❣️ 28

91.7K 3.9K 175
                                    

Selamat Membaca!

Ayyara dan Maura memutuskan datang lebih awal ke sekolah. Mereka memutuskan untuk melihat situasi mengingat ini adalah hari pertama pelaksanaan ujian akhir.

"Mommy nggak papa? Kok mukanya pucat gini sih?"tanya Maura cemas. Sudah dari tadi ia perhatian, sepertinya sahabat sekaligus mommy tirinya itu sedang tak enak badan.

"Susstt! Kalau di sekolah jangan panggil mommy, panggil saja seperti biasa."tegur Ayyara membuat Maura mengangguk mengerti.

"Tapi beneran deh mom ehAyy, wajah lo pucat banget."ucap Maura membuat Ayyara menghentikan jalannya lalu melirik ke arah sebuah kursi panjang di depan perpustakaan.

"Kayaknya emang gue sakit deh, Ra. Apalagi kepala gue."ucap Ayyara lirih lalu melangkah menuju kursi panjang yang tadi ia lihat.

Maura melangkah mengikuti Ayyara lalu ikut duduk di samping sahabatnya itu.

"Apa perlu gue telpon daddy?"tawar Maura khawatir, namun Ayyara dengan cepat menggeleng.

"Gila aja. Inikan hari pertama kita ujian. Yang ada daddy lo malah bawa gue ke rumah sakit."ucap Ayyara pelan sambil memijit kepalanya yang terasa makin berdenyut.

"Ya terus gimana? Masa dipaksain, entar lo malah pingsan lagi. Kan gue juga yang repot."ucap Maura nyolot membuat Ayyara kesal juga akhirnya.

"Dasar anak durhaka. Gue sumpahin lo dapet jodoh duda tua."ucap Ayyara marah membuat Maura melotot.

'Busyet. Mommy tiri macam apa yang nyumpahin anak tirinya sesadis itu.'

"Ya nggak papa sih kalau dudanya setampan daddy gue."ucap Maura dengan senyum tak jelas membuat Ayyara bergidik ngeri.

"Uda ah. Yuk ke kelas, kayaknya yang lain juga udah pada datang."ajak Ayyara cepat saat melihat temannya yang lain telah memasuki ruang kelas.

"Tapi lo beneran nggak papa kan?"tanya Tanya Maura sekali lagi.

"Iya."jawab Ayyara singkat lalu menarik lengan Maura menuju kelas.

Mata pelajaran ujian untuk hari pertama adalah bahasa Indonesia. Membuat Ayyara mau tak mau mendesah lega, setidaknya ia tak perlu berpikir terlalu banyak.

Ayyara menghembuskan napas kasar lalu kembali menatap deretan soal bahasa Indonesia yang ada dihadapannya. Ini soal kenapa seperti novel sih, panjang dan ribet.

Ayyara menatap sekeliling kelas, melihat temannya yang sepertinya bisa mengerjakan soal dengan begitu mudah. Lihat saja Maura, anak tirinya itu bahkan bisa menjawab soal sambil tersenyum senang.

Sepertinya tidak ada cara lain lagi. Ayyara menarik napas lalu menghembuskannya perlahan kemudian mengacungkan tangannya ke atas.

"Ya, kamu ada apa?"tanya seorang pengawas saat Ayyara mengacungkan tangan.

"Saya mau ke toilet bu."jawab Ayyara pelan.

"Ya silahkan. Muka kamu pucat. Kamu sakit?"

Ayyara mengangguk pelan."Iya bu, kepala saya sakit."ujar Ayyara jujur lalu bergegas keluar ruangan menuju toilet yang ada di ujung.

Suamiku Ayah SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang