Part 15

1.1K 60 23
                                        

Keesokan harinya, masih pagi-pagi sekali, Minkyu berjalan menuju ruang kerja Sehun sambil menilik kuku-kukunya yang dicat biru tua. Setahu Minkyu, hari ini Sehun mengambil cuti dari kantor. Jadi ia tidak perlu terburu-buru hanya untuk menyampaikan pesan dari Kirei mengenai Oh-kecil.

"Kakak," panggil Minkyu begitu membuka pintu dan mendapati Sehun duduk di balik meja kerja.

"Mengapa, Minkyu?" Di sekitar mata Sehun menghitam, tidak salah lagi karena semalam ia kurang istirahat. Lantaran putranya sering terbangun dan menangis membuat Sehun ikut bergadang sampai pagi buta. Dan, karena sekarang yang seharusnya sudah beristirahat, malah e-mail yang masuk mengharuskan Sehun berkutat depan laptop.

"Younggyu membutuhkan pakaian musim dingin, Kak."

Astaga... Mengapa Sehun melupakan itu. Bahkan ia lupa jika di rumah ini belum tersedia sesuatu apapun untuk putranya, selain pakaian bayi biasa. Tangannya bergerak membuka kacamata radiasi yang bertengger di tulang hidungnya, memutup laptop lalu bergegas pergi.

Didoronglah kereta bayi sambil sesekali menunduk demi melihat wajah putranya untuk memastikan jika ia masih terlelap. Sehun berjalan beriringan dengan Kirei, berkeliling ke sana-sini sambil lalu mengedarkan pandangan ke setiap penjuru mall, mencari barang-barang yang dibutuhkan oleh si buah hati.

"Yang ini, Tuan?"

"Ambil saja sekiranya itu dibutuhkan," lugas Sehun. "Apa lagi yang kita cari, Kirei?"

"Celana dan sweater bayi, Tuan."

Sehun manggut-manggut.

"Aku beli yang ini," ujar Kirei pada si penjual.

"Baik, Nyonya." Si penjual pun memasukkan satu persatu belanjaan Kirei ke dalam paperbag. "Putranya lucu sekali. Kalian sungguh-sungguh keluarga kecil yang harmonis," tambahnya sembari memberikan belanjaannya.

Kirei hanya melirik Sehun yang tengah membalas melirik juga.

Langkah mereka berlanjut lagi, kemudian turun ke lantai bawah setelah membawa beberapa jinjing paperbag yang berisi lengkap pakaian bayi. Di depan pintu keluar mendadak langkah Sehun berhenti begitu ponselnya berbunyi kencang.

"Kirei, aku titip putraku dulu. Tetap di sini, jangan kemana-mana," pesannya berlalu terburu-buru untuk mencari tempat sepi guna mengangkat panggilan telepon.

Kirei mengangguk kecil seraya memandang punggung Sehun yang kian menjauh. Selang beberapa detik kemudian, pandangan Kirei terpatri pada sosok pria yang baru memasuki pintu kaca yang membuka otomatis. Pria itu begitu familiar di mata Kirei, tanpa sadar bibir Kirei melengkung tatkala mata mereka bertemu.

"Kirei," gumamnya.

"Suho," Kirei ikut bergumam. Senyum indah kembali terlukis di wajah cantiknya. Sudah lama mereka tak bersua, masing-masing menyimpan rindu yang mendalam di mata keduanya.

Langkah Suho mendekat. Nyaris ia memeluk wanitanya jika ujung sepatu formalnya tidak tersandung roda depan kereta bayi. Spontan Suho menunduk lalu membulatkan mata kala melihat makhluk kecil di antara mereka.

Suho membungkuk, menyapa Oh-kecil dengan cuilan lembut di pipinya. "Dia anakmu, Kirei?"

"Ya," jawabnya lalu mengangguk.

I'am Sold [REVISI/2] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang