❣️ 16

110K 4.2K 87
                                    

Selamat Membaca!

Maura melangkahkan kakinya memasuki rumah sambil menenteng tas dengan gaya malas. Sekarang, pulang sekolah adalah hal yang paling dibenci oleh Maura. Mengingat ada tante pengganggu yang sekarang tinggal di rumahnya.

"Non Maura sudah pulang?"sapaan seorang pelayan bahkan tidak membuat Maura mengeluarkan suaranya. Ia hanya mengangguk singkat terkesan malas, membuat pelayan yang tadi menyapanya bingung.

"Non Maura sakit?"

Maura hanya menggeleng sebagai jawaban lalu melemparkan tas nya sembarangan kemudian merebahkan tubuhnya di sofa empuk yang ada di ruang tamu.

"Daddy belum pulang?"tanya Maura lesu.

"Belum Non. Mungkin sebentar lagi."jawab pelayan yang sedang merapikan buku-buku dari tas yang tadi Maura lempar.

"Bawa ke kamar aja bi, saya mau rebahan dulu di sini "ucap Maura membuat pelayan tadi mengangguk lalu segera beranjak naik ke lantai atas menuju kamar nonanya.

"Huhh. Enak banget si Ayyara dapat pelajaran tambahan jadi nggak perlu pulang, lah gue harus diam di sini nemenin tuh tante gila."gerutu Maura lalu mengambil ponsel yang ada di saku bajunya.

Maura menekan tombol panggil ke nomor daddynya.

"Hm?"

"Dad. Daddy di mana?"tanya Maura cepat setelah Arvind menjawab panggilannya.

"Daddy masih di kantor. Ada apa?"

"Gini dad, tadi Ayyara nggak pulang bareng aku, gara-gara ada kelas tambahan. Nah nanti daddy jemput ya? Mungkin satu jam lagi lah."

"Baiklah. Daddy langsung ke sekolah sekarang."

"Nanti dad, nan_"

Tuut

Maura melotot ke arah ponselnya saat panggilannya sudah dimatikan secara sepihak oleh daddynya.

"Ih daddy mah pilih kasih banget,  giliran Ayyara aja langsung diiyain lah gue dulu mesti nung_"Maura menghentikan ucapannya karena mendengar suara pintu yang terbuka. Maura mengintip dibalik sofa ruang tamu.

"Tante Lisa? Ck.. Kenapa itu orang keluar sih dari kamar, gue kan harus akting lagi." batin Maura kesal lalu bersiap untuk bangkit dari posisinya untuk menyapa tante gilanya itu.

"Iya gue ke sana sekarang. Tapi pastiin dulu situasinya aman."

Maura membatalkan niatnya untuk menyapa lalu beralih mengikuti Lisa yang sudah berjalan keluar rumah. Maura tetap mengikuti Lisa hingga sampai di sebuah rumah kecil di belakang rumah mewahnya.

"Tante Lisa ngapain ke rumah para pekerja? "Gumam Maura bingung namun tetap memperhatikan pergerakan Lisa yang tengah mengetuk pintu rumah pak Adan, satpam rumahnya.

"Loh. Bukannya pak Adan sakit ya,  makanya nggak bisa jaga di depan."gumam Maura bingung lalu tambah bingung lagi saat melihat satpam rumahnya itu memberikan sebuah bungkusan aneh kepada tante Lisa.

Maura segera berbalik lalu lari secepatnya menuju rumah saat tante Lisa dan pak Adan menatap curiga ke tempat ia sembunyi.

Maura membuka pintu rumah, lalu berlari dengan kencang menaiki tangga menuju kamarnya.

Brakk

Maura menutup pintu kamarnya dengan kencang lalu segera memasuki kamar mandi.

"Huuh hahh tante Lisa nggak niat bunuh orang kan? Bungkusan tadi bukan racunkan?"racau Maura gugup lalu segera mencuci wajahnya dengan air untuk mengurangi ketakutannya.

Maura keluar dari kamar mandi lalu segera menaiki ranjangnya kemudian menutupi tubuhnya dengan selimut tebal. Ia tidak akan keluar dari kamar jika daddy dan Ayyara belum pulang.

Tok tok tok

Maura mengeratkan pegangannya pada selimut yang menutupi selurut tubuhnya seolah selimut itu mampu melindungi tubuhnya.

"Maura, jamu di dalam? Mommy masuk ya?"

Cklek

Seketika Maura merutuki kebodohannya. Kenapa ia tidak mengunci pintu kamar tadi.

"Maura sayang, kamu tidur? Padahal mommy mau minta tolong loh sama kamu."ucap Lisa lembut lalu menepuk pelan punggung Maura yang terbungkus selimut.

Mendengar perkataan Lisa membuat Maura membuka selimutnya dengan pelan lalu memasang wajah ngantuk seolah meyakinkan Lisa jika ia tadi bebar-benar tengah tidur.

"Bantu apa tante?"tanya Maura dengan suara serak.

Lisa tersenyum lalu mengeluarkan sebuah bungkusan yang membuat Maura melotot kaget namun ia buru-buru mengubah ekspresinya.

"Itu apa tante?"tanya Maura penasaran.

"Kamu nggak perlu tau ini apa, tapi nanti masukin ini keminuman daddy kamu ya. Biar sisanya mommy yang urus."ucap Lisa dengan senyum lebar membuat Maura tanpa sadar bergidik ngeri.

"Emang itu apa tante?"tanya Maura lagi. Ia harus tau apa isi dari bungkusan itu.

"Kan mommy tadi bilang kamu nggak perlu tau. Yang jelas kamu harus masukin ini keminuman daddy kamu. Paham?"tanya Lisa tegas dengan sedikit nada paksaan.

"Iya tapi ini apa tante? Tante kenapa nggak mau jujur sama Maura? Tante nggak percaya sama Muara. Padahal Maura tulus loh mau bantuin tante."ucap Maura dengan nada sedih yang dibuat-buat membuat Lisa dengan cepat menggeleng.

"Bukan gitu sayang. Ya udah ini itu obat perangsang_"

"Obat perangsang? Tante dapat dari mana?"potong Maura cepat membuat Lisa menutup mulut keponakannya itu.

"Sussst! Jangan teriak. Pokoknya masukin obat ini keminuman daddy kamu. Oke!"titah Lisa membuat Maura mengangguk kaku.

"Kenapa tante nggak masukin sendiri aja?"tanya Maura setelah mengambil bungkusan tadi dari tangan Lisa.

"Daddy kamu nggak mungkin mau nerima minuman dari mommy. Udah,  pokoknya lakukan aja tugas kamu biar sisanya tante yang urus."tegas Lisa lalu beranjak dari tempat tidur Maura berjalan keluar dari kamar.

Maura menatap bungkusan yang ada di tangannya lalu tanpa sadar menyeringai.

"Aduh. Beruntung banget sih gue. Nggak perlu susah-susah cari obat perangsang, eh nih obat nongol sendiri."gumam Maura semangat lalu mulai merancang rencana agar daddynya bisa meminum obat ini lalu secara tidak sengaja memasuki kamar sahabatnya.

"Eh tapi tunggu, itu tante Lisa enaknya diapain ya? Itu orang pasti udah merancang rencana juga buat daddy. Bisa gawat kalau daddy malah masuk jebakan tante Lisa."ucap Maura sambil berpikir lalu segera berlari menuju lemari kecil yang berada di pojok kanan kamarnya. Maura menarik laci lemarinya lalu mengambil sebuah botol kecil dari sana.

"Hehe maaf ya tante, malam ini biar Ayyara dan daddy yang bikinin aku adik, nah tante tidur aja yang nyenyak sampai pagi, kalau perlu nggak perlu bangun lagi."ucap Maura dengan senyum lebar.

-Bersambung-

Suamiku Ayah SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang