14. Lara

83 40 103
                                    

Di tempat yang sepi Aira dan Arka sekarang berada. Banyak gundukan-gundukan tanah di area yang lapang. Hanya ada beberapa orang di sana. Ada yang sedang berjongkok sambil memandangi gundukan tanah itu, ada yang menangis sambil memeluk batu bertuliskan nama seseorang, dan ada yang menaburkan bunga di atas gundukan tanah itu.

Aira menatap Arka penuh tanya. Untuk apa lelaki itu membawanya ke tempat seperti ini. Aira kira, Arka bener-bener akan membawanya ke toko helem atau ke kafe yang biasa mereka kunjungi.

"Gila Lo! Ngapain Lo bawa gue ke kuburan? Di sini mana ada toko helem" Aira menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Ia semakin yakin bahwa Arka memang sedang kerasukan iblis gila.

"Lo yang gila! Orang kalok ke kuburan identiknya mau ngapain? Bodoh" ucap Arka lalu mengambil satu bunga dari tangan Aira dan melengos pergi meninggalkan Aira yang masih diam di tempatnya.

Aira lantas menyusul Arka dan mengekor di belakangnya. Sedikit horor jika berada di tempat ini, membuat bulu kuduk Aira berdiri. Tidak terlalu jauh melangkah, Arka berhenti dan berjongkok di samping gundukan kecil yang telah dilapisi keramik. Aira ikut berjangkok dan diam sambil mengamati Arka.

Arka memegang batu nisan bernama Lara Ayu Dirgantara. Nama yang hampir sama dengan nama Arka dan Lira. Arka lantas tersenyum, membuat Aira sedikit terperanga . Ini kali pertamanya Aira melihat Arka tersenyum dengan sangat tulus.

"Selamat ulang tahun yang ke-8, Lara. Kakak gak bawa kue tart buat Lara, kakak gak bisa bikinya" Arka terkekeh.

"Tapi kakak bawain bunga buat Lara. Bahagia terus ya Lara, tunggu kakak di surga" Arka mengecup lembut batu nisan itu dan menaruh bunganya.

Arka menengok dan menatap Aira yang juga menatapnya. "Lara di samping kakak ada orang bodoh yang mau beli helem di kuburan" ucapan Arka lantas mendapat cubitan dari Aira.

"Sembarangan!" Sentak Aira.

"Kenalin nama aku Aira. Selamat ulang tahun ya Lara, ini bunga buat kamu. Nanti mamah aku biar beli lagi aja bunganya" Aira tersenyum miris. Rasa sesak hinggap di dadanya.

Ia menatap Arka. Banyak sekali hal yang ia ingin tanyakan pada lelaki itu, namun, apakah pertanyaannya akan mendapat jawaban. Entahlah.

Aira kembali menatap gundukan di depannya. "Bilangin ya sama kakak kamu, suruh istighfar biar iblis gila dalam tubuhnya keluar. Bilangin juga sama dia, jangan ngeselin" Aira tertawa kecil dan di sambut deheman oleh Arka.

"Kakak pergi dulu ya, lain kali kakak bakal kesini lagi" Arka lantas bangkit dan mulai berjalan meninggalkan gundukan itu.

Aira berjalan di belakang Arka. Ia menatap punggung tegak lelaki di hadapannya, kedua pundaknya tetap terangkat sejajar memperlihatkan bahwa ia lelaki yang kuat, tapi Aira merasa bahwa pundak itu sedang memikul beban yang berat.

Aira dan Arka kini berada di salah satu pusat perbelanjaan. Mereka sampai ke tempat tujuan dan berputar-putar mengelilingi rak-rak yang berisi helem. Beberapa kali Aira mencoba helem yang ada, namun, dirinya belum menemukan yang cocok.

"Ribet amat sih milih helem. Yang ini bagus, tapi kekecilan. Yang ini bagus, tapi gede banget" Aira jadi bingung sendiri.

Arka berjalan sambil menenteng helem berwarna hitam. Ia berhenti tepat di samping Aira yang sedang memilih helem. Ia memasangkan helem itu pada kepala Aira.

 Ia memasangkan helem itu pada kepala Aira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ForelsketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang