Part 48

1.8K 91 25
                                    

Lima menit berlalu, kedua orang itu masih belum menunjukkan tanda-tanda selesai mandi. Sesekali aku beradu tatap dengan Helmy, tanda sama-sama bertanya dalam hati, ada apa sebenarnya ini.

Kegelisahan kami berdua tak bisa disembunyikan, gesturku dan Helmy sama-sama merasa tidak nyaman. Apakah mungkin Helmy tengah menahan panas hati sepertiku? 

Iya, panas hatiku begitu tahu Pak Sasongko tengah beradu mulut dalam arti sensual bersama Agus, dan mungkin saja Helmy pun demikian, mencemburui Agus yang sedang beradegan mesra dengan boss-nya sendiri.

Wajah Helmy perlahan memerah. Aku jadi khawatir, berharap tak terjadi apa pada asisten Pak Sasongko ini. Aku tepuk pundaknya...

"Are you okay, Hel?" tanyaku lirih dengan nafas rapat.

Helmy memberi respon dengan senyuman kecut dan aku paham artinya.

Otakku terus berputar, bagaimana caranya menghentikan semua ini anpa menimbulkan prahara. Tarikan nafasku semakin memburu. Energiku benar-benar tersedot memikirkan ini.

"Lo ikut gw Hel!" pintaku tiba-tiba.

Helmy menatapku penuh keheranan tanpa berkata apa-apa.

"Ikut gw sekarang!" pintaku sekali lagi.

Aku berjalan meuju pintu kamar mandi sambil melepas kaos lalu kulempar sembarangan. Tak lama Helmy membuntuti. Bedanya ia tak buka baju.

Setibanya di ruang mandi yang sekarang berasa sesak, aku lepas semua yang masih menempel di tubuh. Aku kini bugil tanpa sehelai benang pun. Penisku sama sekali tak bernafsu untuk ereksi. Libido seketika hilang begitu tahu Pak Sasongko tengah asyik melumat bibir Agus, rekan kerja sekaligus atasan di kantorku.

Air shower masih ngucur, seolah disengaja dibiarkan terbuang untuk meredam suara desahan dan lenguhan Agus yang sangat menikmati cumbuan Pak Sasongko. Kedatangan aku dan Helmy sama sekali tidak membuat mereka berhenti enak-enak.

Entah terdorong nafsu atau cemburu yang mendidih di dalam kepala, aku langsung memeluk tubuh Pak Sasongko dari belakang. Aku memaksa masuk dan melingkarkan kedua tangan ke bagian depan tubuh telanjang pria matang ini yang berdempetan dengan tubuh Agus. Terasa sekali perut (sedikit) buncit Pak Sasongko bisa aku rangkul dengan sempurna. 

Aku deg-degan luar biasa. Nafasku terengah-engah tapi tak terdengar jelas, tersamarkan suara air yang masih keluar dari shower. Pak Sasongko masih fokus mencumbui Agus, ia tak memberi respon atas flirtingan-ku selain desahan lirih. Mengerang dengan jantan.

Aku gesekkan jenggot dan kumis yang sudah 4 hari tak dicukur ke tengkuk Pak Sasongko. Dia mulai menggelinjang dan erangannya semakin kencang. Aku makin bernafsu. Rangsangan pada Pak Sasongko semakin menggila. Kini aku tak peduli lagi atas situasi yang ada. Kesempatan sekaligus kemarahan yang aku rasakan pada dua orang ini, aku lampiaskan saja sekalian.

Perlahan batang penisku membesar dan mengeras kemudian menyelusup ke dalam belahan bokong Pak Sasongko. Terasa bergesekan dengan rambut-rambut halus di sekitar lubang surgawi Pak Sasongko. Ia diam saja.

Rupanya Helmy melakukan hal yang sama pada Agus. Ajakan dan maksudku tadi bisa diterjemahkan dengan olehnya. Ia tak kalah bernafsu 'menyerang' Agus. Aku paham, ada hati Helmy yang bertaut pada Agus. Aku bisa baca dari gestur keduanya saat berinteraksi. Oportuniti ini dimanfaatkan Helmy dengan baik sekali.

Cumbuan Helmy di belakang tubuh Agus menghasilkan lenguhan yang tak kalah riuh dari Pak Sasongko. Seketika kamar mandi ini menjadi sangat panas dan berembun, seluruh permukaan kaca dan cermin jadi buram tertutup uap. Ada empat orang laki-laki dewasa tengah saling meng-enakan satu sama lain. Persetan di luar sana ada orang asing bernama Pak Dadang. Kami benar-benar lupa diri.

Out of TownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang