Selamat Membaca!
Ayyara melenguh dalam tidurnya kemudian matanya perlahan terbuka. Kesadarannya belum datang sepenuhnya namun ia paksa untuk melihat ke arah jam yang ada di dinding.
"Jam lima."kaget Ayyara lalu segera merapikan rambut dan pakaiannya
Tumben sekali, ibunya tidak menggedor pintu kamar. Biasanya ia tidak diperbolehkan tidur hingga jam lima sore, karena harus memasak untuk makan malam. Ayyara melirik sekilas ke samping untuk memastikan bahwa laki-laki dewasa yang tadi tidur di sana memang sudah tidak ada.
Ayyara turun dari tempat tidur lalu melangkah menuju pintu kamar.
Cklek
"Eh calon pengantin sudah bangun."
Ayyara melotot saat melihat seluruh keluarga besarnya berkumpul di rumahnya. Keempat kakak perempuannya beserta suami dan anaknya. Bahkan ada empat saudari ibunya yang memiliki sifat yang sama dengan ibunya, yaitu matre. Ayyara bahkan harus menutup matanya, berusaha berpikir positif bahwa semua ini hanya mimpi.
"Bibi langsung ke sini loh waktu ibu kamu bilang ada laki-laki kaya yang datang melamar kamu."ucap Sintya, bibi pertama Ayyara.
"Iya. Kalau tahu kamu seberuntung ini, bibi pasti bolehin Siyah sekolah di kota juga."ucap Lela, bibi kedua Ayyara.
Tuh kan Ayyara bahkan tidak mau mendengarkan semua perkataan dari keempat bibinya plus suara ibunya yang sedari tadi tidak berhenti membanggakan dirinya. Bahkan keempat kakak-kakaknya yang dulu suka mengadik tirikan dirinya juga ikut nimbrung membicarakan kedekatan mereka sedari kecil.
Ayyara melirik cemas ke arah Arvind yang tengah duduk di samping kakak ipar pertamanya. Laki-laki dewasa itu terlihat santai dan terkesan tidak peduli dengan semua perkataan keluarganya. Bahkan Ayyara kembali meringis malu saat Arvind menatapnya dengan senyum maklum.
"Hai hallo. Eh mommy udah bangun."teriak Maura senang dari arah dapur sambil membawa dua piring kue di tangannya. Gadis itu bahkan sudah seperti bagian dari keluarganya.
"Nih mom, makan kuenya. Ini buatan aku sendiri loh."ucap Maura girang lalu menyodorkan piring kue kehadapan Ayyara.
Ayyara menatap Maura aneh, kenapa juga sahabatnya itu tiba-tiba memanggilnya mommy. Dan yang lebih aneh lagi, kenapa Maura dan daddynya masih disini. Kenapa mereka tidak ikut pulang? Mengingat sedari tadi Ayyara tidak melihat satupun keluarga Maura yang tadi pagi ikut ke rumahnya.
"Kalian nggak pulang?"bisik Ayyara pelan di telinga Maura.
"Nek, Lihat deh mommy, masa aku sama daddy disuruh pulang."adu Maura manja pada Mina, membuat Ayyara mendapatkan tatapan tajam dari ibunya itu.
"Kamu ini gimana Ayy, masa anak sama suami kamu mau disuruh pulang."ucap Mina dengan nada tajam membuat Ayyara lagi-lagi hanya bisa membatu di tempatnya. Sejak kapan sahabatnya itu menyebut ibunya dengan panggilan nenek. Dan sejak kapan Maura menjadi anaknya dan Arvind menjadi suaminya.
Tanpa banyak kata lagi, Ayyara kembali memasuki kamarnya untuk mengambil handuk dan juga baju ganti. Maklum kamar mandi di rumah ini hanya ada satu dan itupun ada di belakang rumah. Ayyara keluar dari kamar dengan handuk dan baju kemudian berjalan pelan menuju belakang rumah. Ia sekarang memerlukan mandi untuk menyegarkan pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Ayah Sahabatku
Любовные романыDikejar duda? Suatu kejadian yang tidak pernah seorang Ayyara Danesya sangka. Apalagi kalau duda itu adalah ayah dari sahabatnya sendiri.