Part 47

2.2K 107 28
                                    

Belum sampai juluran lincah lidah Pak Dadang menyentuh lubang berkerut milik Pak Sasongko, tiba-tiba pintu kamar diketuk dari luar, bersamaan dengan bunyi bel yang ditekan berulang kali.

Sontak saja kami bertiga terkejut. Aku yang tengah berkonsentrasi penuh pada pemandangan indah di depan mata, menggerutu dalam hati.

"Sialan... Helmy dan Agus datang rupanya."

Pak Sasongko pun tak kalah kaget, ia yang sudah ada dalam posisi nungging, langsung membatalkan sesi terakhir itu. Ia segera membalikkan badan, bangkit dan mengambil handuk yang tergeletak di meja kecil samping ranjang lalu melilitkannya di setengah bagian bawah tubuhnya sambil berjalan cepat menuju kamar mandi.

"Saya langsung mandi saja, A." ujar Pak Sasongko pada Pak Dadang.

Terapis itupun mengangguk dengan wajah datar seraya menarik celananya ke atas lalu merapikan diri cepat-cepat. Kulihat ada raut kecewa yang tersirat di mukanya. Finishing yang dia lancarkan gagal total karena Pak Sasongko memutuskan menyudahi sesi.

Sebagai satu-satunya orang 'nganggur' di dalam kamar, aku bergegas menuju pintu. Bunyi bel masih terus terdengar seolah mereka yang ada di luar tak sabar untuk segera masuk ke dalam kamar.

"Sabaar... woy!" teriakku dari dalam.

Handle aku tekan ke bawah dan pintu pun terbuka. 

Benar saja, Agus dan Helmy berdiri di depan pintu. Wajah Agus kulihat meringis sedikit kemerahan.

"Lo kenapa, Gus?"

"Kebelet, Don!" Helmy gesit menjawab.

"Oalaaah.... di dalam ada Pak Sasongko lagi mandi!"

"Daripada boker di celana, gapapa ikut aja lah." ujar Helmy lagi memberi solusi.

Ia kemudia mengetuk pintu kamar mandi.

"Siapa??" teriak Pak Sasongko dari dalam.

"Helmy, Pak. Boleh ikut dulu sebentar? Agus kebelet pup Pak!" jawab Helmy tak kalah kencang.

"Masuk saja, tidak saya kunci koq!" respon Pak Sasongko memberi angin segar pada Agus yang tengah di ujung tanduk.

Agus buru-buru berjalan mendekati pintu kamar mandi yang terbuat dari kaca buram itu, perlahan didorongnya kemudian masuk. 

Di bawah shower, Pak Sasongko tengah asyik mengguyur tubuh sexy-nya membelakangi pandangan Agus tanpa merasa canggung sedikitpun.

Siulan dan senandung lagu lawas keluar dari mulut pria dewasa itu.

Posisi kloset dan shower tersekat, hingga Pak Sasongko bisa lanjut membersihkan badan tanpa terganggu Agus yang sedang buang hajat. 

"Kamu kenapa lagi, Gus?" tanya Pak Sasongko yang kini tengah sabunan.

Shower gel beraroma woody menyeruak ke seluruh ruang kamar mandi. Agus sungguh terselamatkan, ia tak lagi risih menahan malu akibat aroma busuk tinja cair yang keluar dari lubang duburnya disertai angin. Bau itu hanya tercium Agus sendiri.

Suara 'tembakan' dan luncuran mencret pun tersamarkan oleh gemericik suara pancuran air yang sedari tadi meluncur dari atas kepala Pak Sasongko. Sesekali Pak Sasongko bersenandung menyanyikan lagu lama milik Rahmat Kartolo. Seorang penyanyi lawas Indonesia yang tentu saja akan tidak dikenali oleh generasi milenial.

***

Semburan 'lahar' kotor ---yang entah berapa kali meledak--- dari dubur Agus akhirnya berhenti. Kini ia merasa lebih lega. Sampah-sampahnya sudah berhasil dibuang. Perutnya tak lagi mulas bagai perempuan hamil yang bersiap brojolan

Out of TownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang