2

195K 20.1K 635
                                    

Sabtu (10.55), 05 Oktober 2019

Pertama kalinya bikin cerita dengan campuran percakapan yg agak santai (walau gak banyak). Biasanya aku selalu pakai ala-ala novel terjemahan. 

Semoga bisa kalian nikmati. 

--------------------------------

Seperti biasa, Nala tiba di rumah kontrakannya saat langit sudah gelap. Meski tampak jelas hidupnya sangat menyedihkan, Nala selalu punya cara untuk menyibukkan diri dan membuat otaknya tak berpikir muluk dengan mengkhayalkan hal-hal yang tak mungkin dia dapatkan. Namun malam ini berbeda. Kehadiran Aska mau tak mau membuka kembali luka lama. Membuat Nala ingin marah sekaligus mengasihani dirinya sendiri karena masih saja terpengaruh.

Begitu berhasil membuka pintu rumah, Nala tak lantas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri seperti biasa. Dia malah menyandarkan punggung ke pintu yang sudah tertutup lalu merosot hingga terduduk di lantai dengan kedua lutut menekuk.

Air mata Nala bergulir begitu memori kebersamaannya dengan Aska menguasai otaknya. Kegelapan sekitarnya memperparah derasnya memori itu. Nala ingat setiap detail. Seolah baru kemarin semuanya terjadi.

"Apa yang kau lakukan?" Nala mendongak, menatap kesal ke arah pemilik mata cokelat itu yang merusak kesenangannya.

"Kau hanya akan membuat dirimu sendiri sakit," balas lelaki itu sama kesalnya.

"Aku suka hujan." Nala merengut. "Kau mengganggu kesenanganku." Lalu Nala berbalik pergi, meninggalkan lelaki yang baru saja memayunginya.

Setelahnya mereka bertemu lagi dan lagi. Hingga tanpa sadar persahabatan terjalin di antara mereka.

Aska selalu murah senyum. Dan senyumnya menular pada Nala. Mereka cocok dalam banyak hal. Apapun yang mereka bincangkan selalu seru hingga keduanya enggan untuk mengakhirinya.

Saat kekasih Nala mengkhianatinya, Aska juga yang berdiri di samping Nala memberi dukungan. Dia menghibur wanita itu hingga melupakan kesedihannya.

Senyum Nala yang berpadu dengan air mata merekah, teringat masa-masa manis itu. Aska selalu memperlakukannya bak puteri. Sangat memperhatikannya. Menghapus air mata Nala, memberikan lengan untuk Nala berpegangan, dan dada untuk Nala bersandar menumpahkan pedih di hatinya. Meski tidak semua masalah pribadinya dia bagi dengan Aska, tapi kehadiran Aska sudah sangat meringankan hatinya dan membuat hidupnya penuh warna.

Namun senyum Nala seketika pudar digantikan tangis tertahan begitu kenangan manis itu berubah menjadi perlakuan buruk Aska tanpa Nala sendiri mengerti apa kesalahannya. Aska jadi suka marah. Dia bahkan tak segan melayangkan pukulan. Hingga yang membuat Nala tak tahan, Nala menyaksikan bagaimana Aska menjamah dan nyaris berhubungan badan dengan wanita yang diakuinya sebagai kekasihnya.

Saat itulah Nala pergi. Apalagi dia sadar betul Aska sengaja melakukannya untuk menyakitinya. Tapi sampai sekarang Nala masih tak juga mengerti. Apa kesalahannya? Mengapa Aska tega melakukannya?

***

Aska berdiri dengan kedua lengan terlipat di depan dada menghadap dinding kaca yang memenuhi bagian belakang ruang kerjanya. Dari sana dia bisa melihat gedung-gedung pencakar langit lain dan kendaraan-kendaraan yang tampak sangat kecil di bawah.

Ada ketenangan sendiri yang dirasakan Aska dengan melihat semua pemandangan itu. Saat ada hal pelik yang harus dicerna otaknya, pastilah Aska akan menghabiskan waktu berdiri lama di sana hingga apa yang dia pikirkan memiliki jalan keluar. Atau setidaknya langkah mencari jalan keluar.

Seperti saat ini. Dia juga tengah memikirkan hal pelik. Tapi bukan berhubungan dengan pekerjaan. Ini berhubungan dengan mantannya, wanita dari masa lalunya. Nala Olivia.

Silent Wounds (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang