@Ji_Cyna.18719 (Ditulis ulang)
"DIA ANAKKU, BUKAN ANAKMU!"
Kirei Miyuki. Gadis cantik berhati tulus berkebangsaan Jepang itu memang hidup dengan keadaan yang bertolak belakang dari kata 'BAHAGIA'.
Apalagi, saat Shoji si kakak tiri bergelarkan kejam...
Younggyu sedang asik melompat-lompat di ranjang ayahnya untuk membangunkan sang ayah dari mimpi indahnya. Dengan gerakan lincah sampai tubuh Sehun terguncang.
"Gyuuuuu ... Diam...." suara Sehun serak khas orang bangun tidur. Bukannya mendengarkan, Younggyu malah semakin menjadi-jadi. Bahkan Younggyu melompat setinggi mungkin dan menjatuhkan dirinya di atas Sehun.
"Akh!" Pekik Sehun. Bukan marah, ia malah memeluk hangat tubuh kecil putranya. "Kau memang sangat nakal." Kata Sehun masih memejamkan mata.
"Gyu nakal?"
"Ehemm...." Sehun mengangguk-ngangguk.
"Kalna Gyu milip ayah."
Sehun tercengang mendengar ucapan Younggyu. Sempat terlintas bayangan Kirei beberapa tahun lalu, di mana Kirei meminta bantuan karena ulah bayi dalam kandungannya. Seketika senyum Sehun merekah.
"Kau memang sudah nakal sejak dalam kandungan, Sayang." Ujar Sehun gemas mengacak rambut serta memeluk lebih erat putranya.
Ibu lah yang mengandung Gyu dalam perutnya.
Perkataan Minkyu teringang dalam pikiran Younggyu.
"Gyu puna ibu? Ibu bukan mainan."
"Sssttt... Gyu punya ayah." Bisik Sehun membungkam mulut mungil itu.
Hari minggu, hari yang disukai banyak orang termasuk Sehun. Ia masih fokus dengan laptopnya sambil menemani Younggyu bermain mainan bongkar pasang di ranjang. Baju tidur juga masih melekat di tubuh keduanya.
"Ayah."
"Hmm?"
"Pelut Gyu kotong." Ujarnya polos sambil menunjuk perutnya. Sehun melihat lalu terkekeh.
"Gyu mau makan apa?"
"Plit cicen."
"fried chicken, Gyu...."
"Ya Ayah, plit cicen...."
"Ah, iya. Ayo mandi." Ajak Sehun beringsut dari tempat tidur.
"Gyu mau lontat ayo tangkap." Teriak Younggyu melompat ke arah Sehun.
Sehun memandikan Younggyu terlebih dulu. Memang sangat dibutuhkan ekstra kesabaran bagi Oh Sehun ketika harus berhadapan dengan Oh-kecilnya. Sehun harus berdiri menunggu putranya main busa. Mau bagaimana lagi... Marah? Tidak mungkin. Sebab ada dua kemungkinan jika habis kesabaran; antara percuma alias tidak didengar, atau menangis. Apa itu tidak semakin merepotkan diri sendiri?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.