31

88 7 0
                                    

Pipi Suciwati seketika merona, air mata seketika bergelayut di matanya saking bahagia menerima perlakuan manis dari sang suami. Kyai Anwar bukan tipe orang yang romantic versi kebanyakan orang, dengan menghadiahi pasangan bunga atau pun hadiah. Namun demikian Kyai Anwar selalu mampu membuat Suciwati merasa sebagai wanita yang paling berbahagia dengan segala sikap dan perlakuan yang Kyai Anwar tunjukkan padanya.

"Abah lihat, akhir-akhir ini Ummi sangat sering melamun. Memangnya ada apa, cerita saja barangkali atas izin yang Allah berikan Abah bisa sedikit membantu meringkankan beban pikiran Ummi?" tanya Kyai Anwar dengan suara yang sangat lembut.

"Ana takut Bah," jawaban Suciwati yang spontan seketika mampu membuat Kyai Anwar terhenyak.

"Takut kenapa Mi?" telisik Kyai Anwar penuh kehati-hatian.

"Kenapa ya Bah, tragedi dan musibah seolah enggan menyingkir dari kehidupan Ana," ujar Suciwati pelan, bahkan teramat pelan sehingga tak ubahnya laksana orang yang bergumam saja.

"Apa maksud Ummi, dan bukankan kita tidak boleh berburuk sangka dengan ketetapan Allah." Ada semacam nada kekhawatiran dalam nada suara Kyai Anwar mengingat tidak biasanya sang istri bersikap demikian.

"Rasanya baru kemarin Ummi berjuang mempertahankan hidup karena kebejadan laki-laki, bagaimana bisa saat ini salah satu santriwati kita justru terbunuh di dalam pesantren dan mengalami hal yang sama." Suara Suciwati terdengar bergetar menahan sejuta lupan perasaan serta luka dan trauma nan begitu mendalam.

Sekuat-kuatnya untuk mencoba menguasai diri, pada akhirnya banteng pertahanan Suciwati jebol juga. Bahunya terguncang hebat, menahan segala perih luka yang seolah kembali mengnganga. Jika sebelumnya air mata yang menetes karena rasa syukur dan bahagia Allah telah hadirkan sosok suami yang begitu baik maka tangis kali ini karena trauma dan takut yang begitu besar atas pemerkosaan dan pembunuhan yang menimpa salah satu santriwati yang sedang mondok di pondok pesantren putri An-Nisa.

"Ummi Sayang ... sesungguhnya setiap yang bernyawa akan mati, hanya kapan dan bagaimana cara kita kembali kepada sang Khaliq itu yang tetap menjadi misteri. Kita harus percaya dengan qodho dan qodhar Allah." Bijaksana Kyai Anwar memberikan petuahnya. "Petugas kepolisian dari Polres Bogor juga sudah menangani kasus ini, tugas kita hanya berupaya semaksimal mungkin untuk membantu proses pengungkapan kasus pembunuhan Nur," imbuh Kyai Anwar.

Kyai Anwar segera berdiri dari tempat duduknya untuk mengahmpiri Suciwati. Tak kuasa melihat kondisi sang istri yang begitu terguncang dengan musibah nan menimpa salah satu santriwatinya dua hari yang lalu, Kyai Anwar bergegas meraih tubuh Suciwati dan membenamkannya ke dalam pelukannya.

Rasa nyaman dan tenang yang menjalar begitu berada dalam pelukan sang suami, lambat laun membuat tangis Suciwati mereda.

"Allah tidak membebani suatu kaum melebihi batas kemampuan hamba-Nya. Sabar ya Sayang." Bisik Kyai Anwar di telinga kanan Suciwati. "Biarkan proses pemeriksaan yang dilakukan polisi berjalan lancar." Imbuh Kyai Anwar.

"Abah, jangan-jangan pelaku pembunuhan terhadap Nur itu orang yang sama dengan yang telah berbuat keji ke Ana!" pekik Suciwati saat tiba-tiba terlintas satu kemungkinan dalam benaknya.

"Tidak mungkin lah Ummi, para pelaku yang berbuat keji ke Ummi itu saat ini masih meringkuk di penjara." Jawab Kyai Anwar sejurus kemudian.

Benar saja, dari vonis yang dijatuhkan oleh majelis hakim para terdakwa dijatuhi hukuman bervariasi, tergantung peran serta mereka dalam tindak pidana yang terjadi. Sebagai dalang pembunuhan Damin dan pemerkosaan Suciwati, Cepot dikenakan hukuman maksimal yaitu seumur hidup. Sedangkan dua orang lainnya dijatuhi vonis penjara 20 dan 15 tahun dipotong masa penahanan.

"Benar juga kata Abah, terus siapa pembunuh Nur kali ini. Atau justru pembunuh Nur adalah orang yang jauh lebih sadis lagi ya Bah." Bulu kuduk Suciwati seketika bergidik, tak kuasa mengingat kondisi terakhir yang didapati pada sosok Nur.

Siapa Pembunuh Itu?Where stories live. Discover now