Sarapan pagi untuk para siswa yang terlambat masuk sekolah. Membersihkan taman yang lumayan luas dengan sampah di mana-mana. Minimal ada dua orang yang harusnya membersihkan taman ini, agar tidak terlalu lelah.
"Apes! harus ngebersihin taman seluas ini sendirian," gerutu gadis dengan rambut yang dikucir kuda itu.
Sedikit demi sedikit gadis itu menyapu daun yang berserakan. Pagi ini memang ia kembali melakukan kesalahan. Bangun kesiangan karena ia merasa tubuhnya sedikit tidak baik.
Srekk... Srekk...
Secara refleks gadis itu mengalihkan pandangannya ketika mendengar langkah kaki menuju tempat di mana ia berada. Ternyata dua pemuda yang kemungkinan juga terlambat. Satu pemuda dengan pakaian rapi menghampiri dirinya, sedangkan pemuda dengan baju yang dikeluarkan hanya duduk di kursi taman.
"Hai Ra, terlambat juga lo?" Tanya seorang pemuda berpakaian rapi yang kemudian membantu Aira menyapu.
"Ya iya lah terlambat. Kalo enggak ngapain gue disini," jawab Aira sebal.
Jevan terkekeh melihat ekspresi wajah Aira. "Btw, lo tambah cantik," ucapan Jevan malah membuat Aira tertawa.
Jevan mengerutkan dahinya bingung. "Kok lo malah ketawa sih?"
"Abisnya lo pagi pagi udah ngaco."
"Gue serius kali," ujar pemuda itu.
Aira hanya diam tidak menganggap serius omongan Jevan. Menurutnya, Jevan hanya sekedar memuji tidak ada maksud lain. Lagi pula Jevan adalah pacar sahabatnya, jadi mana mungkin ada maksud lain dari perkataannya.
Aira berjalan meninggalkan Jevan. Ia menghampiri tasnya yang ada di kursi taman dan mengambil air minumnya. Aira tidak menyapa atau pun melirik orang yang berada di samping tasnya. Malah orang itu yang tampak memperhatikan Aira.
"Ke UKS," pinta lelaki itu dengan ekspresi datar.
Aira mengerutkan dahinya. "Lo nyuruh gue?" Tanyanya bingung.
"Hm."
"Idih ngapain lo nyuruh-nyuruh? Enggak penting banget." Aira tidak menghidupkan perintahnya, ia justru mengambil langkah untuk menghampiri Jevan.
Lelaki itu berdecak pelan. Ia menarik pergelangan Aira secara paksa membuat gadis itu terkejut. "Lo apa-apaan sih, Ka? Lepasih!" Aira tidak habis pikir dengan tindakan Arka.
Setibanya mereka di UKS, Arka memerintahkan agar Aira beristirahat. Awalnya gadis itu menolak dan terus-terusan memberontak, tapi dengan paksaan Arka akhirnya ia mengalah.
Entah apa yang dilakukan Arka. Ia mengobrak-abrik lemari obat-obatan. Aira pun membiarkannya, memang benar kepalanya sedikit pusung. Tidak lama kemudian Arka kembali dengan obat di tangannya.
"Minum," Pintanya lagi. Obat itu ia sodorkan pada gadis yang tengah berbaring di atas ranjang.
"Arka gue itu enggak sakit, lo ngapa sih maksa-maksa gue mulu." Aira sebal dengan Arka yang terus memaksanya.
Arka mendekatkan wajahnya dengan wajah Aira. Di tatapnya mata teduh milik gadis itu. Ia juga bisa merasakan nafas Aira yang sedikit tertahan. "Enggak usah sok kuat jadi orang. Udah badan kecil masih aja gak mau jaga kesehatan. Bodoh." Arka lantas menjauhkan wajahnya.
Kini Aira bisa bernafas lega. Bisa-bisa ia mati jika Arka tidak segera manjauhkan wajahnya. Entah itu makian atau perhatian yang diucapkan Arka, yang jelas membuat Aira merasa dihina.
"Lo ngatain gue hah!"
"Orang bodoh yang abis ujan-ujanan malah enggak mandi." Sekali lagi Arka memaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forelsket
Teen FictionSudahkah kalian merasakan forelsket? Forelsket akan terjadi ketika seseorang beranjak remaja dan merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Betapa istimewanya jatuh cinta. Seseorang akan merasakan jantungnya yang berdebar, hatinya yang berbunga-bu...