Ibarat seorang anak yang tak sabar mendapatkan barang yang selalu diidam-idamkan, AKP Donny Setiawan terus mencecar Ibu Ratna dengan berbagai pertanyaan.
"Ibu tak tahu pasti seperti apa preman itu, yang pasti gadis yang tadi menabrak Ibu itu berhasil membuat si preman babak belur sebelum akhirnya preman itu melarikan diri." Imbuh Bu Ratna.
"Siapa nama gadis itu Bu?" tanya AKP Donny Setiawan lebih lanjut.
"Namanya Suci, eh tapi lengkapnya adalah Suciwati."
Masih banyak informasi yang ingin AKP Donny Setiawan gali dari sosok Bu Ratna, ketika sebuah panggilan telepon masuk ke nomor pribadinya. Andai saja bisa, ingin AKP Donny Setiawan tolak panggilan telepon yang masuk, namun niat itu segera diurungkan ketika sebaris nama tertera di monitor telepon genggamnya.
"Siap Ndan, perintah?" sigap AKP Donny Setiawan mengangkat telepon dari Kompol Misbach.
"Kamu segera merapat ke Beji, ada penemuan seorang laki-laki di rumah kontrakan yang diduga sebagai korban pembunuhan. Kita ketemu di TKP, paling lama 20 menit lagi Saya sampai TKP." Tegas suara Kompol Misbach memberikan perintah.
"Tapi Ndan, saya harus membawa korban keluar dari rumah sakit karena pihak rumah sakit menyatakan sudah tidak bisa menampung korban lebih lama lagi," meski ragu namun AKP Donny Setiawan merassa harus menyampaikan kondisinya saat ini.
"Perintahkan Aipda Darmo saja untuk mengurusi korban. Saat ini Kamu segera merapat." Intonasi Kompol Misbach mulai meninggi, hal ini berarti perintahnya tak bisa lagi dilawan.
Dalam hirarki kepolisian, perintah pimpinan adalah sesuatu yang harus dijalankan bagaimana pun kondisinya saat itu. AKP Donny Setiawan segera menghubungi Aipda Darmo dan bergegas untuk meninggalkan kantin dan menuju ke tempat yang disebutkan oleh Kompol Misbach.
Merasa masih banyak informasi yang ingin dikumpulkan dari Bu Ratna, AKP Donny Setiawan tak lupa pula untuk meminta alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi apabila sewaktu-waktu keterangan Bu Ratna dibutuhkan.
"Wah jam segini biasanya Margonda sudah mulai macet, Aku harus bergegas jika tak mau keduluan Pak Kasat," gumam AKP Donny Setiawan sambil melirik ke tam tangan yang melingkar di tangan kanannya.
Lama berdinas di fungsi Reskrim, membuat insting dan ketrampilan mengemudi AKP Donny Setiawan cukup terlatih. Mobil yang dikendarai tampak meliuk-liuk, mengisi setiap celah yang ada saat mencoba membelah kemacetan yang rajin menyapa sepanjang Jalan Margonda saat sore menjelang.
Entah mengapa, akhir-akhir ini kondisi Kota Depok seakan semakin taka man saja. Tingkat kriminalitas meningkat tajam bahkan nyawa manusia seolah tak ada lagi harganya. Harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat dengan lapangan pekerjaan yang semakin sempit seakan ambil peranan dalam membentuk karakteristik warga yang semakin mudah tersinggung dan nekad.
"Tet ... tet!" suara klakson panjang keluar dari mobil yang dikendarai oleh AKP Donny Setiawan.
"Sudah tahu jalannya sempit mana di belokan pula, malah berhenti sembarangan!" umpat AKP Donny Setiawan kepada seorang sopir angkot biru bertuliskan D 04.
Gang menuju TKP dugaan pembunuhan kali ini cukup sempit, hanya bisa dilalui oleh pengendara motor sehingga AKP Donny Setiawan terpaksa memarkirkan mobilnya di halaman Polsek Beji. Masyarakat yang penasaran dan ingin tahu telah berkumpul di sekitar TKP, beruntung sebuah pita kuning bertuliskan police line telah terpasang mengelilingi TKP. Ya setidaknya masyarakat yang riuh di luar TKP tak bisa ikut merangsek ke dalam TKP.
Tak lama berselang, tampak Kompol Misbach berjalan tergesa-gesa menuju ke TKP. Masyarakat yang semula begitu riuh dan susah untuk diatur, dengan sedikit ancaman yang diberikan oleh Kompol Misbach melalui pengeras suara yang dibawanya, sedikit demi sedikit mulai bergerak menjauhi TKP. Suasa TKP yang semula tampak begitu sesak, mulai terbuka dan menyisakan ruang untuk tim olah TKP melakukan persiapan proses pengolahan TKP itu sendiri.
TKP kali ini berupa sebuah rumah petak nan sangat sederhana yang hanya terdiri atas satu kamar tidur, ruang serba guna dan dapur. Pakaian tampak terongok dan diletakkan begitu saja pada beberapa bagian ruangan, puntung serta abu rokok terlihat berceceran dimana-mana.
YOU ARE READING
Siapa Pembunuh Itu?
Mystery / ThrillerSuciwati seorang perempuan berumur 31 tahun, pernah menjadi korban pemerkosaan dan nyaris terbunuh seandainya pisau yang masih tertancap di tubuh lemahnya tidak tersangkut di Sungai Ciliwung dan berhasil diselamatkan warga beberapa tahun silam. Sed...