Selamat Membaca!
Sepertinya do'a Ayyara tadi malam tidak terkabul mengingat sekarang ia tengah duduk berdua bersama daddynya Maura. Memang tidak ada pembicaraan diantara mereka, namun justru itu yang membuat Ayyara semakin tak nyaman. Apa ia bilang saja kalau ingin kembali ke kost. Namun rasanya itu tidak mungkin, ia sudah terlanjur pindah dan semua barang-barangnya juga sudah ada di sini.
"Om." Panggil Ayyara pelan.
"Hm.. Apa kau membutuhkan sesuatu?" Tanya Arvind cepat.
Ayyara menggeleng.
"Itu Om, motor aku gimana?" Tanya Ayyara pelan.
"Motor? Oh itu, motornya saya lupa."ucap Arvind tenang membuat Ayyara meringis.
"Begitu ya. Ya sudah."gumam Ayyara pasrah. Itu berarti ia harus pergi naik ojek ke sekolah. Baru pulang nanti ambil motornya di kost.
"Pagi ini, saya yang antar kamu ke sekolah."ucap Arvind.
"Eh?" Kaget Ayyara. "Tidak perlu, om. Aku bisa naik ojek atau angkot."
"Inikan salah saya yang lupa. Sebenarnya bisa saja saya minta sopir antar kamu, tapi dia sudah pergi untuk jemput Maura di rumah mama saya." Ucap Arvind jujur membuat Ayyara mengernyit bingung. Di rumah sebesar ini apa benar cuma ada satu sopir.
"Di rumah ini cuma ada satu sopir, saya biasa pergi sendiri." Jelas Arvind membuat Ayyara mengangguk mengerti.
'Itu berarti aku harus satu mobil lagi dengan om Arvind.'batin Ayyara cemas.
Di dalam mobil, kembali terjadi keheningan. Hingga Arvind mulai bicara
"Bukankah kalian sudah kelas dua belas." Ucap Arvind membuat Ayyara menoleh.
"Iya, om."
"Rencananya mau lanjut kuliah di mana?" Tanya Arvind.
"Belum ada rencana sih, om. Soalnya sekolah di sini juga sudah hampir pas-pasan apalagi harus kuliah." Ucap Ayyara yang secara tak sadar telah mengeluh kepada Daddy sahabatnya.
"Memangnya orang tua kamu kerja apa?"
"Kalau ayah ada usaha tambak ikan, om. Memang tidak besar tapi cukup untuk biaya seluruh keluarga. Kalau bunda cuma ibu rumah tangga biasa."ucap Ayyara yang entah menapa mau menceritakan keluarganya pada Arvind.
"Kalau saudara, punya?" Tanya Arvind lagi.
"Punya om. Ada lima, perempuan semua lagi."ujar Ayyara dengan nada kesal.
"Kenapa memangnya kalau perempuan?"
"Sebenarnya bukan masalah jenis kelaminnya sih om, tapi masalah bunda sama ayah yang kepingin banget punya anak laki-laki, katanya buat nerusin usaha ayah. Tapikan bukan salah kita juga, kalau lahirnya ternyata perempuan."curhat Ayyara yang langsung dimengerti oleh Arvind. Ayyara ternyata sama dengannya, hanya saja ibunya berhasil memiliki anak laki-laki setelah 3 kali melahirkan anak perempuan.
"Saya mengerti, karena kita memiliki orang tua yang sifatnya hampir sama."
"Maksud Om?"tanya Ayyara tak paham.
"Bukan apa-apa, kamu tidak mau keluar?"tanya Arvind membuat wajah Ayyara merona seketika, ternyata mereka sudah sampai di depan gerbang sekolahnya.
"Terima kasih, om."ucap Ayyara pelan lalu keluar dari mobil kemudian berlari sekuat tenaga memasuki gerbang sekolah. Niat Ayyara sekarang hanya ingin mencari Maura, yang katanya kesepian tapi malah meninggalkannya sendirian.
Ayyara masuk ke dalam kelas dan ternyata di sana memang sudah ada Maura.
"Hai sayangku."panggil Maura semangat membuat Ayyara mendengus.
"Ck! Gue marah sama lo." Ucap Ayyara lalu duduk membelakangi Maura.
"Hehe maaf Ayy habisnya jarang-jarang nenek ngajakin nginap. Apalagi kakek lagi pergi, jadi ya kasian nenek tinggal di rumah sebesar itu sendirian."jelas Maura membuat Ayyara mengangguk namun tetap tidak mau menatap Maura.
"Tadi kesini naik apa?"tanya Maura yang langsung membuat Ayyara berbalik menatap sahabatnya itu.
"Gue diantar daddy lo."adu Ayyara membuat Maura tersenyum jahil.
"Diantar daddy? duh gue aja sudah hampir tiga tahun sekolah di sini cuma sekali diantar daddy, itupun gue harus ngemis-ngemis dulu."ucap maura dengan wajah kesal, namun ia sama sekali tidak merasa iri. Lagipula Ayyara adalah calon mommy tirinya.
"Ck! Nyesal gue pindah ke rumah lo. Tahu begini mending gue tetap di kost." Ucap Ayyara kesal.
"Ih kok gitu, janji deh nggak bakal ninggalin lo lagi. Tadi malam kan juga gara-gara nenek yang minta."bujuk Maura membuat Ayyara menatap sahabatnya itu.
"Janji?"
"Janji, Ayy." sahut Maura yakin.
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Ayah Sahabatku
RomanceDikejar duda? Suatu kejadian yang tidak pernah seorang Ayyara Danesya sangka. Apalagi kalau duda itu adalah ayah dari sahabatnya sendiri.