33

2.1K 142 0
                                    

HUMAIRA, Perempuan itu menjalankan mobilnya dengan santai membelah jalan raya kota bandung dipagi hari. Dua hari yang lalu setelah ia membuat jadwal untuk bimbingan dengan dosen Ahnaf dan Marko, ia menuruti semua peraturan yang dibuat dan sekarang adalah hari pertama ia akan memulai semuanya.

Rencananya pagi ini ia akan pergi ke kampus untuk bertemu Pa Marko si dosen killer, dan siangnya ia akan bertemu Pa Ahnaf.

Tak butuh waktu lama menuju kampus pagi ini, mobil merah model jazz milik Humaira sudah terparkir rapi diparkiran kampus. Humaira turun dari mobil dengan pakaian seperti biasa, serba hitam dan juga berniqob.

Ia berjalan menuju lantai 3 dimana ruangan Pa Marko berada. Pa Marko adalah salah satu dosen lama universitas ini, dan pa Marko ini sangat terkenal di fakultas pendidikan agama islam bukan karena fisik atau apapun itu. Tapi, pa Marko ini terkenal karena ke killeran nya.

"Pagi-pagi sudah olahraga naik tangga saja, ya allah" keluh Humaira sembari menaiki tangga menuju lantai 3.

Humaira berjalan terus sampai akhirnya sampailah dilantai 3. Ia berjala menuju ruang Pa Marko, saat baru saja ia ingin mengetuk pintu. Pintu sudah terbuka dan menampilkan sosok gagah dan dingin itu, siapa lagi jika bukan Ahnaf.

Humaira diam tepat didepan Ahnaf, begitupun Ahnaf. Mereka sama-sama diam, matanya saling bertemu lalu tanpa sadar saling terdiam tanpa bersapa.

Entah kenapa, setiap menatap matamu aku selalu menemukan cahaya. Ya, cahaya layaknya rembulan yang selalu menerangi malam. Aku baru pertama kali bertemu wanita yang dengan cepat menerangiku dan juga hati ini.—Ahnaf dalam hati.

"Kamu ingin masuk? Atau ingin melihat saya terus?" suara khas Ahnaf itu membuyarkan lamunan Humaira.

Humaira menundukan kepalanya sembari menggelengkan kepala dan beristigfar.

Jangan seperti wanita bodoh humaira, memperhatikan laki-laki dengan enaknya itu tidak boleh.

"Maaf Pa. Saya akan masuk, tapi kalau bapak berdiri dipintu seperti itu bagaimana saya bisa masuk?" ucap humaira yang masih menunduk. Bisa saja ia mengangkat kepalanya tapi ia sudah terlanjur malu akan sikapnya tadi jadi yasudahla menunduk saja.

Ahnaf baru sadar bahwa ia berdiri di pintu, dengan cepat ia keluar lalu menyilahkan Humaira masuk.

Namun tidak begitu saja, Ahnaf memanggil nama Humaira dulu sebelum gadis itu masuk dan Humaira pun menghentikan langkahnya saat akan masuk lalu memutar badannya menghadap Ahnaf yang tepat sekali dibelakangnya.

"Ada apa Pa? Saya bur--

"Siang ini saya tunggu di cafe dekat kampus, jangan terlambat. Karena saya sangat tidak menyukai orang yang tidak disiplin" ucap Ahnaf setelah memotong ucapan Humaira. Tak lama setelah itu Ahnaf pergi begitu saja tanpa mengucap salam ataupun berpamitan.

"Astagfirullahal adzim! Lama-lama aku bisa stres menghadapi dosen dingin dari kutub utara itu" gerutu Humaira setelah Ahnaf tak terlihat lagi olehnya, lalu dengan keadaan badmood ia masuk keruangan Pa Marko untuk bimbingan.

•••

Pagi ini maryam sudah berada di rumah sahabat kecilnya, ia kesini bukan untuk bertemu Putra atau mencari kesempatan mendekati keluarga sahabatnya itu. Ia kesini hanya ingin mengajukan salah satu proposal untuk acara Perpisahan anak-anak madrasah, dan itu perlu persetujuan Putra sang pemilik serta bisa dibilang kepala sekolah madrasah.

Maryam tahu jika ia ke kediaman Putra siang hari pasti sang empu tidak ada karena kuliah, jadilah ia datang pagi hari seperti ini. Yaaa hitung-hitung olahraga bagi Maryam sendiri sih karena berjalan kaki pagi-pagi dari rumahnya menuju rumah Putra yang lumayan lah.

Cinta dalam ikhlas (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang