14

102 7 1
                                    

Begitu mendapatkan telepon dari petugas rumah sakit, Kompol Misbach bersama-sama dengan AKP Dony Setiawan dan beberapa anggota lainnya bergegas meninggalkan ruang rapat Polres yang dijadikan sebagai tempat gelar perkara. Tujuannya hanya satu, bagaimana mereka bisa secepat mungkin sampai di Rumah Sakit Hermina.

Harapan baru yang muncul dengan kabar sadarnya pasien, menjadi sebuah suntikan semangat yang cukup besar. Rasa penat dan lelah yang sebelumnya bertengger begitu kuat, seketika menguap tak bersisa. Hormon adrenalin yang terpacu ternyata cukup ampuh menjadi sumber energi baru para anggota Reskrim Polresta Depok yang mulai jenuh menghadapi pemeriksaan kasus yang tak jua menemukan jalan keluarnya.

Suara knalpot mobil meraung disertai suara sirine dari mobil yang dikendarai para anggota Polisi tersebut mencoba membelah kemacetan Jalan Margonda yang selalu saja begitu padat khususnya menjelang waktu magrib. Strobo yang menyala cukup menyilaukan bagi siapa pun yang melihatnya.

Beruntung ada beberapa pengendara yang bersedia memberikan jalan, sehingga mobil yang dikendarai oleh Kompol Misbach dan anggotanya sedikit demi sedikit mulai bergerak meninggalkan segala kemacetan itu di belakangnya.

Tak banyak kata yang terucap, wajah-wajah tegang jelas terlihat dari siapa pun yang ada di dalam mobil. Jendela mobil yang dibiarkan tetap terbuka, terasa masih belum cukup mengalirkan udara segar ke dalam mobil.

"Don ... memangnya Kamu tidak bisa lebih cepat lagi nyopirnya?" ujar Kompol Misbach kepada AKP Dony Setiawan sambil mendengkus kesal.

"Macet Ndan," jawab AKP Dony Setiawan pelan.

"Buat apa ada klakson, jika tak bisa Kamu gunakan!" Kompol Misbach menggerutu sambil tangannya tak berhenti menekan klason mobil sesering mungkin.

Beruntung jarak Polresta Depok ke Hermina tidaklah terlalu jauh. Lepas tersendatnya jalan Margonda, mobil tim Buser Polresta Depok lincah berbelok ke kiri menuju arah Depok 2. Tak berapa lama, mobil yang mereka kendarai pun telah terparkir dengan mulusnya di halaman belakang rumah sakit.

Langkah sepatu terdengar berderap, saling bersahutan satu dengan yang lainnya menyusuri lorong rumah sakit menuju ke ruang ICU yang berada di sisi kiri bangunan rumah sakit. Tatapan penuh rasa heran dari setiap orang yang dilewati ataupun yang sedang duduk di ruang tunggu poliklinik, tak lagi dihiraukan.

Jelas bahwa tujuan rombongan Kompol Misbach tersebut hanya satu, bagaimana bisa tiba di ruang ICU secepat mungkin untuk mengumpulkan setiap informasi yang mungkin berguna dalam pengungkapan kasus yang sedang dihadapinya. Tenaga telah dipusatkan di kaki, namun entah mengapa langkah kaki mereka terasa begitu berat untuk melangkah.

Napas yang masih memburu tak menyurutkan tekad mereka untuk segera mengajukan izin kepada petugas yang berdinas di ruang ICU sore itu agar bisa segera menemui pasien.

"Sus ... apa benar pasien telah tersadar?" cecar Kompol Misbach tak sabar.

"Benar Pak, namun dengan terpaksa Kami harus menyuntikkan obat penenang sehingga saat ini pasien masih belum bisa ditemui." Jawab salah satu petugas berseragam tersebut.

"Kenapa harus disuntik obat penenang. Suster sadar pentingnya keterangan dari pasien dalam mengungkap misteri siapa orang yang telah memperkosa dan bermaksud membunuhnya tersebut!" suara Kompol Misbach terdengar bergetar saat dia harus menahan kedongkolan hatinya.

"Kami tahu Pak, namun begitu siuman pasien langsung mengamuk dan bermaksud untuk mencelakan dirinya sendiri. Bagi kami keselamatan pasien adalah prosedur yang harus diutamakan." Sang petugas ruang ICU menjawab lugas dan tegas keberatan yang tersirat dari ucapan Kompol Misbach.

"Untuk saat ini sebaiknya Bapak kembali ke Polres dan biarkan pasien tenang terlebih dahulu." Imbuh petugas ruang ICU yang lainnya.

Rasanya sia-sia upaya mendatangi rumah sakit secepat mungkin sejak mendengar korban mulai tersadar. Saat ini tak ada yang bisa dilakukan lagi selain kembali ke Polres dan membiarkan korban beristirahat.

Meski belum berhasilmendapatkan keterangan dari korban, setidaknya Kompol Misbach masih cukupbersyukur, korban telah berhasil melewati masa kritisnya. Meski belum tahu akan mulai dari titik mana untuk mengurai keruwetan kasus ini, namun setidaknya selamatnya korban diharapkan mampu menjadi sebuah pangkal dalam pengungkapan kasusnya.

Siapa Pembunuh Itu?Where stories live. Discover now