"Pak Dadang mau istirahat dulu?" tanyaku setelah bersalaman.
"Enggak usah, Pak. Langsung saja. Biar cepat selesainya."
"Oke kalau begitu. Tunggu sebentar, ya, Pak," ujarku sambil mencari keberadaan Pak Sasongko.
Ternyata Pak Sasongko sedang mengenakan baju handuk berwarna putih yang diambilkan oleh Helmy dari lemari. Aku tidak sadar kalau Helmy sudah berpindah tempat dari meja kerja ke lemari yang berada di dekat tempat tidur.Selesai mengikatkan tali, dari balik baju handuk itu Pak Sasongko menurunkan handuk yang masih melilit pinggang. Kulihat Helmy mengangsurkan celana dalam berwarna hitam untuk dipakai.Pak Sasongko segera mengambil dalaman lalu memakainya dengan membelakangi Helmy.
Merasa tak ada lagi yang dibutuhkan Pak Sasongko, Helmy kembali ke meja kerja. Beberapa saat, Pak Sasongko terlihat sibuk mengenakan dalaman guna menutupi benda pusakanya.Helmy benar-benar asisten Pak Sasongko yang sejati. Kalau aku yang berada diposisi Helmy, mungkin aku tidak sanggup sedetail dia. Menyiapkan baju handuk sampai celana dalam, dan kalau Pak Sasongko mau berpergian pasti persiapannya bakal lebih banyak lagi.Walaupun begitu, kesan yang kutangkap adalah Helmy begitu menikmati pekerjaannya. Barangkali karena sudah begitu dekat dengan Pak Sasongko, sikapnya menjadi posesif dan langsung menunjukkan rasa tidak senang jika ada orang selain dia yang mengambil alih tugasnya dalam mengurus Pak Sasongko.
Tiba-tiba ada rasa minder dalam diriku terhadap Helmy. Jika aku ditakdirkan menggantikan posisi Helmy, apakah aku bisa secekatan dia? Apakah aku bisa menggeser sosoknya yang sangat diandalkan Pak Sasongko?Aku rasa Helmy tak akan terganti bagi Pak Sasongko. Karena itulah aku tiba-tiba menjadi tidak percaya diri begini. Apalagi mengingat kejadian barusan yang membuat track record-ku di mata Pak Sasongko menjadi buruk. Mengingat itu aku hanya bisa pasrah. Belum juga menjadi asisten, tapi aku sudah membuat Pak Sasongko kesal ketika membawanya ke kamar mandi.
Lamunanku buyar melihat Pak Sasongko yang sudah berdiri di dekat sofa lalu menyalami Pak Dadang. Begitu melihat dua lelaki berumur setengah abad ini secara berdekatan, ada perbedaan kulit yang mencolok di antara mereka. Pak Dadang berkulit coklat kegelap-kegelapan, sedangkan Pak Sasongko berkulit putih kebule-bulean.Aku membayangkan jika dua orang ini saling berhimpitan dengan maksud melabuhkan hasrat, tentu akan tercipta sebuah pemandangan dengan perpaduan warna kulit yang begitu kontras. Sepertinya tidak akan jauh beda dengan menyaksikan bule berkulit putih dan bule negro sedang bercinta, hanya saja kalau yang ini bule rasa lokal.
"Punten, dengan Pak Dadang, ya?" Pak Sasongko membuka percakapan.
Pak Dadang mengangguk dan tersenyum ramah. Matanya membalas menatap Pak Sasongko sesaat. Setelah itu, ia melepas pandang ke arah sudut-sudut kamar. Meski kurasa itu kurang sopan dilakukan ketika ada tuan rumah, tapi aku tidak mau ambil pusing. Apa salahnya juga melihat-lihat. Toh di sini juga ada banyak kepala. Jadi tidak mungkin juga Pak Dadang berpikiran yang macam-macam.
Kulihat Agus juga tengah memperhatikan gerak-gerik Pak Dadang. Dari raut mukanya, aku dapat merasakan Agus juga kurang senang dengan mata jelalatan Pak Dadang yang berkeliaran kesana kemari. Tapi ya sudahlah, aku sudah capek dengan ke-overthinking-anku. Lebih baik aku menikmati saja pemandangan Pak Sasongko yang akan dipijat. Pasti ia akan melepas baju handuk yang membalut tubuhnya sebentar lagi.
"Ayo dimulai saja pijatnya, Pak, biar cepat kelarnya," pinta Pak Sasongko yang melihat Pak Dadang masih berdiam diri.
"Mangga, Pak. Mau dimana?" sahut Pak Dadang.
"Di atas kasur saja, Pak. Ini kasurnya sudah dialasi dengan kain kebal minyak urut. Jadi aman."
Dalam hati aku kembali mengagumi kecekatan Helmy. Pasti ia sudah mempersiapkannya waktu aku dan Pak Sasongko masih di kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Out of Town
Romance🔞 Gara-gara traveling buat sekedar escape, semuanya terkuak. Kami sama-sama sudah menikah dan pernah menikah. Tapi 'kejadian itu' tak dapat dielakkan. Tidak hanya dengan rekan kantorku ini, muncul sosok lain yang tak pernah kuduga sebelumnya.