BAB 49 [Aku Baik-Baik Saja! Kamu Pasti Bisa!]

22K 2.2K 306
                                    

Di bulan puasa ini, sebelumnya, aku mau minta maaf kepada kalian semua, apabila ada salah2 kata selama aku menulis cerita ini, dan mungkin kadang tanpa sengaja aku membuat kalian kesal atau apa, tolong dimaafkan yaa kesalahanku itu, semoga lebih b...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di bulan puasa ini, sebelumnya, aku mau minta maaf kepada kalian semua, apabila ada salah2 kata selama aku menulis cerita ini, dan mungkin kadang tanpa sengaja aku membuat kalian kesal atau apa, tolong dimaafkan yaa kesalahanku itu, semoga lebih baik ke depannya, maaf kalau banyak kekurangan

Dan selamat menjalankan ibadah puasa 1441 H

Semoga selalu diberi kesehatan dan kelancaran
.
.
.
.
.
.

Semoga selalu diberi kesehatan dan kelancaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi, bener besok kamu mau pergi?"

Suara Yumna tertahan oleh isak tangis. Sekarang dirinya dan Kahfi berada di kamar mandi, tengah memandikan Rayyan bersama. Suara bunyi kecipak air terdengar terus menerus. Bersamaan dengan wangi aroma sabun bayi yang manis menguar ke seluruh ruangan. Rayyan di dalam boks, sedikit-sedikit mengerjap merasakan basuhan air hangat di tubuhnya. Dan Kahfi setia di sana, memegangi tubuh Rayyan, menyangga kepalanya dengan lembut. Sementara tangan lainnya terus membasuh tubuh Rayyan.

"Abang, kakinya diangkat bentar, ya, Nak?" Kahfi menggosok pelan-pelan, sesekali mengguyur air, tangisan Rayyan langsung terdengar. "Aduh, Abang, maaf ya, Nak. Ayah nggak sengaja. Bentar, ya, bersihin dulu. Bentar aja, kok."

Rayyan kembali menangis.

"Abang, jagoannya Ayah. Cup... cup..." Kahfi menyampirkan handuk kecil di tangannya, mengangkut Rayyan, lalu menghandukinya perlahan. "Udah, kok, Nak. Udah selesei mandinya. Yuk, ganti baju."

Kahfi memeluk Rayyan yang masih dibalut handuk. Tangannya yang lain bermaksud membereskan air bekas bak, tapi tidak sampai. Matanya melirik Yumna. "Dek, tolong itu—"

Dan Yumna masih terisak sambil berjongkok di samping bak.

Kahfi hanya menghela napas panjang. "Ya Allah, Dek, kenapa, sih? Itu airnya beresin dulu."

Yumna mendongak dan kembali terisak. "Kamu bakal pergi. Yumna sendiri sama Adek. Huhuu... Yumna sedih," isaknya lagi.

Kahfi berdecak segera menyingkir dari kamar mandi sambil menggendong Rayyan. Yumna menyusul tak lama kemudian. Mukanya masih sembab dan murung. Sejak semalaman Yumna terus menangisinya yang akan segera terjun untuk melaksanakan KKN di daerah Madura.

Kahfi dan Yumna 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang