Part 2

6.3K 170 4
                                    

Sebelum meluncur balik ke rumah, aku mampir dulu ke Indom**et deket kantor buat beli Du*ex, ya kondom ya lubrikan. Penasaran, buat apa sebenernya request si Agus beginian, oleh karena itu kuturuti saja permintaannya, meski aku harus nebelin kulit muka sewaktu antri bayar di kasir, rasanya kayak pada ngeliatin, hahaha.

"Ini aja, Pak? Pulsanya sekalian?"

"Oh enggak mas, itu aja!" jawabku pada pria muda petugas kasir berwajah glowing yang kurasa agak sedikit genit, senyam-senyumnya over sambil terus refleks melihat barang belanjaanku.

"Totalnya jadi delapan puluh sembilan ribu sembilan ratus rupiah, Pak".

"Oke, saya bayar pake OV*, bisa?"

"Bisa, silakan di-scan QR-CODE nya, terus input 89.900 ya Pak".

"Oke".

"Udah sukses ya" sambil kutunjukkan layar hapeku pada si lakik genit itu.

"Baik, Pak, terima kasih sudah berbelanja di Ind**are*".

Begini nih, adaaa... aja kejadian random di kehidupanku yang bikin geleng-geleng kepala, tapi kuanggap sebagai hiburan. Cukup dibikin stress sama kerjaan aja lah, tidak dengan yang lain, hal sepele macam kejadian tadi. Sestress-stressnya kerjaan, kita dibayar, ada timbal balik.

***

Malam semakin larut, jalanan sudah mulai sepi. Tape mobil entah bekas siapa playlistnya pas di lagu-lagu Air Supply dari album The Vanishing Race. God, aku jadi flashback ke awal 90-an bareng lagu Goodbye, It's Never Too Late & The Vanishing Race, tiba-tiba hati terasa perih hingga mataku berkaca-kaca tak terkontrol.

Aku tiba di rumah hampir jam 10 malam. Mata udah sepet banget, sungguh-sungguh lelah body ini, tapi kuharus packing heula buat ke Garut besok. Dengan sisa energi yang ada ku-pilih beberapa baju di lemari yang bahannya adem, tiga kaos oblong kupikir cukup, empat potong dengan yang kupakai berangkat besok sore. Celana jins & celana pendek masing-masing satu, plus 2 kancut , 2 boxer. Boxer ini wajib ada, biasa kupakai saat tidur, tanpa ini bisa-bisa aku insomnia. 

Perlengkapan mandi dan pesanan si Agus gak lupa kumasukkan juga ke dalam ransel. Dan.. akhirnya kelar juga, rebahan bentar dan saking capeknya, aku ketiduran tanpa sempat membersihkan badan lebih dulu.

Out of TownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang