❣️ 8

140K 5.2K 102
                                    

Selamat Membaca!

Ayyara dan Maura segera masuk ke dalam mobil begitu sopir yang menjemput mereka datang.

"Untung bukan om Arvind yang jemput."gumam Ayyara Ayyara pelan namun masih bisa didengar oleh Maura.

"Kenapa emangnya kalau Daddy yang jemput? atau lo takut suka sama daddy gue kalau sering ketemu."tanya Maura dengan nada menggoda.

"Nggak lah."sahut Ayyara cepat.

"Ya terus?"

"Ya gue cuma merasa sedikit aneh kalau dekat sama om Arvind."

Maura mengernyit."Aneh gimana?"

Ayyara menghela napas."Setiap gue dekat sama om Arvind, jantung gue rasanya mau copot."adu Ayyara jujur membuat Maura diam berpikir.

"Lah itu bukannya tanda Lo suka sama Daddy gue ya? Buktinya jantung lo berdetak cepat kan kalau ngelihat daddy."tuduh Maura membuat Ayyara segera membantah.

"Nggak mungkin gue suka sama om Arvind. Aneh banget."

"Lah lo sendiri tadi yang bilang jantung mau copot setiap dekat sama Daddy gue. Lah itu pasti karena suka."ucap Maura penuh keyakinan.

"Au ah, gua nggak tahu."ucap Ayyara kesal.

"Nah sudah dipastikan lo suka sama daddy gue."ucap Maura mengambil kesimpulan.

"Semerdeka lo aja deh, Ra."ucap Ayyara pasrah membuat Maura tersenyum senang.

'Sepertinya rencana hari ini akan berhasil.'batin Maura.

"Eh ini mau ke mana? perasaan bukan jalan pulang ke rumah lo deh, Ra?"tanya Ayyara saat menyadari bahwa jalan yang mereka lewati bukan menuju arah yang benar.

"Ahh gue lupa bilang. Tadi daddy telpon minta kita ke rumah kakek, katanya nenek sakit." Ucap Maura membuat Ayyara melotot, apalagi ini? Kenapa ia yang bukan siapa-siapa jadi bisa ikut kemana-mana.

"Sakit? bukannya kemarin baik-baik aja."tanya Ayyara heran pasalnya kemarin saat mereka bertemu nenek Maura itu baik-baik saja. Tidak ada tanda-tanda sakit.

"Maklum, nenek kan sudah tua. Sudah bau tanah." ucap Maura lancar.

"Hustt! nggak baik ngomong begitu."tegur Ayyara cepat membuat Maura meringis.

"Ya maaf, tapi kan memang benar sudah tua."ucap Maura pelan.

Ayyara menghela napas."Kita perlu beli sesuatu nggak, buah mungkin?"tanya Ayyara membuat Maura menggeleng.

"Nenek itu butuhnya mantu sama cucu laki-laki, bukan buah."ucap maura jujur membuat Ayyara menatap sahabatnya itu.

"Bukannya cucunya sudah lebih sepuluh ya?"tanya Ayyara hati-hati.

Maura mengangguk "Tapi perempuan semua."ucap Maura sedih membuat Ayyara menatap sahabatnya itu dengan pandangan iba, ia tahu betul bagaimana rasanya diintimidasi soal jenis kelamin.

Setelah tiba di rumah, Maura segera mengajak Ayyara untuk masuk. Ayyara kembali dibuat kagum melihat kemewahan rumah keluarga Akalanka, bahkan rumah neneknya jauh lebih besar dari rumah Maura.

Suamiku Ayah SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang