-delapanbelas-

167 21 0
                                    

saat sampai di depan rumah arka masih membantu clara berjalan memasuki halaman rumah. "Rumah lo sepi cla?"

Hal yang paling clara gelisahkan terjadi, keadaan rumah kosong pasti hanya ada bibi didalam rumah. Clara terdiam, tidak menanggapi pertanyaan arka. Clara benar benar butuh kasur sekarang, pasalnya ia sudah tidak kuat untuk berjalan. "Arka, gue ga kuat jalan" tepat mereka sudah sampai depan pintu rumah lalu arka mengetuk pintu.
Tok tok tok...

Clara menyandarkan kepalanya dibahu arka yang lebar, benar benar nyaman. Sudah lama sekali clara tak pernah bersandar kepada lawan jenis. Tangan kiri arka juga masih berada dipinggang clara. Selama clara dan alvin berteman alvin tidak pernah melakukan skinship seperti ini. 'Takut katanya'

Menunggu sampai lima menit, pintu pin terbuka menampilkan bibi yang sepertinya sehabis memasak makan malam. Ya jam sudah menunjukan pukul setengah lima sore.

"Eh mas arka.. Lho neng clara kenapa?"

"Clara sakit bi, arka boleh anter sampai kamar bi?"

"Ohiya sok atuh boleh"

Tanpa aba aba arka menyelipkan tangan kanannya ke lipatan lutut menggendong clara segera. Lalu arka masuk kedalam rumah dengan cepat. "Kamar neng clara dilantai dua, mas arka"

Arka Pov

Arka masih setia menunggu clara sampai sadarkan diri. Clara pingsan selama hampir dua jam. Setelah arka menidurkan clara ke ranjang, clara sudah tak sadarkan diri. Mungkin clara benar benar lelah dan memaksakan tubuhnya untuk bekerja.

"Biasanya neng clara kalo pingsan mau menstruasi mas, kadang kecapekan juga jadi faktor juga sih"

"Terlalu memforsir tubuh ya bi?"

"Iya mas arka, bibi rasa semua manusia memang seperti itu. Pantang menyerah sebelum sakit, yang penting kerjaan terselesaikan. Padahal tubuh juga butuh istirahat yang banyak"

"Iya bi, arka juga sering banget kayak gitu. Suka lupa sama diri sendiri"

"Bibi sedih kalo neng clara sakit, dari kecil sampe udah segede gini ga pernah diurusin, cuma sama bibi doang. Mama nya bibi gatau ga ada kabar sedikit pun, Papa nya juga sibuk kerja"

"Kalo deri bi?"

"Mas deri suka ngayap kemana tau, bibi juga gatau ngayap kemana. Kalo kata neng clara sih sering nginep dirumah mas jeffry"

Arka menganggukan kepalanya. Arka baru tau dengan keluarga ini. Arka merasakan bagaimana menjadi clara, clara pasti kesepian. Didepan banyak orang clara tak pernah menampilkan wajah sedihnya, yang arka tah clara perempuan periang namun clara mampu menyembunyikan kesedihannya.

"Mas arka, bibi tinggal ke kamar dulu mau beberes ada yang belum dikerjain. Kalo butuh apa panggil bibi aja ya"

Clara Pov

Entah beberapa lama clara tertidur kedua matanya terbuka kemudian mendapatkan pemandangan yang tak di duga duga. Arka tertidur disamping ranjang dengan kedua tangannya terlipat diatas kasur dan wajah yang berada diatas lipatan tangannya. Clara tersenyum senang bahwasannya arka menunggu dirinya bangun dari tidurnya. Sebenarnya clara tidak pingsan hanya tertidur, clara benar benar tidak sanggup untuk bangun lalu memutuskan untuk tidur saat arka menggendongnya ke kamar. Clara melirik jam dinding kamar menunjukan pukul tujuh malam ternyata sudah enam jam clara tertidur.

Clara tersenyum geli mengingat kejadian dimobil tadi, saat pulang menuju rumah arka tak melepaskan genggaman jemari clara, arka sedikit panik melihat clara yang setiap detik meringis kesakitan. Sungguh menggemaskan sikap arka, membuat clara begitu senang.

About Clara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang