@Ji_Cyna.18719 (Ditulis ulang)
"DIA ANAKKU, BUKAN ANAKMU!"
Kirei Miyuki. Gadis cantik berhati tulus berkebangsaan Jepang itu memang hidup dengan keadaan yang bertolak belakang dari kata 'BAHAGIA'.
Apalagi, saat Shoji si kakak tiri bergelarkan kejam...
Di ruang tengah Sehun duduk di sofa tunggal berwarna darah dengan batang rokok yang diapit di antara jari telunjuk dan tengahnya. Sebelah kakinya menopang pada paha yang lain. Jarang-jarang ia mendapat waktu santai seperti ini. Ia menikmati setiap sesapan rokoknya, kemudian mengepulkannya ke udara perlahan.
Jangan lupa di belakangnya ada Lay dan Kai, dua bodyguard-nya. Sempurnalah dirinya bagai seorang raja yang berkekuasaan tinggi. Namun, atensinya beralih saat ia mendengar suara keributan dari luar. Heh! Ketenangannya terganggu.
"Ada apa!" tanyanya tegas pada anak buahnya yang masuk tergopoh.
"Ada Shoji di luar, Tuan."
"Mau apa dia?" Sehun bergumam. "Biarkan dia masuk."
Anak buah di hadapan Sehun keluar sesaat untuk membawa Shoji masuk menemuinya, Shoji diapit oleh dua anak buah itu.
"Ada apa?!"
"Tuan, tolong kembalikan Kirei padaku. Aku akan mengembalikan semua uangmu," pinta Shoji penuh harap.
"Tidak bisa!" tukas Sehun kembali menyesap rokoknya, maniknya tak sedikit pun bergerak 'tuk memandang lawan bicara.
"Kekasihnya telah mengancamku. Kumohon Tuan, ini menyangkut nyawaku," Shoji meminta Kirei dikembalikan karena Suho telah mengancam nyawanya, jika Shoji tidak segera mengembalikan Kirei ke pelukannya. Namun, di sisi lain Shoji lupa jika berurusan dengan Sehun, maka nyawanya jauh lebih terancam.
Sehun bangkit dari duduk. Ia berdiri dan bersedekap tangan. "Aku tidak peduli," desisnya membalikkan badan dan segera pergi.
"BERENGSEK KAU SEHUN!" teriaknya pada Sehun yang mulai menjauh, membuat salah satu bodyguard Oh Sehun mengarahkan senjata ke arah Shoji. Shoji berhasil membangunkan singa tidur.
"JANGAN!" cegah Sehun dengan mengangkat tangannya ke udara saat indera pendengarnya mendengar anak buahnya bergerak. Lay menurunkan senjatanya.
"Aku masih ingin bermain-main dengannya," desis Sehun berbalik badan menghadap Shoji. Ia menjatuhkan puntung rokok ke lantai dan menginjaknya. Ada bola api di mata Sehun yang manatap nanar mata Shoji, bahkan lebih berapi-api lagi dari pada Shoji. Sehun paling tidak suka jika ada seseorang yang memanggil namanya tidak sopan, apa lagi mengumpatnya.
"Rupanya kau sudah siap Shoji, pulang dengan anggota tubuh yang tidak utuh." Sehun berjalan lalu berdiri di depan Shoji dengan jarak dekat. "Bawa dia!" titahnya pada bodyguard-nya.
"Kau mau apa?" Shoji mulai panik.
"Sudah kubilang, aku hanya ingin bermain-main dulu denganmu," cicit Sehun membelakangi Shoji.
• •
Shoji di dudukkan di kursi yang terletak di tengah lapangan dengan keadaan tangan terikat. Memang tidak semua anak buah Sehun berada di sana. Namun Kirei, Baekhyun dan Minkyu diundang untuk menyaksikannya. Mereka bertiga berdiri dibarisan depan, tepat di belakang Sehun berdiri.
"Berikan aku gunting," pinta Sehun dengan pandangan ke depan dan sebelah tangan di angkat. Lay memberikannya.
Sehun melangkah lambat dengan seringainya. Memang tampan rupanya, namun seram auranya. Mungkin saat ini setan pun akan lari terbirit-birit jika melihat raja dari mereka menggeram seperti ini.
"BERENGSEK KAU SEHUN! PECUNDANG KAU!"
"Kau tidak berbeda jauh denganku." Kini langkahnya telah berhenti tepat depan kursi yang Shoji duduki.
"Aku akan membalasmu," ancam Shoji mendongak memandang wajah Sehun yang kini tengah menatapnya sengit di hadapannya.
"Buka mulutmu," suruh Sehun pada Shoji. Begitu santai mneyuruhnya, memang siapa yang mau.
"Cuihh,,," Shoji meludahi wajah Sehun.
"BERENGSEKKKKK!!!" umpat Sehun sambil mengelap pipinya, ia mencekam mulut Shoji, dengan satu kaki yang di naikkan ke paha Shoji. Sehun mengait lidah Shoji, lalu dengan hati-hati ia mengguntingi sedikit demi sedikit lidah Shoji.
Kirei menunduk tak sanggup melihatnya. Baekhyun tersenyum manis saat melihatnya, kini dendam atas perlakuan Shoji terhadap kakaknya telah terbayar. Minkyu berkeringat dingin melihat kekejaman kakaknya.
Shoji tersedak oleh darahnya sendiri, tubuhnya menegang sebelum ia menutup mata dan tak lagi bernapas.
Sehun tertawa kecil, sungguh indah mahakarya yang dibuat. Berharap esok atau lusa ia dapat melakukannya lagi. Membunuh orang-orang licik seperti Shoji contohnya, telah menjadi kebiasaan bagi Sehun. Sangat menyenangkan, bukan?
Kai menghampiri Sehun di tengah lapangan sembari membawakan jas hitam milik Sehun untuk menggantikan jasnya yang kotor penuh darah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.