24. Rencana Licik

31 10 126
                                    

Plak

Tawa keduanya seketika mereda. Seorang gadis dengan lancangnya mendaratkan tamparan di pipi kiri milik Aira, membuat gadis itu mematung seketika. Suasana yang semula terlihat bahagia dengan suara tawa mereka, kini berubah rumit dengan suara tamparan yang membuat mereka terkesima.

"Lo apa-apaan sih?" Tanya Aira memegang pipi kirinya yang terasa panas akibat tamparan itu.

Gadis berambut pirang itu menaikkan sebelah sudut bibirnya, membentuk senyum miringnya yang licik. "Jangan belagu jadi cewek!" Makinya tepat di depan wajah Aira.

Aira mengernyit bingung. Otaknya belum mampu memahami perkataan gadis di hadapannya ini. Sejauh ini Aira belum pernah membuat masalah dengan siapa pun di sekolah. Mungkin hanya masalah sepele dengan teman-temannya yang bahkan tidak sampai terjadi hal seperti ini.

"Kita enggak penah ada urusan 'kan? Mungkin lo salah orang," ucap Aira berusaha tenang dan berpikir positif.

Gadis berambut pirang yang Aira ketahui bernama Tesa itu adalah kakak kelasnya. Ia terkenal sangat bar-bar dan suka menindas orang-orang yang tidak ia sukai.

"Enggak usah sok polos! Lo pikir gue enggak muak liat tingkah lo yang suka caper sana-sini, hobi banget jadi bahan gosip," ucap Tesa dengan tatapannya yang sengit.

"Enggak cuma gue yang muak, diantara mereka juga bayak yang benci sama lo!" Tesa menunjuk orang-orang di sekelilingnya.

Aira mengikuti arah tunjukan Tesa. Dilihatnya orang-orang yang berkerumun mengelilingi mereka, beragam ekspresi yang ditunjukkan oleh mereka. Sementara itu, Arka masih diam dengan wajah datarnya, menyaksikan Tesa dengan mulut pedasnya dan Aira yang entahlah, perasaanya campur aduk. Ia bingung, sakit hati, dan marah.

"Gue masih enggak paham sama alasan lo. Asal lo tau, gue juga capek jadi bahan gosip, padahal mereka juga enggak tau kebenarannya," ucap Aira lantang dengan tatapan menusuk ka arah Tesa.

Arka menatap Aira kagum. Yang ia tahu, korban penindasan Tesa yang  sebelumnya belum pernah ada yang mencoba untuk melawan. Mereka lebih dulu merasa takut dan kehilangan kepercayaan diri untuk melawan. Tapi tidak dengan Aira, gadis itu tidak berdiam diri saat ditindas seperti ini.

"Jadi tolong jaga ucapan lo!" lanjut Aira dengan penekanan di setiap katanya.

"Udah deh enggak usah munafik! Lo deketin Arka buat pansos 'kan? Iyalah pastinya. Udah kasih apa aja lo ke dia sampek mau ditempelin terus sama lo?" Tanya Tesa dengan perkataan yang sungguh menohok hati lawan bicaranya.

Aira mengepalkan tangannya erat. Emosinya terasa ingin meledak, tapi masih coba ia tahan. Tangannya sungguh ingin menampar Tesa, tapi ia tidak mau mengotori tangannya dengan melakukan hal itu. Jika itu terjadi, maka ia tida ada bedanya dengan Tesa. Karena tidak semestinya kejahatan juga dibalas dengan kejahatan.

"Kenapa lo diem? Bener 'kan omongan gue. Dasar murahan!" Makinya lagi dengan tangan yang mendorong bahu Aira hingga gadis itu mundur beberapa langkah ke belakang.

"Kak tolong ya, jaga ucapan lo. Enggak semua yang lo dengar dan lo lihat itu sesuai sama kenyataannya! Jangan mersa paling tau deh!" Emosi Aira mulai tidak terkontrol.

Tesa menatap Aira berapi-api, merasa tersinggung dengan ucapan gadis itu. Adik kelasnya yang satu ini sangat berani melawannya hingga mampu membuat sebagian orang berdecak kagum. Situasi ini membuat Tesa merasa telah dipermalukan di depan banyak orang.

"Bacot lo! Dasar murahan!" Tesa mengangkat tangannya bersiap melayangkan kembali tamparan pada Aira.

"Cukup!" Arka mencengkram kuat tangan Tesa yang mengambang di udara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ForelsketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang