45

3.4K 180 39
                                    

Bismillah
-Happy Reading-
-------------------

TERPAAN angin sore itu menyentuh wajah tertutup Humaira. Gadis yang terduduk diatas pasir halus khas pantai. Sore ini, ditemani angin yang begitu membuatnya nyaman, dan juga pemandangan pantai terkenal di yogyakarta ini. Humaira menikmati hari pertama di Yogya dengan duduk menikmati pantai parangtritis. Pantai terkenal di Yogyakarta.

Selepas Asar tadi, Humaira langsung bersiap untuk kesini. Jarak hotel yang ia inapi dengan pantai ini cukup jauh. Sekitar 1 jam-an. Humaira pergi menggunakan mobil sewaan, ia mengendarai mobilnya sendiri.

Manik mata hitam itu menatap lurus pantai nan indah itu. Suara ombak pun menjadi latar suara dalam kenikmatan sore ini.

Humaira membuka tasnya, lalu ia mengambil buku diary dan pulpen. Jemari lentik itu sudah siap untuk menari diatas kertas demi kertas buku penuh arti itu.

Dear Diary.

Sore ini, ditemani hembusan angin dan suara ombak yang begitu khas. Aku duduk tanpa alas diatas pasir pantai. Sejenak aku begitu lupa akan dirimu. Tapi, entah apa yang terjadi, tak lama kau kembali masuk dalam pikiranku.

Aku menyerah. Aku sungguh menyerah. Aku tak bisa Lupa akan dirimu. Aku tak bisa melawan rasa ini. Tapi, mau bagaimanapun akhirnya aku ikhlas.

Ya, aku ikhlas jika benar kamu tidak denganku.

Pantai Parangtritis, Yogyakarta
Humaira Ningrum.

Humaira menutup bukunya, lalu ia memasukan buku itu dan mengambil tasbih hitam pemberian Putra, lelaki yang ia cintai.

Ia menggenggam tasbih itu, sesekali bibirnya terangkat saat ingatannya memutar memori kejadian demi kejadian dirinya dengan Putra.

"Kakak". Tiba-tiba panggilan mungil itu membuyarkan lamunannya. Ia menengok kearah sampingnya.

Ia tersenyum, betapa lucunya saat ia melihat gadis kecil berusia sekitar 3 sampai 4 tahunan disampingnya ini. Gadis cantik dengan khimar itu tersenyum manis pada Humaira. Humaira yang begitu sangat tak tahan dengan kelucuannya pun langsung membawa gadis mungil itu dalam pangkuannya.

"Hai gadis kecil, siapa nama kamu?" tanya Humaira.

Anak itu tersenyum, lalu memegang cadar Humaira, "ini sama seperti umi, umi suka pakai ini" ucap anak itu tanpa menjawab pertanyaan Humaira.

Humaira mengerutkan keningnya, lalu mencium kening anak itu lembut, "ini cadar, sayang" ucap Humaira mencoba memberi tahukan bahwa kain yang ia ucap sama seperti apa yang Uminya pakai itu adalah cadar.

Anak itu terus menatap Humaira, mata bulat dan hitam itu menatap mata Humaira begitu lucu. Dan dibalik cadarnya, Humaira tak bisa menahan lengkungan senyumnya saat melihat tatapan anak itu.

"Kak, ini apa?" tanya anak itu sembari mengambil tasbih ditangan Humaira itu.

Humaira mengambil tasbih itu pelan, lalu tersenyum, "ini tasbih. Alat untuk berdzikir" ucap Humaira.

Anak itu nampak bingung saat Humaira berkata untuk berdzikir. "Dzikir apa kak?" tanyanya polos.

Humaira terkekeh, lalu memeluk erat anak itu.

Cinta dalam ikhlas (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang