Dengan suara kecil dan melengking. "Ayaaaaaaahhh...," panggilnya mengarahkan kedua tangan pada sang ayah. Sehun menangkap lalu menggendongnya."Gyu mau ke mana?" Sehun bertanya sambil menilik tas ransel milik putranya.
"Gyu mau talan-talan mau cali tombie." Oh-kecil yang kini tengah berpegangan ke bahu kekar ayahnya, itu sangat terlihat imut, apalagi dengan gaya bicaranya yang masih cadel.
"Oh, Gyu mau jalan-jalan mau cari zombie?" ulang Sehun. Younggyu mengangguk antusias, lalu ia turun dari gendongan ayahnya setelah menyadari kehadiran orang lain dalam rumahnya.
'Ya Tuhan, dia anakku?' Kirei diam terpaguh. Mata membulat sesekali mengerjap menahan air mata yang akan atau bahkan mulai jatuh, serta kedua tangan menutup mulut yang menganga. Tubuhnya bergetar, lututnya lemas tak mampu menahan berat badannya sendiri. Ia terduduk di lantai.
Gyu? Bukankah dia Gyu? Bukankah dia anak yang kemarin sore Kirei temukan di pantai? Bukankah... Bukankah... Oh Tuhan! Bodohnya Kirei, mengapa ia kemarin tak menyadari jika anak itu adalah bayi yang ia rindukan selama ini. Kenapa pada kenyataannya beda dengan cerita di film-film yang bisa merasakan keberadaan orang terdekat dari detak jantung? Younggyu sekarang sudah ada di depan mata, tapi mengapa begini? Kirei malah tak bisa berkata apa-apa, ia hanya terisak tangis sendiri. Menyebalkan! Seharusnya tidak begini, seharusnya menyapa dan memeluk anaknya, bukan menangis tidak jelas seperti ini yang mendapat bingung sekaligus cemas dari anaknya. Tidak sesuai rencana!
"Bibi pantai," sapa Younggyu.
Sehun mengerling putranya. Apa maksud dari 'Bibi pantai' itu, Sehun mencoba menerka-nerka, segudang pertanyaan kini memenuhi benaknya. Tampaknya pikiran Sehun kini tengah menerawang mengingat-ingat kejadian di pantai waktu itu. Berbeda dengan Kirei yang saking bahagianya dan terharu, hingga Kirei tak sanggup berkata. Kirei menutup wajahnya dan terus menangis.
"Bibi tenapa menangit?"
Younggyu memeluk Kirei, begitu juga dengan Kirei yang memeluk sayang putranya. Mencium pipi gembul mulus yang selama ini hanya dapat ia cium di kertas paper bergambar bayi. Sehun melonggarkan dasi yang terasa mencekik, ia berdecih sambil tersenyum miring lalu berlalu.
"Kak Kirei? Baekhyun?" kaget Minkyu dari luar rumah. "Kak Kirei ada di sini?" tanyanya kemudian.
"Ya. Aku teman baru Gyu selama dua minggu ke depan."
"Ah, ya." Minkyu meneteskan air mata haru. "Gyu! Gyu tidak boleh nakal pada... Pada...."
"Bibi," potong Kirei tersenyum tipis.
Minkyu menanggapinya dengan senyum miris. Kemudian manik matanya beralih pada pasang mata yang sedang menatapnya dalam. Tatapam Baekhyun terkunci pada netra Minkyu, hingga suara dehaman kecil menyadarkan keduanya. Ya, itu Younggyu yang melakukannya.
****
Younggyu dan Kirei menonton serial drama di layar plasma yang menceritakan tentang seorang anak bersama ibunya. Begitu serius Younggyu menontonnya sembari membiarkan tubuh kecilnya di pangkuan Kirei. "Gyu tidak puna ibu," gerutunya memelas.
"Gyu kan punya ayah, bibi Minkyu, sama bibi Kirei. Jadi, Gyu tidak perlu bersedih lagi. Oke!" Ucap Kirei membelai lembut surai halus putranya, lalu menciumnya. Ciuman yang penuh kasih sayang, ciuman yang meleburkan seluruh kerinduannya kepada putranya.
Younggyu mendongak. "Gyu mau puna ibu," celetuknya. Kirei tersenyum lagi dan lagi mengusap surai putranya.
Sudah tiga puluh menit mereka duduk menonton tv. Younggyu juga sudah terlihat mulai mengantuk. Sudah beberapa kali ia menguap. "Gyu sudah mengantuk, Sayang?" tanya Kirei. Younggyu mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Sold [REVISI/2]
Fanfic@Ji_Cyna.18719 (Ditulis ulang) "DIA ANAKKU, BUKAN ANAKMU!" Kirei Miyuki. Gadis cantik berhati tulus berkebangsaan Jepang itu memang hidup dengan keadaan yang bertolak belakang dari kata 'BAHAGIA'. Apalagi, saat Shoji si kakak tiri bergelarkan kejam...