Senja telah tenggelam, kini berganti malam yang menyelimuti alam semesta. Sepi, sunyi. Jangankan bintang, bulan pun tak tampak malam ini. Hanya awan hitam yang menggantung di langit. Tampaknya, malam ini menyedihkan. Malam yang mewakili hati seorang wanita berperut buncit yang berbaring lemah di atas ranjang dengan berlinang air mata. Tangannya terikat, mata sembap, bibir pucat dan kecoklatan melingkari mata.
Yah, energinya betul-betul terkuras habis.
Bagaimana tidak? Dalam kurun waktu seminggu ia hanya makan tiga kali dengan semangkuk bubur bercampur garam. Hanya air putih yang puas diminum sebagai satu-satunya sumber tenaga.
Berarti, sehari makan dan dua hari tidak. Bukan begitu?
"Kata orang, wanita hamil itu lebih nikmat rasanya." He-ji duduk di kursi seraya melipat lengan. "Perkosa dia bergantian. Setelah itu, bunuh dia dengan cara yang mengenaskan!"
Dua anak buah He-ji melepas baju bersamaan. Satu berambut tipis melancarkan aksinya menciumi kaki dan betis Kirei. Seorang lagi bertato di lengan, sedang membelai pipi lalu tangannya turun hingga ke perut Kirei.
"Jangan. Jangan. Jangan," sementara Kirei hanya dapat menggeleng, bergumam tanpa mengeluarkan suara.
Brakk!
"BERENGSEK!" umpatnya setelah berhasil mendobrak pintu. Dengan langkah panjang ia menyambar kedua anak buah He-ji sekaligus sampai mengeluarkan cairan putih dari mulutnya.
He-ji tersentak dengan kedatangan Sehun yang tiba-tiba. Menyaksikan gerakan gesit Sehun membokong anak buahnya yang hendak memperkosa Kirei.
Sehun menghajar habis si pria bertato, beralih dari itu, Sehun menendang perut si rambut tipis yang hendak membokong dirinya dari belakang. Hingga akhirnya anak buah He-ji terkapar di lantai.
Tidak tinggal diam, He-ji mengeluarkan pistol dari tasnya lalu mengarahkan ke kepala Kirei dari jarak jauh.
Dor!
Akh! Peluru itu dengan cepat melesat masuk di lengan atas Sehun yang melompat dengan gaya ortodoks demi melindungi Kirei. Membuatnya memekik sakit.
"Bedebah!" Sehun mengayunkan kakinya ke atas guna menendang tangan He-ji yang ingin melancarkan niatnya menembak Kirei. Tepat sasaran, pistol He-ji jatuh.
"Bunuh mereka!" He-ji menitah pada anak buahnya sebelum bergegas keluar mencari keselamatan sendiri.
Si pria bertato menyerang Sehun lagi. Sedetik Sehun dapat menghindar, tapi tak pelak ketika sebilah benda dingin mengenai pipinya sampai robek. Dengan susah payah Sehun berdiri, tapi sayang sekali, karena si rambut tipis sudah lebih dulu menghantam punggung Sehun hingga tumbang. Menelengkup. Darah melimbak dari luka tembakannya.
"Jangan biarkan dia mati dulu. Aku ingin melihat bagaimana reaksinya, jika kita mengeluarkan paksa anaknya. Bagaimana menurutmu?" usul si rambut tipis.
"Usul yang bagus. Setelah itu, kita bawa mereka ke hadapan bos."
Tawa mereka pun menggelegar.
"Kupikir, orang yang bernama Sehun itu tidak mudah ditaklukkan. Ternyata pemikiranku salah," ejek si rambut tipis tersenyum puas. Mereka membelakangi Sehun guna melancarkan aksinya pada Kirei.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Sold [REVISI/2]
Fanfiction@Ji_Cyna.18719 (Ditulis ulang) "DIA ANAKKU, BUKAN ANAKMU!" Kirei Miyuki. Gadis cantik berhati tulus berkebangsaan Jepang itu memang hidup dengan keadaan yang bertolak belakang dari kata 'BAHAGIA'. Apalagi, saat Shoji si kakak tiri bergelarkan kejam...