____________________________________________Sehun berjalan-jalan mengelilingi taman kota. Sebenarnya, ia tidak terlalu suka keramaian, namun karena Kyungsoo terus memaksanya, ya mau tidak mau ia tetap ikut. Kakinya berhenti melangkah saat matanya melihat seorang pedagang kaki lima yang menjual aksesoris nama.
"Paman! Aku beli yang ini," ucap Sehun menunjuk gelang kayu bertali benang.
"Baiklah. Siapa namanya?" tanyanya penjual.
"Oh-....,"
"Oh-....,"
Akan ia beri nama siapa anaknya nanti? Bahkan Sehun tidak tahu nanti anaknya laki-laki atau perempuan.
"Eum ... 'Oh' saja, Paman."
"Gelang itu untuk siapa, Sehun? Jangan bilang untuk anakmu," celoteh Kyungsoo yang diangguki oleh Sehun.
"Hah! Gila! Aura keibuanmu sudah terlihat, Sehun," komentar Kyungsoo.
"Diam, atau kau akan mati, Kyungsoo," kecam Sehun kesal. Kyungsoo terkekeh.
"Ini, Tuan, gelangnya sudah selesai."
"Ya. Terima kasih," ucap Sehun setelah membayar gelangnya lalu melenggang pergi.
***
Pukul 11.45 malam. Kirei telah berdamai dengan mimpinya sejak dua jam lalu. Ia menggeliat kesana-kemari untuk mencari posisi tidur yang nyaman. Namun sayang, mimpi indahnya harus terputus ketika bunyi tembakan terdengar disetiap sudut ruangan.
Dor!
Dor!
"Ada apa ini?" gumamnya terperanjat sambil mengusap perut buncitnya dari luar kain tipis yang membalut dirinya.
Tak hanya satu-dua kali, namun berkali-kali bunyi tembakan itu terjadi. Rasa takut, tegang, khawatir, semua bercampur aduk.
"Sebenarnya ada apa di luar?"
"Lalu, aku harus bagaimana?"
Rasa takutnya bertambah setelah ada seorang pria yang mendobrak pintu dan masuk dengan menodong pistol padanya.
"Tamatlah riwayatmu!" teriaknya seorang pria tadi.
Air mata menetes menyatu dengan bercucurnya keringat dingin. Ia memejamkan mata dan pasrah, hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini. Menunggu pelatuk itu tertarik dan sebuah peluru meluncur dengan cepat menembus kepalanya.
"Tuan," lirihnya. Ya, Kirei berharap keajaiban akan terjadi pada malam itu. Dan, ia harap Sehun akan datang untuk menolongnya.
"Hentikan!" tegas seorang pria bertato yang baru datang sambil menahan tangan pria yang siap menarik pelatuk pistol.
"Mengapa kau menghentikanku!"
"Aku rasa, akan lebih seru jika kita tawan dia. Kita lihat bagaimana reaksi Sehun," ucap pria bertato itu.
"Usul yang bagus." Sahut pria berpistol.
"Ayo kita bawa dia."
Dua pria itu menyeret Kirei ke lantai bawah. Kirei terus berteriak meminta bantuan. Kemana Bodyguard-nya? Kemana anak buah Sehun? Kemana Baekhyun? Kemana Minkyu? Mengapa tidak ada seseorang pun yang menolongnya.
Seketika mata Kirei membulat saat melihat lantai putih penuh simbahan darah. Ya, Lay, Kai, dan anak buah Sehun yang lain telah terkapar di sana. Ternyata tidak hanya mereka berdua, tapi bersama anak-anak buahnya.
"Lepaskan aku. Lepaskan aku!" teriak Kirei meronta-ronta.
"Kakak!" teriak Baekhyun berlari ke arah Kirei.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Sold [REVISI/2]
Fiksi Penggemar@Ji_Cyna.18719 (Ditulis ulang) "DIA ANAKKU, BUKAN ANAKMU!" Kirei Miyuki. Gadis cantik berhati tulus berkebangsaan Jepang itu memang hidup dengan keadaan yang bertolak belakang dari kata 'BAHAGIA'. Apalagi, saat Shoji si kakak tiri bergelarkan kejam...