DIFFERENT'12

3.4K 216 5
                                    

Jessi tergeltak lemah di atas ranjang rumah sakit. Perempuan itu baru saja melakukan cuci darah. Wajahnya tampak pucat, di samping Jessi ada Cris yang menemaninya.

"Mungkin untuk sementara waktu, yang bisa di lakukan oleh Jessi hanya cuci darah. Karna ginjalnya benar benar sudah tidak berfungsi." jelas dokter.

Cris menatap Jessi, perempuan berwajah pucat itu hanya diam dengan pandangan mata yang nanar. Cris tahu, Jessi tidak mau jika terus menerus harus cuci darah. "Memangnya, di rumah sakit ini tidak di sediakan Ginjal dok?" tanya Cris, berharap kepada Dokter.

Doktor Chiko mengelengkan kepalanya. "Sangat sulit, apa lagi golongan Darah Jessi sangat langka. Tapi golongan darah Jessi sama dengan Hirosi." kata Dokter Chiko.

Jessi dan Cris saling pandang.

****

"Apa!? Mendonorkan satu ginjal saya untuk kamu?" tanya Tuan Hirosi, seraya menatap Jessi.

Jessi menunduk, ia tahu tuan Hirosi pasti tidak mau mendonorkan satu ginjalnya untuknya." Kamu pikir saya mau?" kata tuan Hirosi dengan nada mengejeknya.

Jessi semakin menundukan wajahnya. Tidak kuat, karna air matanya segera turun. "Pi-"

"Diam kamu Cris!" seru tuan Hirosi kepada Cris, yang membuat Cris sontak Cris terdiam.

"Dengar Jess, kamu memang anak saya. Benar adanya, lebih tepatnya anak yang tidak pernah saya harapkan." ucap Tuan Hirosi. Jessi menangis.

"Kamu tahu kenapa saya bilang seperti itu?" Tuan Hirosi menatap tajam Jessi.

"Karna ibu kamu itu! Hampir saja membuat saya bercerai dengan istri saya. Syukur! Ibu kamu itu benar-benar mati. Tapi kenapa kamu tidak ikut mati sekalian?" terang Tuan Hirosi dengan wajah angkuhnya.

Hati Jessi sakit, di katai seperti itu oleh tuan Hirosi, Ayah kandungnya.
"Ingat sekali lagi Jessi, saya tidak akan perduli. Jika kamu mati sekali pun." ujar Tuan Hirosi.

"Doni siapkan penerbangang sekarang. Menganggu waktu ku saja!" kata Tuan Hirosi lalu pergi dari hadapan Jessi dan juga Cris.

Tangis Jessi pecah, begitu Tuan Hirosi dan beberapa bodyguartnya pergi meninggalkan mereka. Cris segera memeluk Jessi untuk menenangkan adiknya itu.

"Jess."

"Udah Kak, gue bilang apa. Papi nggk mungkin gitu aja ngasih ginjalnya ke gue. Bahkan dia nggk perduli kak? Kalau gue mati sekali pun." teriak Jessi di depan Cris.

Cris tahu, kata-kata tadi sangat menyakiti hati Jessi. Jessi menghapus air matanya kasar. "Nggk ada gunanya gue buat hidup kak. Tinggal tunggu aja kapan tuhan cabut nyawa gue." lirih Jessi.

"Jess lo nggk boleh ngomong gitu, gue akan berusaha cari donor ginjal buat lo." ucap Cris.

"Nggk perlu kak, nggk ada gunanya juga." balas Jessi perempuan itu berdiri, lalu berjalan menuju kamarnya.

Sementara itu, Milly membekap mulutnya. Ketika menyaksikan adegan tadi. Milly baru tahu, bahwa Jessi bukanlah kakak kandungnya. Milly menghapus sisa air matanya. Semoga, satu ginjalnya dapat menolong Jessi.

****

"Jadi bagaimana Dok? Apa ginjal Milly cocok dengan Kak Jessi?" tanya Milly kepada dokter Chiko.

Dokter Chiko menatap kertas di depannya, lalu menatap Milly. "Dok?" tanya Milly.

"Iya, ginjal kamu cocok." jawab Dokter Chiko akhirnya, Milly tersenyum.

"Milly, apa kamu yakin kan mendonorkan ginjal kamu pada Jessi?" tanya Dokter Chiko.

"Kamu tahu kan, tidak mudah hidup dengan satu ginjal." sambung Dokter Chiko.

"Milly yakin 100% kok Dok. Milly juga tahu, kosekuensinya apa. Tapi, bagi Milly sekarang kesehatan Kak Jessi lebih dari apa pun. Kak Jessi aja berani ngasih apa pun buat Milly. Masa Milly nggk bisa cuma ngasih satu ginjal Milly. Toh juga dengan satu ginjal Milly bisa tetap hidup." terang Milly sembari tersenyum di akhir kalimatnya.

"Tapi, bagamana dengan orang tua kamu? Apa mereka mengetahuinya?" tanya dokter Chiko, Milly mengelengkan kepalanya.

"Maka dari itu, Milly minta sama dokter Chiko untuk tidak memberi tahu siapa pun. Papi, Mami, Kak Jessi atau Kak Cris sekali pun." kata Milly.

Dokter Chiko menghela nafas beratnya. Ia tahu betul, peran Jessi di keluarga Hirosi. "Saya tidak bisa Milly, apa lagi nanti jika Papi mu tahu masalah ini." ujar Dokter Chiko, membuat senyum Jessi yang semula terbit menjadi pudar.

"Dokter, Papi nggk akan tahu jika tidak ada yang memberi tahu." balas Milly.

"Hanya kita dokter yang tahu. Nggk ada yang lain. Kalau hanya kita yang tahu, kecil kemungkinan Papi akan mengetahuinya." sambung Milly membuat dokter Chiko semakin pusing.

Suasana Hening seketika, hanya suara jarum jam yang berputar.
"Baiklah, kalau itu kemauan kamu." ujar Dokter Chiko akhirnya.

Milly tersenyum, "sebelum kamu pulang. Kamu tanda tangan di sini terlebih dahulu." ucap dokter Chiko memberikan secarik kertas kepada Milly.

Milly menandatangani kertas itu, "terimakasih dokter, nanti kabari Milly lagi." ucap Milly menjabat tangan Dokter Chiko.

Milly pergi dari ruangan dokter Chiko. Dokter Chiko menatap keperguan Milly, "kamu sangat mirip sekali dengan Aiko, Mil." lirih dokter Chiko seraya tersenyum.

***

Hari ini, hari dimana Milly akan mendonorkan ginjalnya untuk Jessi. Milly sudah siap, sementara di ruangan lain, Jessi tersenyum senang.

"Kak, kira kira siapa ya? Orang baik hati yang mau donorkan ginjalnya buta gue?" tanya Jessi kepada Cris.

Cris tersenyum mengusap kening Jessi. "Yang pasti orang yang sangat sangat baik." jawab Cris.

"Sayang benget, dia nggk mau di temuin." keluh Jessi.

"Siapa pun itu, semoga orang yang mendonorkan ginjalnya untuk kamu. Selalu di lingkupi ke bahagian hidupunya." ujar Cris, Jessi mengangguk.

Dokter Chiko datang, "dok emang Jessi nggk boleh tahu, siapa pendonor Jessi?" tanya Jessi kepada dokter Chiko.

"Maaf Jessi, ini menyangkut privasi orang tersebut." jawab Dokter Chiko, Jessi mendesah kecewa.

"Ayo, kita akan masuk kedalam ruang oprasi. Jangan lupa berdoa Jessi." kata Dokter Chiko Jessi pun mulai berdoa.

Sebelum masuk kedalam ruang oprasi, Cris mengecup kening Jessi. "Terimakasih Kak." ucap Jessi tersenyum tulus kepada Cris.

Cris membalas senyuman Jessi, lalu beberapa orang suster mendorong brankar tersebut. Jessi memasuki ruang oprasi, terlihat seorang perempuan dengan baju seragam pasien berwarna hijau membelakanginya.

"Mbak, yang mendonorkan ginjalnya untuk saya ya?" tanya Jessi, perempuan itu mengangguk.

Jessi tersenyum, "terimamasih Mbak. Boleh Mbak berbalik sebentar." ujar Jessi, perempuan itu mengeleng.

Jessi merasa aneh. Tapi apa pun itu, Jessi sangat berterimakasih kepada perempuan di sebelahnya itu.

●●●

VOTE + COMMENT
SEMAKIN BANYAK COMMENT
SEMAKIN CEPAT UPDATE.

FOLLOW IG AKU
@mya.ng04

FOLLOW WATTPAD AKU

MAAF KUEN TYPO!

MAYANG😎
20 NOVEMBER 2019
❤❤❤❤❤

DIFFERENT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang