13

158K 15.9K 310
                                    

Rabu (21.09), 13 November 2019

--------------------------

"Pokoknya Mama gak mau tau. Kalian harus nikah lagi!"

Seruan Greya membuat Nala dan Aska tertegun. Padahal baru saja mereka menghabiskan makan malam. Bahkan belum beranjak dari meja makan. Tapi Greya sudah mengemukakan pembahasan serius yang pasti akan berujung panjang.

Aska hanya menanggapi dengan mengangkat bahu tak peduli seraya menandaskan minumannya. Dia tak terlalu terkejut dengan hal ini. Greya pasti akan melaksanakan pesta pernikahan impiannya untuk dirinya. Hanya saja Aska tak menduga akan secepat ini. Bahkan belum 24 jam sejak mereka tiba di rumah.

Sementara itu Nala malah tampak panik. Dia menatap Aska minta bantuan untuk menolak rencana Greya. Namun Aska sama sekali tak melihatnya. Entah sengaja menghindari pandangan Nala atau memang terlalu sibuk dengan dirinya sendiri.

Memang benar Nala masih mencintai Aska. Perasaan itu masih bertahan di hatinya seolah mengakar kuat. Tapi bukan berarti dirinya bersedia jatuh ke lubang yang sama. Mengalami tragedi yang sama hingga pasti akan berakhir lebih buruk dari yang pernah ia alami.

Pemikiran itu membuat Nala buru-buru mengeluarkan notesnya dari saku lalu menulis serangkaian penolakan. Dia bahkan tak memedulikan lagi peringatan Aska mengenai penyakit Mamanya. Yang dipikirkan Nala saat ini hanya bagaimana menghindari pernikahan yang hendak dirancang Greya.

Tanpa Nala sadari, Aska yang duduk di sampingnya memperhatikan apa yang dilakukan Nala. Tanpa melihat, Aska sudah tahu apa yang Nala tulis. Namun dia tak mencegah. Malah menikmati puding dengan santai.

Usai menulis, Nala segera berdiri menghampiri Greya yang hendak mencuci tangan. Baru saja dia menyentuh bahu Greya sebagai tanda memanggil, notes di tangannya direbut Aska yang juga berdiri membuntuti Nala. begitu Greya berbalik, Aska sudah memasukkan notes ke saku celananya lalu menggandeng lengan Nala.

"Ya? Kalian sudah selesai?"

Nala menggigit bibir menahan kesal seraya berusaha menarik lengannya pelan. Dalam hati dia mengutuki dirinya sendiri karena tak berhati-hati. Seharusnya dia menolak nanti saja. Saat tak ada Aska yang mengawasinya.

"Iya, Ma."

Aska yang menyahut sementara Nala hanya tersenyum ragu. Tahu penolakan dari bibirnya akan percuma karena Greya tidak mungkin mengerti gerak bibirnya. Butuh waktu lama berinteraksi dengannya sampai lawan bicara Nala mengerti gerak bibirnya.

"Tidak perlu buru-buru. Nikmati saja pudingnya. Itu resep baru Bi Imah. Rasanya sangat lezat."

"Simpan saja untuk nanti. Tadi aku sudah berjanji menemani Nala berbelanja pakaian. Kami harus pergi sekarang agar tidak pulang larut."

Pelan-pelan Nala mendesah. Dia sadar ini hanya alasan Aska untuk menjauhkan dirinya dari Greya. Dasar serigala licik!

Tapi Aska tak akan bisa mengawasi dirinya terus-menerus, kan? Lelaki itu juga harus bekerja. Nala yakin dirinya akan menemukan kesempatan untuk memberitahu Greya yang sebenarnya.

"Oh, begitu. Ya, Mama lihat Nala memang tidak membawa banyak pakaian. Tapi apa tidak besok saja? Dia pasti masih lelah."

Aska tersenyum lalu menarik pinggang Nala lembut agar menempel di sisinya. Hal itu tak luput dari perhatian Greya hingga wanita yang menyukai hal-hal romantis itu tersenyum lebar.

"Nala sudah cukup istirahat tadi. Lagipula besok aku harus bekerja seharian dan pasti akan melelahkan jika sudah tiba di rumah. Jadi kupikir malam ini adalah waktu yang tepat."

"Baiklah... baiklah...." Greya menyerah sambil mengibaskan tangan. "Sebaiknya bawa kunci cadangan untuk jaga-jaga kalau kalian lupa waktu."

"Siap, Bos!"

Silent Wounds (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang