21

103 10 1
                                    

Bu Ratna sendiri merasa senang, setidaknya tubuh rentanya tidak terlalu repot mengurus operasional rumah singgah seorang diri. Terlebih setelah sempat diliput oleh salah satu media televisi nasional, semakin banyak organisasi kemasyarakatan lainnya yang menawarkan bantuan dan kerjasama dalam mengentaskan masalah sosial yang ada di sekitar kota Depok.

"Assalamualaikum," suara AKP Donny Setiawan terdengar dari pintu depan rumah singgah.

"Waalaikum salam, tunggu sebentar." Jawab seorang wanita dari dalam rumah.

Tak perlu menunggu terlalu lama, muncul seorang perempuan berumur antara 20 sampai dengan 22 tahun dari dalam rumah. Kulitnya nan kuning langsat dengan rambut tergerai sebahu lengkap dengan lesung pipi yang muncul ketika tersenyum menjadikan kecantikan alami nan paripurna.

Untuk sepersekian detik AKP Donny Setiawan tampak tertegun, rasanya masih tak percaya menemukan gadis cantik di rumah singgah Kasih. Wajar saja jika AKP Donny Setiawan berpikir demikian, mengingat sebagian besar anak-anak yang selalu berkumpul hanyalah anak-anak jalanan dengan penampilan yang ala kadarnya.

"Bapak ini siapa dan ada keperluan apa datang ke mari?" tanya sang gadis ramah.

"Oh ... eh ... anu, perkenalkan namaku Donny dari Polresta Depok. Datang ke sini bermaksud untuk menemui Ibu Ratna. Ibu ada tidak Dek?" susah payah AKP Donny Setiawan mencoba untuk menguasai keterkejutannya.

"Ibu sedang berbelanja ke warung, sebentar lagi juga pulang. Silahkan masuk, Bapak bisa menunggu di dalam." Imbuh sang gadis sambil mempersilahkan AKP Donny Setiawan masuk dan duduk di ruang tamu. "Sebentar, Saya ambilkan minum dulu." Lanjutnya.

Ruang tamu rumah singgah ini tak terlalu luas, namun cukup bersih dan teratur. Tampak sebuah rak buku yang berisi penuh buku-buku cerita anak pada salah satu sisi ruang tamu berdekatan dengan sebuah papan white board dan sekeranjang mainan berbagai jenis. Pada tembok tergantung beberapa foto ukuran 10R yang terlihat mulai memudar, terlihat Bu Ratna dan keluarga tersenyum bahagia di apit beberapa anak-anak asuh.

"Silahkan Pak teh hangatnya diminum," sebuah suara nan menawan seketika mampu memecahkan lamunan AKP Donny Setiawan.

"Terimakasih Dek." Jawab AKP Donny Setiawan sopan.

Dari obrolan singkat itulah AKP Donny Setiawan tahu bahwa sang gadis berlesung pipi tersebut bernama Tasya. Sebagai gadis yang telah yatim piatu sejak masih duduk di bangku kelas lima SD, Tasya sudah menganggap rumah singgah ini sebagai rumahnya dan Bu Ratna adalah ibu yang telah merawat dan menyelamatkan hidupnya.

Meski saat ini Tasya telah lulus SMA, rasanya terlalu banyak hal indah yang dirasakan di rumah ini sehingga berat rasanya jika harus pergi meninggalkannya. Setidaknya di rumah ini pula Tasya mengenal dan merasakan apa itu cinta pertama. Cinta yang begitu besar namun tak pernah mampu diungkapkannya ke putra semata wayang Bu Ratna.

"Assalamualaikum, wah ada tamu ternyata!" suara Bu Ratna yang kembali dari warung sebelah seketika mampu memecahkan kesunyian ruang tamu.

"Waalaikum salam ... Alhamdulillah akhirnya bisa bertemu dan bersilahturahmi kembali dengan Ibu." Jawab AKP Donny Setiawan sambil bergegas berdiri dan menjulurkan tangannya takzim.

Begitu Bu Ratna datang, tanpa perlu diperintah Tasya pun segera menyambut barang belanjaan di tangan Bu Ratna dan membawanya masuk ke dapur.

"Sudah menunggu Ibu lama ya Nak?" tanya Bu Ratna dengan nada penuh rasa bersalah.

"Tidak kok Bu, baru sekitar sepuluh menit yang lalu." Ujar AKP Donny Setiawan sopan.

Setelah AKP Donny Setiawan berbasa basi dan mengutarakan maksud kedatangannya, AKP Donny Setiawan pun bergegas pamit undur diri dan berjanji akan kembali datang esok hari sambil membawa Suciwati yang sementara waktu akan dititipkan di rumah singgah Kasih saat menjalani terapi pemulihan kondisi psikologisnya.

Senyum tulus seketika merekah di wajah Bu Ratna, sebuah wajah yang tak lagi belia namun gurat-gurat kecantikan masa mudanya masih terlihat jelas. Tentu saja Bu Ratna sangat senang menerima kedatangan Suciwati di rumahnya, karena selain pernah diselamatkan oleh Suciwati dari gangguan preman Pasar Kemiri, ada sebuah perasaan yang begitu sulit dijelaskan saat melihat wajah Suciwati untuk pertama kalinya.

Siapa Pembunuh Itu?Where stories live. Discover now