dan Yumna hanya melewatinya dengan senyum setiap mendengar pertanyaan maupun pernyataan gemas yang dilontarkan dari berbagai divisi. Terutama ketika sampai di ruang fotokopian. Seperti biasa, Usman dan Indro mangkal di sana.

Kahfi dan Yumna 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang