BAB 18 [Kericuhan Jalanan]

23.5K 2.1K 306
                                    

Apa ada yang menunggu update malem ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa ada yang menunggu update malem ini?

Jangan lupa klik bintang, ya

Rasanya malas sekali bagi Yumna memulai pagi pertama di kampus setelah semua kekacauan yang dibuat Lucky dan Mama. Gara-gara mereka membuat masalah terus menerus yang membuat kepalanya nyaris meledak, Yumna hampir lupa mengisi KRS. Keesokan harinya kelas Manajemen sudah hampir habis. Yumna menangis seharian karena hampir saja terlempar ke kelas Akuntansi yang begitu asing. Gawat kalau sampai kuis dan dia tidak punya kenalan siapapun. IPK-nya semester kemarin kata Miko sudah mendekati kata hancur, bagaimana nasibnya di semester depan?

Terima kasih pada Bika yang kebetulan sedang berada di kampus dan mau meminta tambahan kuota pada bagian akademik. Sehingga ada kuota tambahan sebanyak lima biji. Heran, siapa yang berani mengambil kuota di kelasnya? Pasti para senior yang betah kuliah berlama-lama.

Yumna menggigit bibir sebal. Setelah selesai menyetrika kemeja dan celana Kahfi, dia kembali melempar diri di kasur. Andai saja dia punya mesin waktu, rasanya Yumna ingin cepat-cepat lulus. Atau kalau perlu dia tidak usah kuliah saja. Tidak ada gunanya karena nilainya pas-pasan. Berbeda dengan Bika yang lumayan pintar. Yumna iri dengan otak Bika itu. Padahal setiap hari bahasan mereka tak jauh beda. Masih seputar skincare, oppa-oppa Korea, dan manusia ganteng di berbagai belahan bumi ini. Tapi kenapa Bika lebih piawai dalam membagi kapasitas otak antara dunia nyata dan halu daripada dirinya? Nilainya masih tetap bagus meskipun kerjaannya setiap hari hanya menonton drama Korea, ck.

"Kok nggak siap-siap?" ketus Kahfi melihat Yumna yang malah tiduran memeluk Totto besarnya itu.

"Males."

"Apa?" nada suara Kahfi meninggi. "Kalau males buat apa Mas susah-susah bayar kuliah kamu? Nggak ada gunanya, dong."

Yumna memanyunkan bibir. Akhirnya dengan langkah tersendat-sendat menyambar handuk menuju kamar mandi. Setengah jam kemudian Yumna sudah siap menggunakan kemeja kotak-kotak kebesaran berwarna abu dipadukan jeans hitam. Masih dengan tas super kecilnya yang membuat Kahfi menahan decakan dari jauh.

"Inget, ya, kamu mau kuliah, Dek. Bukan mau main."

"Yang bilang mau main siapa?" Yumna mendengus. "Masih hari pertama ya belum ada bukunya, Mas. Bawa alat tulis secukupnya udah cukup."

"Ya, paling enggak bawa buku atau binder juga. Buat nulis-nulis gitu, kan."

"Hah, ya udah, deh. Yumna ganti tas." Yumna mendengus lagi. "Yah, tapi tas Yumna cuma ini."

Kahfi menghela nafas pasrah. Menghentikan kegiatannya mengikat tali sepatu. Lalu sibuk membongkar almari mencari koleksi tasnya yang lama. Akhirnya ketemu juga tas yang dulu pernah dipinjamkannya pada Yumna.

"Nih, pake yang ini dulu. Nanti pulang mampir beli tas buat kamu."

Yumna tersenyum manis memeluk tas milik Kahfi. "Eh, ini kan yang dulu Yumna pake. Hehe. Nggak usah, pake ini terus aja. Berarti ini buat Yumna, kan? Makasih, ya."

Kahfi dan Yumna 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang