39

2.1K 136 0
                                    

PAGI ini Bandung kembali diguyur hujan, dan itu membuat para manusia malas akan pekerjaan mereka masing-masing. Termasuk Humaira. Sebenarnya hari ini tak ada jadwal apapun, tapi ia harus menemani Fatimah mencari referensi dikampus. Jadilah, mungkin sekitar pukul delapan nanti ia akan menjemput Fatimah menggunakan mobilnya.

Humaira duduk didekat kaca balkom kamarnya, ia memandang hujan pagi ini yang mengguyur kota kelahirannya. Hmm, ia pikir bulan ini memang mulai masuk musim hujan, tapi tidak. Kali ini musim tidak bisa dideskripsikan seperti dulu, hujan bisa kapan saja turun bahkan banyak berita ditelevisi bilang tahun ini akan terjadi kemarau panjang. Tapi, faktanya musim hujan lah yang datang. Alhamdulillah.

Humaira mengambil tasnya, lalu ia ambil buku diary hitam yang menjadi temannya saat ini. Ia merapikan duduknya lalu bersiap mengambil pulpen dan akan menuangkan semua kisah kasih yang terjadi dalam hidupnya saat ini.

Dear diary,

Apa kabar hati? Apa kabar rindu? Apa kabar do'a?

Ku rasa mereka baik, tapi tidak dengan orang yang ku cintai. Ku rasa ia tak baik, aku bisa lihat dia. Ya, dia tersenyum begitu manis padaku. Tapi, aku merasa itu tak baik.

Memang apa yang dilakukannya tak baik, sangat tak baik bagi jantungku :)

Ouh ya Allah.. Apa ini? Apa ini jawaban dari setiap do'a ku? Apa ini jawaban dari setiap permohonanku? Apa dia sudah menaruh hatinya padaku?

Jika sudah ku mohon, mohon cepatlah bawa ia untuk berniat baik padaku. Aku sangat menantikan itu :)

Bandung,
Humaira Ningrum.

"Ouh Allah," ucap Humaira sembari tersenyum menatap langit yang masih gelap walau sudah pagi itu.

•••

Ahnaf kembali menata bajunya keluar dari koper. Pagi tadi selepas subuh, ia dapat kabar bahwa acaranya diluar negri dibatalkan. Dan ia akan kembali ke aktifitasnya dikota bandung ini.

"Ku rasa aku harus meminta maaf pada Humaira," ucap Ahnaf sendiri sembari menata bajunya dilemari, "tapi, bagaimana? Aku bahkan tidak tahu dimana kediamannya". Lanjutnya lagi.

Ahnaf menyimpan kopernya dibawah ranjangnya, lalu ia duduk ditepi ranjang dan mengecek handphonenya. "Apa aku whatsapp saja dia? Lalu ajak untuk bertemu?". ucapnya lagi sendiri.

"Tidak mungkin, yang ada ia kembali ketakutan ... Memang ya sungguh gila sekali lelaki itu". Kesal Ahnaf saat mengetauhi apa yang terjadi pada Humaira sampai meninggalkan trauma.

Ahnaf mengacak rambutnya, "baiklah, coba kita ke kampus ... Barangkali Allah mempertemukan aku dengannya". Ahnaf pun bersiap pergi ke kampus saat sudah memutuskan semua yang ia pikirkan tadi.

Tujuannya hari ini adalah satu, ia akan meminta maaf pada Humaira. Selepas itu ia akan mengajak Humaira ke cafe, atau mengobrol dan berteman. Sungguh, itu adalah impian pagi hari sosok Ahnaf.

•••

Putra duduk diruang tamu, sembari menyeruput teh hangat buatan bundanya ia fokus dengan laptopnya itu. "Astagfirullah ... Ini teh gimana ya?" Gerutu Putra sembari membuka-buka referensi buku yang ia baca,"Meuni susah banget sih" lanjut Putra.

"Aa!" Teriakan menggelagar itu masuk keteliga Putra. Putra menatap adiknya itu sinis lalu kembali fokus pada bukunya, "ish ... A, Fatimah mau dijemput Humaira hari ini" kata Fatimah lalu duduk disamping Putra yang fokus pada bukunya.

Cinta dalam ikhlas (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang