Selamat Membaca!
Ayyara dan Arvind masih pelukan hingga sebuah teriakan membuat keduanya terkejut.
"Jadi kalian pacaran?"teriak Maura keras membuat Ayyara spontan mendorong tubuh Arvind yang masih memeluknya.
"Ck!"decak Arvind tak suka saat pelukannya terlepas. Sedang Ayyara hanya menundukkan malu.
"Sudah Ayy nggak usah malu. Lagian gue dukung kok hubungan lo sama daddy."ucap Maura senang lalu mengambil posisi duduk diantara Ayyara dan Arvind.
"Akhirnya gue punya mommy juga."ucap Maura semangat lalu memeluk tubuh Ayyara dengan erat.
"Ahh Maura peluknya jangan kencang-kencang. Sesak nih uhuk" Ayyara langsung batuk membuat Arvind dengan sigap menarik tubuh Maura agar melepas pelukannya.
"Ih daddy apaan sih?"ucap Maura kesal.
Arvind menatap Maura tajam lalu mengalihkan pandangannya ke arah Ayyara.
"Sayang, apa kau baik-baik saja?"tanya Arvind cemas membuat Maura mendengus sebal.
"Baik gimana dad, lihat dong tangan Maura sakit."adu Maura manja sembari menunjukkan lengannya.
Arvind melirik kesal."Daddy nggak nanya kamu, daddy nanya sama Ayyara."ucap Arvind membuat Maura melongo. Bukannya kata sayang, biasanya untuk dirinya ya? Sedang Ayyara hanya bisa menyembunyikan wajahnya yang mulai memerah. Jadi panggilan sayang tadi untuk dirinya?
"Ih daddy, Maura berasa jadi anak tiri."ucap Maura kesal lalu memeluk tubuh Ayyara lembut.
"Lihat dong Mom, masa daddy begitu sama anak sendiri."adu Maura pada Ayyara. Iya berharap dapat pembelaan.
"Om nggak boleh begitu sama Maura."ucap Ayyara membuat Arvind mengernyit bingung .
"Begitu gimana sayang?"tanya Arvind dengan senyum jahil membuat Ayyara memalingkan wajahnya karena malu.
"Aa cieeee, mending mommy sama daddy cepat-cepat nikah. Biar Maura bisa cepat punya adik tuyul."ucap Maura yang ikut menggoda sahabatnya membuat Ayyara melotot tak terima. Enak saja anaknya disebut tuyul.
"Sudah ah. Mau pulang."Rajuk Ayyara membuat ayah dan anak itu terkekeh geli.
"Duh mommy sudah nggak sabar mau pulang ya? Mau bikin baby tuyul."ucap Maura antusias membuat Arvind lagi-lagi terkekeh geli sedang Ayyara hanya menahan napasnya kesal.
"Siapa bilang? Gue kan mau pulang ke kost."ucap Ayyara kesal lalu dengan cepat beranjak dari duduknya membuat Maura dan Arvind gelabakan.
"Eh Ayy kok gitu? Jangan pulang ke kost dong. Ahh nggak asik banget sih lo. Gua sama daddy kan cuma bercanda."rengek Maura sambil menahan lengan Ayyara.
Ayyara hanya diam dan berusaha melepas tangan Maura dari lengannya.
"Ayy maaf. Beneran cuma bercanda kok."ucap Maura memelas.
"Lepas Maura! Gue mau pulang."ucap Ayyara kesal.
Maura menggeleng."Dad, gimana nih?"tanya Maura pada daddynya membuat Arvind menghela napas lalu berdiri.
"Kita pulang bersama."ucap Arvind pada Ayyara.
"Nggak mau. Saya mau pulang ke kost."ucap Ayyara.
"Maura kamu pulang duluan sama sopir."titah Arvind tegas lalu menarik lengan Ayyara untuk mengikutinya.
"Om mau bawa saya ke mana?"tanya Ayyara marah.
"Nanti juga kamu tahu."sahut Arvind
"Ih nggak mau. Maura tolongin!"rengek Ayyara menatap Maura. Sedang yang ditatap langsung menundukkan wajahnya menatap karpet.
"Nih karpet kotor banget. Harus dicuci."gumam Maura membuat Ayyara menghela napas kesal.
Di dalam mobil, Ayyara hanya duduk diam sambil menatap jalanan. Namun begitu melihat jalan yang mereka lewati terasa asing, Ayyara segera melihat ke arah Arvind dengan panik.
"Ini di mana om?"tanya Ayyara. Ia masih begitu khawatir dan takut jika harus pergi berdua dengan daddynya Maura.
"Pantai."jawab Arvind singkat.
"Pantai? Om ini udah sore."ucap Ayyara kesal.
Arvind tersenyum, gadisnya sudah berani menunjukkan rasa kesalnya ternyata.
"Saya tahu."jawab Arvind singkat.
"Om sudah tahu tapi tetap ngajak ke pantai? Mana aku masih pakai seragam."gerutu Ayyara diakhir perkataannya.
Arvind lagi-lagi tersenyum."Kamu liat ke belakang!"ucap Arvind yang langsung dituruti oleh Ayyara.
Ayyara melongo melihat banyaknya paper bag dan juga ada selimut serta bantal kecil disana. Namun yang lebih mengherankan adalah sebuah gitar yang berada di samping keranjang besar yang entah apa isinya.
"Untuk apa itu semua om?"tanya Ayyara heran, ia sudah mengalihkan wajahnya menatap Arvind.
"Baju kamu sudah saya siapin dan_"
"Saya tanya untuk apa ini semua om? Om mau pindah ke pantai?"tanya Ayyara polos membuat Arvind terkekeh.
"Kita camping di pantai, anggap saja sebagai kencan pertama kita."ucap Arvind tanpa rasa bersalah.
"Tapikan besok aku sekolah, om."ucap Ayyara gemas.
"Ada Maura yang akan mengurus mengenai ijin di sekolah."ucap Arvind membuat Ayyara berdecak. Sudah ia duga, bagaimana mungkin Maura tidak tahu apapun tentang rencana daddynya.
"Tapi Om_"
"Dan ya, ganti panggilan kamu Ayyara. Jangan panggil saya om lagi."ucap Arvind tegas membuat Ayyara menggeleng.
"Kalau bukan om terus siapa lagi? Lagian om kan memang daddy sahabat aku."tolak Ayyara halus membuat Arvind meradang, kenapa juga dia harus memiliki anak yang seumuran dengan Ayyara.
"Tapi saya itu calon suami kamu."ucap Arvind.
"Baru calon suami om bukan suami. Lagian canggung kalau aku panggil om kakak atau apapun, usia om kan jauh di atas aku."lagi-lagi Ayyara menunjukkan penolakan membuat Arvind geram.
"Panggil saya mas!"titah Arvind tegas.
"Tap_"
"Saya tidak menerima penolakan."
"Iya terserah om saja."ucap Ayyara pasrah membuat Arvind melotot tajam.
"Iya mas, maaf."
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Ayah Sahabatku
RomansaDikejar duda? Suatu kejadian yang tidak pernah seorang Ayyara Danesya sangka. Apalagi kalau duda itu adalah ayah dari sahabatnya sendiri.