BAB 34 [Kayu Manis atau Pahit? (Bagian I)]

22.2K 1.8K 240
                                    

Sejak tadi Yumna sibuk bolak-balik di dalam kamar menggunakan baju barunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
Sejak tadi Yumna sibuk bolak-balik di dalam kamar menggunakan baju barunya. Sesekali dia akan berhenti di depan cermin dan berputar-putar menatap pantulan dirinya. Baju barunya bagus sekali. Apalagi yang memilihkan Kahfi. Jadi, Yumna akan memakainya untuk acara makan malam ini.

"Yumna cantik nggak, sih?" Yumna masih mematut diri sambil melirik Kahfi yang sibuk sendiri di kasur. "Dari tadi lihatin dompet terus kenapa?"

Kahfi mendongak kaget. "Eh, kenapa?"

"Kamu, tuh. Bengong lagi. Bengong lagi. Dari kemarin bengong aja kerjaannya." Yumna terkekeh kecil. "Terus itu lihatin dompet mulu. Hehehe. Pasti uangnya banyak, ya? Takut ilang jadinya dicek terus."

Kahfi hanya memaksakan tawa. Boro-boro uangnya banyak. Ludes mah iya. Bisa saja Yumna ini kalau sedang banyak maunya.

"Mas, Yumna pake bajunya lho ini. Bagus nggak?"

Mau tak mau Kahfi tersenyum tulus. "Iya, bagus. Cantik."

"Yumna mau pake ini buat makan malam. Terus Yumna mau pamer ke Papa kalau Yumna dibeliin baju baru sama kamu," Kahfi semakin tersenyum mendengar celotehannya. Yumna segera meraih tangan Kahfi. "Ayo bangun, kamu juga siap-siap. Bentar lagi, kan, mau dimulai acaranya."

"Iya, iya, bentar lagi. Masih mager."

"Tapi ini bentar lagi jam delapan, lho. Harus siap-siap dari sekarang."

Kahfi menghela napas panjang. Segera bangkit meraih jas putih santai yang sejak tadi disiapkan Yumna di atas meja. Entah kenapa sejak tadi Kahfi malas beranjak dari kasur hangatnya. Rasanya seharian ingin berleha-leha di dalam kamar. Tapi, mengingat janji makan malam dengan mertuanya malam ini membuat Kahfi mau tak mau harus pergi.

Satu jam kemudian mobil yang dikendarai Kahfi sampai di area parkir luas sebuah restoran. Hendra yang duduk di kursi sampingnya hanya bisa berdecak kagum melihat keramaian. Sebenarnya besan mereka ini mau mengadakan makan malam atau malah mengadakan pesta besar-besaran? Entahlah, mereka hanya diundang, jadi mengikut saja apa kata Sultan.

"Wah, Yum, ini restoran baru, ya? Unik banget. Bentuknya joglo kayak rumah kita. Bikin de javu. Bunda baru lihat ini, lho. Jarang banget soalnya kalau di sini."

Yumna meringis di sebelah Henita. Kepalanya bergerak maju mengamati restoran yang berdiri tegak dibalik jendela. Bangunannya tampak masih baru dan kokoh. Dekorasinya juga terlihat masih fresh. Sementara area parkir kini ramai karena mobil-mobil sudah terparkir rapi di sana.

"Yumna juga kurang tahu, Bun."

Henita mendorong-dorong jok tempat Hendra duduk. "Yah, bagus banget restorannya. Bunda jarang, deh, diajakin dinner romantis. Sekali-kali bolehlah."

Hendra berdecak sebal. "Halah, nggak usah kampungan, deh, Bun. Ayah udah sering ajak, kok."

"Hish, berdua maksudnya, Yah. Bukan sekeluarga. Ih, yang romantis dikit kenapa, sih?" Henita beralih menyenggol pundak Kahfi yang masih sibuk dengan setir. "Mas Fi harus jadi suami yang lebih romantis loh, ya. Jangan kayak Ayah, deh, malesin. Nggak ada sweet-sweetnya sama sekali."

Kahfi dan Yumna 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang