12

3.1K 175 1
                                    

TEPAT pukul 21.00 WIB putra baru sampai rumah. Setelah tadi cukup lama berbincang dengan ibu dari humaira ia langsung pamit pulang.

Ia tak menyangka bahwa bu aisyah sangat ramah walau cerewet. Bu aisyah ini sangat berbeda dengan anaknya humaira.

Bahkan saat tadi mengobrol humaira hanya berbicara singkat, apalagi saat mengantar putra kedepan rumah makan untuk mengambil motor humaira hanya menjawab seadanya pertanyaan putra.

Flashback..

Putra dan humaira berjalan beriringan walau dengan jarak yang jauh.

"Aku baru tau kalo kamu anaknya bu aisyah." ucap putra memecah keheningan diantara mereka.

"Ya." jawab humaira seadanya.

Putra mengerutkan keningnya dan berhenti berjalan, "kamu beda sekali dengan ibu mu, dia sangat cerewet dan kamu sangat pendiam." ucap putra lagi sambil menatap ke arah humaira.

"Iya." jawab humaira lagi singkat.

Putra hanya mengangkat bahunya, lalu kembali berjalan menuju parkiran. "Oh iya, cukup sampai sini saja kamu antar saya, kalo ikut sampai tempat motor saya sepi takut ada fitnah." ucap putra menghentikan humaira.

Ah humaira bodoh, kan ibu hanya bilang antar sampai depan. Gumam humaira dalam hati.

"Baiklah. Fii amanilah, assalamuallaikum." ucap humaira lalu meninggalkan putra dengan malu.

Putra diam. Ini ucapan terpanjang yang humaira berikan padanya. "Sangat lucu." gumamnya.

"Astagfirullah," sadar putra karena sadar akan ucapannya.

...

Ah memang si putri malu itu sangat aneh dan lucu. Sepertinya perempuan seperti dirinya harus di jaga dan dirawat dengan baik.

"Aa!" kaget fatimah saat putra baru saja membuka pintu utama.

"Astagfirullah, kamu teh bikin kaget." jutek putra lalu berjalan melewati fatimah.

Fatimah menutup pintu utama lalu membuntuti putra yang berjalan menuju ruang keluarga yang ia rasa masih ada keluarganya.

"Assalamuallaikum." salam putra sambil mencium tangan bundanya, ayahnya lalu aa nya bergantian.

"Waalaikumussalam." jawab mereka serentak.

Putra mendaratkan badannya disofa sebelah aa nya ia rasa hari ini sangat melelahkan, "kok lama a? Emang di sana ngapain aja?" tanya asma.

Putra menghela nafasnya, "tadi aa diajak ngobrol sama bu aisyah bun, ternyata bu aisyah sangat cerewet ya." jelas putra sambil meneguk minum dimeja.

"Maneh! Minuman aa eta teh." ucap reza merebut minumannya.

"Memang dia sangat cerewat, bunda kalo kesitu pasti ngobrolnya lupa waktu a." ucap asma juga.

Putra hanya berdehem, "oh iya bunda kenapa ngga ngomong ke aa kalo bu aisyah ibunya humaira." tanya putra penasaran.

Bunda dan ayah mengerutkan jidatnya, "ibu humaira kumaha sih a?" tanya ayah yang dari tadi hanya jadi pendengar.

"Hah? Emang ya a? Setau fatimah ibunya humaira emang aisyah namanya dan punya rumah makan tapi fatimah kira itu nama orang lain." ucap fatimah juga.

"Bunda kurang tau, soalnya kalo ngobrol bunda ngga nanya dia punya anak, dan dia ga cerita kalo dia punya anak atau ngga."

"Yang ada malah dia nanya bunda punya anak atau ngga." jelas asma.

Cinta dalam ikhlas (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang