Jam menunjukkan pukul 06.45 dan siswa kelas XI telah berkumpul di lapangan sekolah. Mereka akan berangkat dalam waktu lima belas menit lagi. Bis yang akan mengantarkan mereka pun sudah terparkir rapih. Mereka semua tampak gembira dengan acara yang akan mereka laksanakan.
Tidak menunggu lama, Pak Junaidi sebagai ketua pelaksana telah berkumandang agar para siswa-siswi memasuki bis. Mereka berebut dan berhimpitan menuju pintu masuk. Tapi tidak dengan Aira, gadis itu lebih memilih untuk masuk lebih akhir, karena ia yakin tidak mungkin ia tidak mendapatkan kursi.
Setelah diperkirakan bahwa seluruh murid bimbingnya telah masuk, guru pembimbingpun juga segera memasuki bis. "Sudah siap semua?"
"LETS GO!!" Seru mereka serempak.
Sopir yang hendak melajukan bisnya tiba-tiba berhenti dengan rem yang mendadak.
"Stop!" Seru pemuda dari luar yang berdiri tepat di depan bis.
Pintu bis pun dibuka dan seorang pemuda masuk ke dalam. Raut wajahnya menunjukkan ketenangan, padahal ia hampir saja tertinggal.
"Kamu ini apa tidak tau jadwal?" Tanya guru pembimbing.
"Tau," jawab pemuda itu singkat.
"Kenapa kamu telat? Harusnya kamu itu be-"
"Udah lah pak berangkat aja, tambah lama nanti kalo bapak ngomel mulu," sahut seorang siswa memotong omongan guru itu.
Akhirnya pemuda itu dipersilahkan untuk duduk. Ia segera mencari kursi kosong bernomor 10 sesuai absennya. Namun, kursi tersebut telah ditempati oleh seorang gadis yang kini tengah asik menikmati sarapannya.
"Minggir lo," usir pemuda itu.
Aira tau bahwa kursi yang ia tempati ini milik Arka. Tapi tubuhnya sudah terlalu nyaman duduk di sini. Lagi pula salah Arka juga yang datang terlambat. "Males. Siapa suruh dateng terlambat."
Arka segera menjatuhkan tubuhnya ke kursi kosong bernomor 09. Bukannya ia mengalah, tapi ia hanya tidak ingin berdebat dengan Aira dan membuat keributan.
"Siap semuanya?!"
"LETS GO!!" Seru murid-murid serempak.
Perjalananpun dimulai. Para siswa-siswi bernyayi ria sambil tertawa dan tak lupa guru pembimbing menyampaikan beberapa pesan dan pengumuman. Ada juga siswa yang saling bertukar makanan.
Lain halnya dengan Arka dan Aira. Mereka tidak saling berbicara, asik dengan dunianya masing-masing. Aira yang asik memakan saladnya dan Arka bermain game di ponselnya.
Jalan berlubang yang dilewati bis membuat badan Aira terayun ke kanan. Hal itu membuat salad di tangan Aira sedikit berceceran hingga mengenai jaket Arka. Aira pun buru-buru membersihkan tumpahan saladnya.
"Lo gimana sih! Pegang mangkuk aja enggak bisa," ucapan yang dilontarkan Arka membuat gadis itu menatapnya.
"Enggak sengaja kalik," tutur Aira dan kembali memakan salad yang tersisa.
Oh sepertinya gadis ini lupa jika masih ada satu bagian lagi yang belom ia bersihkan."Bersihin. Jangan kembaliin sebelom bersih," Arka melepas jaketnya dan melemparkannya kesamping tepat di muka Aira.
Untung saja Aira telah selesai makan saladnya. Kalau tidak bisa-bisa tumpah lagi. "Cuma ginian doang tinggal di lap."
"Cuci bersih." Arka tetap ingin jaketnya dicuci.
Seisi bis terguncang ketika roda bisa kembali menerjang lubang. Sesuatu yang tidak direncanakan oleh pihak manapun terjadi. Tubuh Aira yang tidak siap menerima gucangan terhampar di dada bidang milik Arka. Arka menatap gadis itu yang juga menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forelsket
Teen FictionSudahkah kalian merasakan forelsket? Forelsket akan terjadi ketika seseorang beranjak remaja dan merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Betapa istimewanya jatuh cinta. Seseorang akan merasakan jantungnya yang berdebar, hatinya yang berbunga-bu...