❣️ 3

157K 6.1K 51
                                    

Selamat Membaca!

Saat ini Maura tengah menatap Ayyara yang tengah mengganti seragamnya di toilet. Karena mereka sama-sama perempuan jadi tidak ada rasa malu ataupun canggung.

"Ck! Untung muat." ucap Ayyara lega lalu memandang heran ke arah Maura yang terus saja menatapnya tak berkedip.

"Maura!" teriak Ayyara kencang hingga mengagetkan Maura.

"Ih apaan sih Ayy." Gerutu Maura kesal lalu mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Pagi ini Maura memang terlihat tak semangat membuat Ayyara heran sendiri akan sikap sahabatnya itu.

"Lo ada masalah?" Tanya Ayyara khawatir, pasalnya tidak biasanya sahabatnya itu terlihat murung.

"Gue bingung Ayy." Adu Maura membuat Ayyara mengernyit heran.

"Bingung? Bingung kenapa?"

"Lo tahu kan kalau rumah daddy gue itu besar banget?"tanya Maura menatap wajah Ayyara yang serius mendengarkannya.

"Hooh, terus?" Tanya Ayyara.

"Terus daddy juga sering banget nggak di rumah." Adu Maura membuat Ayyara bingung, apa hubungannya antara rumah besar dengan daddynya Maura yang jarang pulang?

"Loe mau ngomong apa sih Ra, bingung gue jadinya" ungkap Ayyara membuat Maura menatapnya serius.

"Gue kesepian Ayy, kesepian banget. Apalagi kalau daddy nggak pulang. Huuh..gue kepingin deh ada teman dirumah" ucap Maura dengan nada sesedih mungkin, kali aja sahabatnya itu peka lalu menawarkan dirinya untuk menamaninya dirumah.

"Lah loe minta aja daddy lo nikah lagi." saran Ayyara membuat Maura bersorak.

"Tapi sama Lo ya? Mau ya?" Tanya Maura cepat namun Ayyara malah menggeleng membuat Maura kecewa.

"Lagian daddy lo kan punya banyak pacar Ra. Ngapa jadi gue sih yang kena?" dengus Ayyara sebal, pasalnya bukan cuma sekali ini saja sahabatnya itu membahas tentang dirinya yang menjadi istri om Arvind.

"Kan gue akrabnya Cuma sama lo doang." adu Maura dengan mata berkaca-kaca membuat Ayyara buru-buru mengungkapkan kalimat-kalimat menghibur.

"Eh jangan nangis dong, Ra. Nanti gue temenin deh." Tawar Ayyara membuat Maura langsung mengangguk.

"Lo pindah ke rumah gue ya? Please?" Pinta Maura serius disertai dengan raut wajah menyedihkan membuat Ayyara mau tak mau menganggukkan kepalanya.

"Tapi daddy lo gimana?" Tanya Ayyara tak enak.

"Tenang aja sih, daddy gue malahan senang kalau lo pindah." Ungkap Maura jujur membuat Ayyara meringis, ini sahabatnya bisa banget bercanda.

"Kali aja daddy lo terganggu kan?" Ucap Ayyara sambil berpikir membuat Maura dengan cepat menggeleng.

"Nggak bakal terganggu kok, percaya deh sama gue. Yang ada Daddy malah bersyukur banget." Ucap Maura meyakinkan membuat Ayyara menggeleng pelan.

"Tapi kalau Daddy Lo marah, gue nggak tahu ya."ucap Ayyara pelan.

Maura mengangguk."Iya. Lagian gue yang bakal dimarahin kalau Lo nggak mau pindah." gumam Maura pelan namun masih bisa didengar oleh Ayyara.

"Apa? Lo ngomong apa, Ra?"tanya Ayyara memastikan.

Maura dengan cepat menggeleng."Itu anu em apa ya?"

Ayyara menggeleng pelan."Kenapa lo nggak tinggal sama kakek nenek sih, Ra. Kan enak nggak sendirian lagi kalau Daddy lo pergi."

Maura langsung bergidik ngeri."Bisa mati muda aku, Ayy. Ini saja masalah kagak kelar-kelar."

Ayyara mengernyit."Lo ada masalah apa? Coba cerita ke gue! Siapa tahu kan gue nggak bisa bantu."

"Bisa Ayy. Ini sih Lo bisa bantu asal punya niat dan kemauan."ucap Maura penuh keyakinan.

"Apaan?"

"Nanti juga Lo tahu. Pokoknya nanti pulang sekolah kita langsung ambil barang-barang lo ya di kost" Ajak Maura semangat sedang Ayyara hanya bisa mengangguk pasrah, mau bagaimana lagi ia sudah terlanjur berjanji.

"Ya udah. Ke kelas yuk!" Ajak Ayyara setelah melihat jam tangannya, memang sudah jam masuk kelas membuat Maura mengangguk lalu dengan semangat menggandeng lengan calon mommy tirinya itu. Di tengah jalan menuju kelas, Maura masih sempat mengirim pesan pada daddynya bahwa Ayyara setuju untuk pindah ke rumah mereka. Maura sih yakin, sekarang daddynya pasti sedang berbunga-bunga karena sangat bahagia.

Dan benar saja , apa yang dipikirkan oleh Maura tentang daddynya. Karena Arvind langsung meninggalkan rapatnya setelah menerima pesan dari putrinya. Arvind mengemudikan mobilnya dengan cepat agar dapat segera tiba di rumah. Arvind memarkirkan mobilnya asal di halaman rumah lalu bergegas memasuki rumahnya. Namun ternyata, ada Devi dan Ewie di dalam.

"Udah pulang?" Tanya Ewie yang heran karena baru jam sembilan pagi Putranya itu sudah ada di rumah.

"Ada yang harus Arvind urus, ma." Jawab Arvind sekenanya lalu menduduki sofa di samping Devi, kakaknya.

"Untuk hal itu biar mama dan Devi yang urus, kamu tinggal terima beres." Ucap Ewie yang kemudian melanjutkan memberi petuah-petuah terhadap para pekerja Arvind, tentang apa saja yang harus mereka lakukan jika calon mantunya itu tinggal di sini.

"Dan untuk dekorasi kamar_"

"Untuk itu biar Arvind yang urus, mah." Potong Arvind cepat, karena menurut Arvind hanya dia yang tahu selera Ayyara.

"Kamu pikir Cuma kamu yang tahu kesukaan Ayyara?" Tanya Ewie dengan nada meremehkan membuat Arvind mendengus. Ternyata mamanya itu juga gercep menyelidiki tentang segala hal mengenai Ayyara.

"Kalau begitu, Arvind kembali ke kantor. Untuk urusan rumah, Arvind serahin semuanya sama mama dan kak Devi" Ucap Arvind lalu segera beranjak dari duduknya menuju pintu utama rumah.

"Adikmu banyak berubah ya." ucap Ewie membuat Devi mengangguk.

"Dan ini semua karena Ayyara." Ucap Devi tersenyum manis.

"Mama sungguh berterima kasih pada gadis itu, setidaknya ia merubah Arvind jadi lebih hangat." Puji Ewie sambil tersenyum.

"Mama benar, adikku seperti hidup kembali"

"Benar. Ayo kita selesaikan semuanya. Mama nggak mau gagal dapat mantu." Ucap Ewie semangat yang dengan cepat diangguki oleh Devi.

-Bersambung-


Suamiku Ayah SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang