Awan hitam menutupi sinar mentari sore itu. Suasana yang mencekam ditambah dengan rintik hujan yang mulai turun. Keadaan semakin buruk ketika seorang lelaki melayangkan tangannya ke tubuh seorang anak lelaki berusia sembilan tahun.
Emosi, kemarahan dan kekecewaan tersirat di wajah lelaki itu yang tak henti meluncurkan kata-kata yang menohok hati seorang anak lelaki dengan air mata yang tak henti membasahi pipinya.
"Bukan aku Pa" elaknya sambil menangis.
"Bodoh! Kamu bodoh! Kenapa kamu mendorongnya? Hah!" Tanyanya tanpa mau mendengar jawaban dari anak lelakinya.
Plakk
"Aww, ampun pah ampun, Mama tolong, Ma" rintihnya kesakitan.
Seorang wanita yang dipanggil Mama itu hanya diam ditempatnya, memeluk putri kecilnya yang tampak sangat pucat.
"Tuan ini bukan sa-"
"Diam bi, tidak usah membela anak bodoh ini" tukasnya yang tidak mau mendengar penjelasan dari wanita paruh baya yang tengah menggendong seorang putri kecil yang menangis.
Darr...Darr...
Suara petir menggema diiringi air hujan yang semakin deras. Anak lelaki yang semulanya berada di tepi kolam renang kini melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Ia merasa tubuhnya lemas dan dingin karena sekujur tubuhnya basah.
"Siapa yang nyuruh kamu masuk?" Tanya wanita yang ia panggil Mama tadi.
"Dingin, Ma" ujarnya sambil berjalan mendekati Mamanya.
"Setop!" Bentakan wanita itu membuat anak lelakinya menghentikan langkah.
"Kamu pembunuh! Mama benci kamu! Lihat! Lihat adikmu yang sudah tidak bernafas ini! Ini semua gara-gara kamu" bentaknya sambil menangisi putri kecil dalam dekapannya.
Anak lelaki itu sudah tidak kuat berkata apa pun. Percuma dia menjelaskan, Mama dan Papanya tidak akan mempercayainya. Lalu kini siapa yang harus ia jadikan pelindung?
Ia diseret oleh Papanya. Di masukkan kedalam ruangan gelap dengan keadaan basah kuyup. Pikirannya benar benar kacau. Ia membutuhkan penolong dan pelindung.
"Buka Pa! Buka!" Teriaknya sekuat tenaga.
□□□Sudah hampir satu hari anak lelaki itu dikurung di dalam gudang. Tanpa makan dan minum. Ia terus menatap pintu, berdoa agar pintu itu dibukakan. Syukurlah Tuhan selalu ada untuknya. Tidak berapa lama, pintu itu terbuka dan menampilkan wanita paruh baya. Wanita itu masuk dan menutup pintu itu kembali. Ia memelauk anak lelaki itu.
"Maafin Bibi ya, Den" ujarnya sambil menitihkan air mata.
"Aku takut bik, takut sama Papa takut sama Mama. Badanku juga sakit" anak itu mengeratkan pelukannya.
"Ada Bibik, Den" ujarnya berusaha memberi ketenangan dan kekuatan.
Wanita itu membawakan beberapa makanan dan susu. Ia juga membawakan selimut serta pakaian. Tapi, ia tidak berani mengeluarkan anak lelaki itu dari dalam gudang.
Sampai pada keesokan harinya, seorang lelaki yang beberapa hari lalu memukulinya membukakan pintu dan memperbolehkannya keluar. Semenjak kejadian itu, hubungan antara anak lelaki itu dengan kedua orang tuanya telah merenggang. Bahkan untuk mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya sangatlah sulit.
□□
KAMU SEDANG MEMBACA
Forelsket
Teen FictionSudahkah kalian merasakan forelsket? Forelsket akan terjadi ketika seseorang beranjak remaja dan merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Betapa istimewanya jatuh cinta. Seseorang akan merasakan jantungnya yang berdebar, hatinya yang berbunga-bu...