Part 12

3.3K 129 1
                                    


Aku terbangun kegerahan plus ngerasain sedikit berat di bagian belakang tubuh. Oh God, rupanya Agus memelukku dari belakang dengan mulut masih sedikit mendengkur. Dia gak sadar rupanya, dipikirnya aku ini mungkin guling. Oke, kunikmati saja di tengah rasa kantuk dan kesadaran yang gak sampe 100%. Hembusan nafas dia di leherku bukannya bikin berisik, tapi aku malah horny. Apalagi tadi aku memang ngarep dipeluk Agus dari belakang sewaktu di kamar mandi. Semesta mendengar mauku dengan eksekusi yang berbeda. Ya sudah, nikmati aja...

Otak nakal-ku mulai bangkit, ingin rasanya memindahkan posisi tangan Agus yang saat ini ada di perut atasku, digeser ke bawah pusarku. Kebetulan celana pendek yang kupakai sekarang longgar. Turunin jangan, turunin jangan... Sampe akhirnya aku nekat menggeser tangan kiri Agus ke perut bagian bawahku. Tepat di bulu-bulu antara udel dan pubik. Jantungku kembali berdebar dengan degupan semakin rapat, mata ngantuk mendadak lenyap, desir darah mengaliri setiap pembuluh di tubuhku.

Aduh... tangan Agus bergerak!! Seperti mengusap-usap perutku! Tapi aku dengar dia masih ngorok halus. Tubuhku semakin bergetar. Adrenalin sedikit demi sedikit keluar, menjadi booster pikiran-pikiran kotor. Jujur aku gak kuat ingin memeluk balik dan mencium bibirnya. Oh God, tangan Agus bergerak lagi seperti semakin menjurus ke bagian bawah. Batang penisku menegang seketika. Jarak antara tangan Agus dengan organ vitalku semakin dekat. Kali ini aku pasrah, ereksi semakin mengeras hingga akhirnya ujung penisku menyentuh tangan Agus, dan... tiba-tiba dia bersuara:

"Hoaaammm!"

Tangannya seketika ditarik.

"Eh, sorry Don!" ucap Agus dengan suara parau khas orang bangun tidur.

Aku pura-pura tidur seolah tak tahu apa yang baru saja terjadi. Agus memanggilku lirih, seolah ingin memastikan apakah aku tidur atau enggak. Dua kali dia memanggil namaku pelan, aku tetap diam. Tangan Agus kembali ke posisi tadi. Ya Tuhan, kali ini tangannya benar-benar "hinggap" di zakarku yang masih keras. Dielusnya kepala junior-ku yang ujungya mulai basah karena madzi (baca: cum).

Demi Tuhan, aku gak kuat.....

Out of TownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang