❣️ 24

95.9K 3.9K 124
                                    

Selamat Membaca!

Arvind turun kemudian bergerak cepat membukakan pintu mobil untuk istrinya.

"Ayo!"ajak Arvind namun Ayyara malah menggeleng.

"Mas, aku nggak mau. Kita balik ke rumah ibu aja ya. Please!"rengek Ayyara frustasi, pasalnya ia belum siap diapa-apain.

"Mas capek sayang, apalagi tadi malam mas juga nggak bisa tidur. Banyak nyamuk."ucap Arvind membuat Ayyara melotot, bukannya sekitar 3 jam yang lalu suaminya itu bilang tidak capek ya?

"Tapi mas, aku__ pokoknya aku nggak mau nginap di sini. Mas tadi bilang kita langsung pulang."ucap Ayyara keras kepala lalu memasang kembali sabuk pengaman yang tadi sempat Arvind lepas.

Arvind menghela napas lalu mengangguk."Mas panggil Maura dulu. Kamu tunggu di sini sebentar."ucap Arvind kemudian melangkah menyusul Maura yang tadi sudah lebih dulu masuk ke lobi hotel.

Tidak lama kemudian, Arvind datang bersama Maura dengan beberapa botol minuman dan juga makanan ringan.

Maura memasuki mobil lalu langsung merebahkan tubuhnya di kursi penumpang.

"Aduh capeknya."keluh Maura keras membuat Ayyara menatap anak tirinya itu.

"Capek ngapain coba?"tanya Ayyara heran. Toh Maura tidur dengan nyenyak tadi malam, dan paginya juga tidak melakukan apapun.

Arvind memasuki mobil lalu menyerahkan sebotol air mineral kepada Ayyara. Dan dia sendiri juga langsung membuka tutup botol minumannya kemudian menenggaknya hingga tandas.

"Mas kok minum kopi? aku kan juga mau."ucap Ayyara sambil menatap penuh minat ke arah botol minuman yang ada di tangan Arvind.

"Mas kan harus nyetir, sayang. Mas takut ngantuk. Makanya minum kopi."ucap Arvind jujur lalu melemparkan botol minumannya ke bak sampah yang ada di samping mobilnya.

"Iya mom, lagian kenapa kita nggak istirahat aja dulu di hotel? Maura kan ngantuk, terus daddy juga pasti nggak tidur tadi malam gara-gara banyak nyamuk. Nanti kalau kita kecelakaan gara-gara daddy ngantuk gimana?"cerocos Maura membuat Ayyara menatap daddy sahabatnya itu. Wajah Arvind memang terlihat lelah, jadi pasti aman.

"Ya udah mas, kita istirahat aja dulu. Aku juga ngantuk sih."ucap Ayyara akhirnya membuat Maura bersorak senang lalu segera keluar dari mobil.

"Ck! anak itu."gumam Arvind tak percaya lalu kembali menatap istrinya.

"Beneran nggak papa?"tanya Arvind lembut.

Ayyara mengangguk."Kita masuk, mas."ajak Ayyara dengan senyum manis membuat Arvind segera keluar dari mobil kemudian membukakan pintu mobil untuk istrinya.

Arvind menutup pintu kamar hotel dengan pelan kemudian melangkah masuk ke dalam kamar mandi sedang Ayyara langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang hotel.

"Semoga tidak terjadi apapun."gumam Ayyara lalu bangkit dan mencari sesuatu.

Setelah sepuluh menit berlalu, Arvind keluar dari kamar mandi dengan handuk yang hanya menutupi bagian bawahnya. Setelah mandi, kantuk dan lelahnya malah hilang.

Arvind menatap Ayyara yang berbaring miring membelakanginya. Istrinya itu kenapa begitu seksi dilihat dari belakang. Bokongnya itu loh, bikin Arvind gagal fokus.

Rasanya, Arvind tidak sabar untuk__ Ahh sudahlah. Arvind berjalan ke sisi ranjang yang kosong lalu ikut merebahkan tubuhnya tanpa memakai pakaiannya terlebih dahulu.

Arvind menutup matanya berusaha untuk tidur namun kantuknya malah sudah hilang. Rasa lelah yang tadi dia rasakan justru luntur setelah mandi. Sekarang Arvind malah ingin melakukan kegiatan lain yang lebih bermanfaat.

Arvind menatap Ayyara seolah meneliti apakah istrinya itu sudah tidur atau belum. Tapi masa bodoh, sudah tidur atau belum. Yang penting produksi baby tuyulnya tidak bisa ditunda lagi. Apalagi sekarang mereka sedang berada di hotel dengan status yang sudah halal untuk berhubungan.

Arvind tersenyum miring akan pemikirannya sendiri. Lalu dengan gerakan pelan bangkit untuk menindih tubuh mungil Ayyara.

"Engghh"terdengar lenguhan tak nyaman dari Ayyara membuat Arvind menatap wajah istrinya penuh cinta. Ayyara terlihat lebih cantik saat berada di bawahnya.

"Mas_"kaget Ayyara, matanya bahkan sudah terbuka sempurna.

Cupp

Arvind mengecup bibir Ayyara singkat. Seorang istri harusnya sudah peka dengan keinginan suaminya hanya dengan ciuman singkat yang diberikan.

"Mas, jangan!"cegah Ayyara saat Arvind mau melepas baju yang ia pakai.

"Sussst! Mas udah nggak tahan. Lagipula kita sudah menikah. Sudah sah."ucap Arvind serak lalu dengan tergesa-gesa meloloskan pakaian Ayyara kemudian meremas dua gundukan besar milik Ayyara.

"Arrgg mas shh jangan!"rintih Ayyara namun masih dalam mode menolak membuat Arvind kesal juga.

"Mas siapa kamu?"tanya Arvind menatap tajam Ayyara.

"Su_suami"jawab Ayyara terbata.

"Kalau begitu mas punya hak kan atas tubuh ini?"tanya Arvind lagi sambil kembali meremas dua daging kenyal milik istrinya.

"Iya. Tapi_ ahh"tolak Ayyara dan terus berusaha menyingkirkan tangan sang suami dari payudaranya.

"Apalagi sih, Ayy. Mas janji akan melakukannya dengan lembut."ucap Arvind yang mengira jika Ayyara masih takut karena mungkin saja saat mereka melakukannya dulu, Arvind sedang dalam mode beringas.

"Mas, Aku nggak boleh. Kita nggak bisa."

"susstt! Pokoknya kamu diam saja biar mas yang kerja."ucap Arvind memotong perkataan Ayyara. Sedang Ayyara hanya bisa pasrah, toh suaminya akan tahu sendiri nanti.

Arvind mengarahkan kedua tangannya untuk menurunkan celana yang Ayyara pakai, namun usahanya kali ini kembali mendapat penolakan dari istrinya.

"Jangan mas, aku nggak bisa. Beneran! Mas jangan"tolak Ayyara sambil menggeleng keras membuat Arvind kesal juga lalu dengan sekali gerakan dia berhasil menurunkan celana Ayyara, dan.

"Sayang, kamu itu"ucap Arvind sambil menatap ke arah kewanitaan Ayyara yang masih terbungkus celana dalam itu.

Ayyara mengangguk. "Kan Aku tadi udah nolak. Mas aja yang terus maksa."ucap Ayyara pelan lalu dengan gerakan cepat menaikkan kembali celananya. Kemudian memakai kembali bajunya.

"Iya. Tapi kenapa kamu nggak bilang kalau lagi halangan. Mas pikir kamu tadi nolak cuma karena_ ck"ucap Arvind kesal lalu menjauh dari tubuh Ayyara.

"Jangan nyalahin aku dong, kan mas sendiri yang dasarnya otak mesum."ucap Ayyara membela diri, memang apa salahnya? Kan tadi ia sudah menolak.

"Kok jadi mas yang salah?" Tanya Arvind heran, pasalnya kan dia yang rugi karena gagal produksi.

"Ya udah sih mas, tunggu aja satu minggu."ucap Ayyara santai membuat Arvind melotot.

"Seminggu, selama itu?"

"Ya itu juga udah cepat mas, terkadang bisa juga sepuluh hari"ucap Ayyara tanpa beban.

"Nggak ada yang namanya sepuluh hari. Pokoknya seminggu. Titik."ucap Arvind keras lalu segera beranjak menuju kamar mandi dengan tampang kesal membuat Ayyara tertawa geli.

Ayyara menghembuskan napas lega saat mendengar pintu kamar mandi ditutup. Untung saja, saat suaminya ke kamar mandi tadi ia sempat memakai pembalut

'Setidaknya untuk satu Minggu ke depan, aku aman.' batin Ayyara.

-Bersambung-

Suamiku Ayah SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang