Selasa (17.05), 21 April 2020
------------------------
Noval tidak bisa pulang cepat hari ini. Jadi Nala memutuskan untuk mendatangi Noval di restoran sekalian makan malam. Saat dia tengah bersiap, mendadak memori tentang Aska di kantor tadi siang memenuhi benaknya.
Aku—aku tidak memintamu untuk menikah denganku lagi. Aku juga tidak akan memintamu berpisah dari Noval. Bahkan kalau kau ingin aku bersembunyi dari Noval, aku akan berusaha tidak bertemu dengannya. Hanya... biarkan aku tetap di sampingmu.
Seketika jantung Nala berdetak lebih kencang. Perlahan dia duduk di tepi ranjang sambil menelaah hatinya.
Ya, Nala tahu dengan pasti bahwa dia masih mencintai Aska. Bahkan setelah dia mengetahui pertemuan mereka hanya sebuah rekayasa pun, tak berhasil mengubah perasaan itu.
Lalu, apa itu berarti Nala sudah memaafkan Aska atas semua kesalahannya dan tak lagi merasakan teror tiap kali berada di dekat lelaki itu?
Entahlah. Nala sendiri tak tahu. Sebenarnya dia memang sudah tidak terlalu takut lagi pada Aska. Hasil pemaksaan Aska tiga tahun lalu. Saat Aska membawanya ke rumah Mamanya dan memaksakan kedekatan fisik mereka. Mungkin Nala sudah mulai terbiasa. Hanya saja saat itu dia masih belum memaafkan Aska. Dan belum bisa sepenuhnya melupakan kekerasan fisik dan batin yang Aska lakukan padanya. Lalu semua itu ditambah fakta yang serasa menamparnya. Bahwa dirinya hanyalah objek balas dendam. Tak bisa Nala jelaskan betapa hancur hatinya dan betapa dia sangat membenci Aska.
Namun tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar. Itu waktu yang sangat panjang untuk memulihkan diri.
Sebelumnya setelah Aska menyakitinya dan Nala memilih melarikan diri dari rumah mereka, Nala hidup sendirian dan serba susah. Dia tidak punya tempat bergantung dan tertatih-tatih menjalani hari demi hari. Kondisi itu bukannya menyembuhkan, melainkan memperparah luka di hatinya. Dia jadi terus teringat apa yang membuatnya jatuh dalam situasi itu dan tak terasa, dua tahun berlalu dengan luka hatinya yang kian membusuk.
Tapi bersama Noval jelas berbeda. Noval tak membiarkannya berduka. Bahkan tak membiarkannya sekedar memikirkan masa lalu. Selalu ada hal baru dan menarik yang bisa mereka lakukan. Bahkan di awal-awal kebersamaan mereka, tiap minggu Noval selalu mengajaknya ke tempat-tempat indah yang memanjakan mata.
Lalu sesekali, mereka menghabiskan waktu untuk berbincang dari hati ke hati. Saling berbagi cerita. Awalnya tentu saja sangat sulit bagi Nala. Selalu terasa pedih saat harus mengingat Aska ataupun Mamanya. Tapi lama kelamaan Nala mulai terbiasa. Dia mulai menerima semua itu sebagai kenangan masa lalu.
Lalu apa Nala sudah memaafkan Aska?
Jawabannya masih sama. Dia tidak tahu.
Saat bertemu Aska lagi setelah tiga tahun lamanya, malah Nala tak bisa memikirkan apapun. Fokusnya hanya pada hatinya yang mulai merasa terancam. Lalu dia merasa takut. Bukan takut seperti yang dia rasakan dulu. Tapi kali ini dia takut Aska bisa melihat betapa dalam cintanya untuk lelaki itu masih mengakar kuat hingga Aska memiliki alasan untuk memanfaatkannya.
Selama beberapa saat, Nala masih duduk di sana. Otaknya berkelana memikirkan perjalanan hidupnya yang berliku. Lalu ingatannya fokus pada masa-masa yang dihabiskannya bersama Noval selama tiga tahun terakhir.
Itu adalah tahun-tahun terindah dalam hidup Nala. Dirinya merasa benar-benar hidup setelah sekian lama. Untuk pertama kalinya dia merasa bebas tanpa beban. Dia membuka mata di pagi hari dengan penuh semangat hendak menjalani hari. Lalu memejamkan mata di malam hari dengan menyimpan kenangan indah. Jadi, bersediakah dirinya menukar hidup tenangnya selama tiga tahun?
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Wounds (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Trauma mendalam membuat Nala Olivia harus kehilangan kemampuan berbicaranya. Dia yang semula hidup normal berubah menjadi wanita bisu akibat luka hati yang terus dipendamnya sendiri. Suatu hari, Aska Faresta-lelaki...