Kamis (08.25), 16 April 2020
--------------------------
"Langsung pulang?" tanya Raffi begitu Aska masuk ke mobil.
"Tunggu." Tatapan Aska tertuju lurus pada pintu gedung perusahaan, menunggu seseorang keluar dari sana.
Raffi berdecak. "Lo udah nungguin dia dari tiga jam lalu dan sekarang apa lagi? Mau gue samperin biar sekalian nganter pulang?"
Aska mengabaikan Raffi. Lalu tanpa sadar menghela napas lega begitu melihat Nala keluar. Raffi yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala. Pandangannya mengarah ke tempat lain lalu menyadari ada seseorang yang menunggu Nala. Orang yang familiar.
"Kayaknya udah cukup," gumam Raffi, tak ingin Aska lebih sedih melihat Noval di sana.
"Tunggu bentar lagi."
"Udah ada yang jemput."
"Iya, gue tau."
Tak ada lagi yang bisa Raffi lakukan selain diam dan turut mengamati. Meski suasana agak gelap dan jarak mereka lumayan jauh, tapi keduanya bisa melihat Nala tersenyum lebar ke arah Noval yang dibalas senyum sama lebarnya oleh Noval.
Tak ada ciuman di antara mereka. Tapi semua orang bisa melihat jelas betapa bahagia dan serasinya mereka berdua. Dan tentu saja pandangan itu berhasil mengundang denyut perih di hati Aska yang membuatnya tanpa sadar meremas dadanya.
"Kita pergi sekarang." Suara Raffi lebih tegas.
"Tunggu."
"Aska! Lo cuma nyiksa diri, tau gak?"
Aska terdiam dengan pandangan yang masih mengarah pada pasangan itu. Kini Nala dan Noval sudah masuk ke mobil. Namun pandangan Aska belum juga berpaling. Bahkan sampai mobil itu melaju pergi, tatapannya masih tertuju ke sana.
"Aska..." Suara Raffi lebih pelan, setengah membujuk.
"Gue nerima karmanya, Raf. Dulu emang seharusnya mereka bersama. Gue yang ngerusak hubungan mereka. Sekarang semua kembali ke tempat asal. Mereka bersama, dan gue sendirian."
Raffi meremas pundak Aska untuk menguatkan. Namun dia tak mengatakan apapun. Tak bisa. Semuanya tergantung Aska. Apa dia ingin terus menjebak dirinya sendiri dalam duka tak berujung ini atau memilih melepaskan dan melanjutkan hidup? Pilihannya di tangan Aska.
***
Seperti biasa setiap malam, Nala dan Noval menghabiskan waktu bersama untuk saling berbagi cerita. Malam ini mereka ditemani teh hangat dan biskuit buatan Nala.
"Sungguh, tadi itu seperti yang biasa terjadi dalam film-film drama. Tapi lebih barbar. Aku sampai bingung bagaimana melerai mereka. Akhirnya yang kulakukan hanya berdiri menonton."
Nala tergelak tanpa suara mendengar cerita Noval mengenai kejadian di restoran. Sudut matanya sampai berair lalu dia menangkup pipinya sendiri karena lelah tertawa.
Beberapa saat kemudian setelah tawa mereka reda, Noval menyesap minuman di cangkirnya lalu menunjuk notes Nala di meja. "Sekarang ceritakan tentang harimu. Kurasa kau menyembunyikan sesuatu."
Kening Nala berkerut tak mengerti.
"Hm, kurasa aku melihat Aska tadi. Dia keluar dari kantormu kira-kira lima menit sebelum kau keluar." Mata Noval menyipit. "Kalian selingkuh di belakangku?"
Nala mengerucutkan bibir lalu meraih notesnya. Dia menceritakan secara garis besar kedatangan Aska di perusahaannya.
"Jadi, bagaimana perasaanmu?" tanya Noval setelah membaca tulisan Nala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Wounds (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Trauma mendalam membuat Nala Olivia harus kehilangan kemampuan berbicaranya. Dia yang semula hidup normal berubah menjadi wanita bisu akibat luka hati yang terus dipendamnya sendiri. Suatu hari, Aska Faresta-lelaki...