2. Musibah

175 85 178
                                    

Nyatanya bangun lebih pagi itu menyenangkan. Tidak perlu terburu-buru berangkat ke sekolah dan memanjat pagar dengan susah payah atau pun dihukum oleh guru BK.

Kenikmatan itu Aira rasakan saat ini. Pagi ini seperti biasa, ia berangkat ke sekolah besama keempat sahabanya menaiki mobil merah milik Dara. Itu sudah menjadi kebiasaan mereka sejak dulu. Bahkan posisi dudukpun tidak pernah berubah.

Dara yang mengemudi dengan Aira yang berada di sampingnya. Di kursi penumpang ada Aldi di sebelah kiri, Deandra di tengah dan Dodo di sebelah kanan. Tak jarang Dodo dan Deandra bertengkar hanya karena tempat duduk.

"Gentong lo tu duduk belakang!" Pinta Deandra kesal karena ia merasa separuh wilayahnya diambil oleh Dodo.

Pemuda itu sering kali duduk dengan posisi yang ia mau. Misalnya seperti menyandarkan kepalanya pada bahu Deandra, padahal sudah ada sandara di kursi itu. Atau menaikkan kedua kakinya ke atas kursi dan bersila. Ukuran tubuhnya yang tidak bisa dibilang kecil, membuat Deandra maupun Aldi terganggu.

"Ogah, takut gue dibelakang sendiri. Mistis tauk." Dodo tidak pernah mau mengalah. Dan kalian tau, pasti Aldi yang akan terkena imbasnya. Ia yang harus pindah ke kursi paling belakang.

Tidak butuh waktu lama mereka sampai di sekolah. Hampir semua siswa di sekolah tau bahwa mereka berlima adalah sahabat. Banyak yang mengatakan bahwa persahabatan mereka menarik. Hanya karena hal sepele mereka bisa bertengkar dan setelahnya kembali tertawa.

Mereka berlima menduduki kursi yang berada di tepi lapangan. Memandangi siswa-siswi yang lalu-lalang, tak jarang Dodo menjahili mereka. Namun, bek masuk yang telah berbunyi membuat mereka mendengus sebal, sedikit malas untuk masuk ke kelas.

"Ayo Di masuk kelas, gue belom ngerjain tugas." Deandra menarik tangan Aldia.

Deandra dan Aldi memang saatu kelas, Dodo dan Dara pun satu kelas. Jadi hanya Aira lah yang tidak memiliki gandengan sebagai sahabat di kelasnya.

"Santai aja kali De, hari ini kita free class, karena mau ada rapat guru nanti," ucapan Dara membuat keempat sahabatnya tersenyum bahagia.

"Itu Arka kan, Dar?" Tanya Aldi sambil menunjuk orang yang tengah dijewer telinganya sambil diberi siraman rohani oleh Pak Junaidi.

"Bosen," cletuk Aira yang menatap Arka jengah.

Arka yang baru diberi hukuman dan siraman rohani kembali berjalan dengan wajah datarnya. Dari ekspresinya tidak ada sedikitpun rasa malu dalam dirinya. Padahal Arka telah menjadi pusat perhatian karena perestiwa yang baru ia alami.

"Orang ganteng mah bebas," ujar Dodo ketika Arka melewati mereka.

"Duh Arka gue meleleh, sodara lo ganteng banget Dar yakin," Ucap Deandra kagum. Empat pasang mata menatap Deandra heran. Ia sudah memiliki pacar, tapi tetap saja begitu. Matanya tidak dapat dijaga, jadi mersa kasian pada Jevan.

Free class yang dikatkan Dara memang benar, sayangnya hanya sampai jam istirahat pertama. Kenyataannya sekarang kelas XI IPA 3 yang merupakan kelas Aira sedang mengerjakan tugas walapun guru yang bersangkutan tidak hadir.

Semua siswa yang berada di kelas tersebut sibuk mengerjakan tugas, kecuali satu orang lelaki yang sibuk memainkan game online di hpnya.

"Sepuluh menit lagi tugas dikumpul" seru Denda sebagai ketua kelas mengingatkan.

Aira bernafas lega karena telah menyelesaikan tugasnya. Ia mengeluarkan ponsel dari sakunya dan memainkannya. Tidak lama setelah itu, Aira mengalihkan pandangan dari ponselnya.

ForelsketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang