"Kamu di sini juga, San?" tanyaku sambil bangkit mendekati Sandi.
"Iya, Pak. Makan dulu sebelum lanjut ke penginapan. Sekalian janjian sama Pak Dadang, 'pesenan' Pak Agus." jawab Sandi setengah berbisik.
"Saha Pak Dadang teh, San?"
"Massage, Pak!"
"Owh... Mana orangnya?"
"Itu..." Sandi memberi isyarat - menunjuk ke arah pria gempal yang duduk di pojok sana.
Astaga... jadi orang yang di angkot tadi itu terapis toh?! Dunia kok sempit sekali ya! Aku sempat bertatapan pula, tadi.
Pak Dadang ini not bad sih sebenernya, perawakan gempal dengan buncit khas umur 40-an, kulit bersih, tinggi sekitar 160cm, brewok tipis, alis tebel, mata agak sipit dan senyumnya --buatku-- cukup membius, meskipun wajahnya standar muka Sunda pada umumnya.
"San, suruh gabung ke meja saya aja ya!" pintaku dengan sedikit modus.
"Pak Dadang?" tanya Sandi sedikit lemot.
"Iya, sama kamu juga abis ini!"
"Siap...!"
Aku balik ke meja...
"Gus, lo emang 'pesen' massage ke si Sandi?" tanyaku berusaha konfirmasi.
"Iya... waktu di pemandian gw basa-basi nanya dia, apa di Garut ada terapis bapak-bapak yang bagus, yang enak pijetannya. Asli gw iseng doang nanya... eh taunya ada! Yo wes, kadung nanya dan ada, gw suruh dateng malem ini!"
"Terus gimane urusannya entar?"
"Gimana apanya? Gw emang pegel-pegel, udah lama banget kagak pijet. Mumpung lagi liburan kan?"
"Hmmm..."
"Ya kalo lo mau, pijet aja juga abis gw!"
"Pengen sih gw..."
"Oke, abis gw aja nanti!"
Aku tak melanjutkan percakapan. Imajinasi di dalam kepala kembali liar tak terkontrol. Terbesit pikiran-pikiran nakal meski cuma berandai-andai.
***
Sandi menghampiri meja kami bersama Pak Dadang --si gempal itu-- nutur di belakang.
"Kamu makan di sini juga, San?" tanya Agus seraya mempersilakan mereka duduk.
"Iya, Pak. Kami memang janjian di sini." jawab Sandi sambil memperkenalkan Pak Dadang padaku dan Agus.
"Oh... Bapak ini yang tadi di angkot ya?" tanya Pak Dadang padaku dengan keramahan yang nyunda banget sambil menyalami kami.
Rupanya dia masih ingat, apalagi tadi sempat betatapan mata. Hidup memang kadang kayak sinetron ya, suka ada alur yang tak terduga, dengan benang merah itu-itu juga.
"Betul... jadi Bapak yang nanti mau mijetin Pak Agus ya?" tanyaku.
"Iya Pak" sambar Sandi.
"Ya sudah, biar gak kemaleman, sekarang kita balik ke hotel. Udah pada selesai kan makannya?Saya order dulu GowCar!" pungkas Agus.
"Iya, Pak" jawab Sandi dan Pak Dadang hampir berbarengan.
***
Singkat cerita, mobil yang kami tumpangi akhirnya sampai di penginapan, tapi tidak masuk ke parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Out of Town
Romance🔞 Gara-gara traveling buat sekedar escape, semuanya terkuak. Kami sama-sama sudah menikah dan pernah menikah. Tapi 'kejadian itu' tak dapat dielakkan. Tidak hanya dengan rekan kantorku ini, muncul sosok lain yang tak pernah kuduga sebelumnya.