Sehun mengadakan pertemuan antar cliennya. Namun kali ini pertemuannya kurang baik. Seperti biasa Sehun ingin membeli senjata api baru yang ia pesan pada Mr. Joseph dari Amerika Serikat. Ia sedang memilih mana barang yang pas di tangannya. Memilang-miling barangnya ke atas, sembari menunggu seseorang yang katanya memiliki senjata bagus. Sudah sepuluh menit ia menilik senjata api di genggamannya, namun belum ada yang pas di hatinya.Mulut Kyungsoo mulai maju 1 cm, melihat Sehun yang terlalu pemilih dalam hal apapun. "Minum dulu sodanya," celetuknya pada Sehun yang bahkan tak sedikitpun meresponnya. Ia pun menghela napas, lalu menepuk-nepuk lengan Sehun seraya berbisik, "Mereka sudah datang."
Joseph tersenyum, kemudian memperkenankan temannya untuk memperkenalkan diri pada Sehun. "Kenalkan, dia juga ingin membeli senjata sama sepertimu," ujarnya kemudian.
Sehun mendongak, kemudian beranjak menjabat tangan salah satu orang tersebut. "Sehun," ucapnya tegas, tak sedikitpun senyum tersirat di antara mereka berempat.
"Luke Barnett. Panggil saja Luke," balasnya pria berwajah tegas itu. Postur tubuhnya yang lebih besar jika dibandingkan dengan Sehun. Otot tubuhnya besar. Mungkin jika dilihat sekilas akan dikira sebagai petinju saking berototnya.
Sehun mengangguk, lalu menghempas pantatnya di sofa. "Padahal aku tidak ingin tahu nama lengkapnya," lirih Sehun pada Kyungsoo.
Kyungsoo berdecak. Bisa-bisanya Sehun mengatakan hal itu di depan orangnya, untung saja ia tak mendengar, jika mendengar bagaimana jadinya? Yah, meskipun Sehun tidak akan mundur jika saja ada kerusuhan di ruangan itu, tapi tetap saja tidak enak, pikir Kyungsoo.
Sehun membenarkan duduknya seraya menilai revolver dalam genggamannya. Revolver yang satu ini sangat gagah, apalagi jika Sehun yang menggenggamnya. "Ini barang pesananku 'kan?" tanya Sehun, Joseph mengangguk mengiyakan.
"Aku yang akan mengambil barang itu, Joseph." Luke bersuara, namun kalimatnya membuat rahang Sehun mengeras. Ya, bukannya barang itu Sehun yang memesannya? Tapi mengapa Luke seperti sengaja memancing emosi Sehun.
"Baik Sir," sahut Joseph.
"E-tunggu, tunggu, tunggu," Sehun memotong perbicaraan mereka, "senjata ini aku yang memesan, mengapa kau memberikannya pada orang lain?" ia meninggikan nada bicaranya.
"Soal kau, kita bisa bicarakan kembali, Tuan," ujar Joseph.
Sehun tersenyum kecut. "Heh... Tidak bisa begitu, aku berlangganan padamu dan aku memesannya sudah dua bulan yang lalu."
"Tapi aku membayarnya jauh lebih besar darimu," desis Luke mencibir Sehun.
Brak!
Sehun menggebrak meja dengan keras. Emosi menguasai dadanya sebab harga dirinya sudah diinjak-injak oleh orang asing pula. "Sebutkan saja harganya berapa, aku akan membayarnya. Tapi sepertinya kau mencari mati padaku, Joseph," Sehun bergeram, rahangnya begitu jelas mengeras. Kyungsoo berkesiap melihat Sehun marah, ia mencoba menenangkan sahabatnya. Beda dengan Luke yang semakin lebar dalam senyumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Sold [REVISI/2]
Fanfic@Ji_Cyna.18719 (Ditulis ulang) "DIA ANAKKU, BUKAN ANAKMU!" Kirei Miyuki. Gadis cantik berhati tulus berkebangsaan Jepang itu memang hidup dengan keadaan yang bertolak belakang dari kata 'BAHAGIA'. Apalagi, saat Shoji si kakak tiri bergelarkan kejam...