DIFFERENT'16

3.7K 218 6
                                    

Suara gemuruh air sungai bisa di dengar oleh Milly. Hembusan angin malam bisa di rasakan oleh tubuhnya. Milly menatap aliran sungai di depannya. Menatap lurus, dengan air mata yang terus mengalir.

"Mungkin benar, aku harus pergi. Kasihan Mami dan Papi harus menahan malu, karna memiliki anak seperti aku." keluh Milly menatap aliran sungai yang begitu deras.

Milly mengusap perutnya yang rata. "Maaf, karna aku membawa kamu untuk pergi bersamaku." lirih Milly mengusap perutnya yang rata.

"Bukan salahmu, tapi lelaki bajingan itu yang salah." sorot mata Milly menajam begitu mengingat sosok lelaki itu.

"Maafkan aku..." lirih Milly sekali lagi.

Langkah ringan kakinya sedikit mendekat pada ujung jembatan. Angin menyapu begitu lembut wajah pucat serta mata pandanya. Milly melebarkan tangannya, membuat angin menerbangkan cardigan yang ia kenakan.

Milly akan segera menjatuhkan tubuhnya pada air yang masih mengalir deras di bawah sana. "Mami, Papi maafkan Milly."

Hap...

Tubuh Milly di peluk dari belakang oleh seseorang. "LEPAS!" seru Milly mencoba melepaskan pelukan seseorang itu.

"Milly apa yang akan kamu lakukan," suara lembut itu membuat Milly semakin meronta-ronta.

"Lepas Dai!" seru Milly lagi.

"Nggk Mil, apa-apaan kamu ini." bantah Badai mengeratkan pelukannya.

"Hiks....hiks...."

"Dai lepas," ujar Milly mencoba melepaskan tangan Badai yang melingkar pada perutnya.

Badai berjalan mundur, lelaki itu masih memeluk Milly dari belakang. Ia membawa Milly menjauh dari ujung jembatan.

Milly menangis di depan Badai. Badai memeluk tubuh Milly. "Aku di sini," ucap Badai mengeratkan pelukannya.

Milly membalas pelukan hangat Badai. Meluapkan semua kesedihannya. Mereka berpelukan cukup lama, apa lagi Milly yang benar-benar menangis dalam dekapan Badai.

***

Badai memberikan secangkir coklat panas kepada Milly. Lelaki itu duduk berdua di teras kost-an milik Badai. "Mill, kamu minum dulu ya." kata Badai memberikan secangkir coklat panas itu.

Milly menerimanya, namun perempuan berwajah pucat itu enggan menatap Badai. Dinginnya angin malam membuat Milly mengeratkan cardigan yang ia kenakan.

Badai tahu, Cardigan tipis yang di gunakan Milly tidak mampu untuk membungkus tubuh Milly. Lelaki itu pun inisiatif untuk memberikan kemejanya kepada Milly.

"Dai, kamu pergi dari kehidupan aku." tolak Milly begitu Badai ingin memakaikan kemeja pada tubuh Milly.

"Mill-"

"Aku nggk pantas buat kamu Dai, harusnya kamu ngerti. Kamu masih bisa dapat perempuan yang lebih dari aku." ujar Milly panjang lebar.

"Kalau yang aku mau itu jamu gimana? Salah?"

Badai memegang kedua bahu Milly. Membuat Milly menatap kearah Badai. "Aku cinta kamu Mill, dan yang aku mau cuma kamu." ucap Badai bersungguh-sungguh.

Milly menatap kedua mata milik Badai, mencari kebohongan dalam mata Badai. Tapi hasilnya nihil, Milly sama sekali tidak menemukan kebohongan dalam mata Badai. Malah hal yang di rasakan oleh Milly adalah sesuatu yang sangat nyaman.

Milly tersenyum, namun sedetik kemudian perempuan itu menggelengkan kepalanya.

"Enggk Dai, aku nggk pantes buat kamu. Kamu lelaki baik-baik nggk pantes buat aku. Masih banyak perempuan di luar sana yang lebih pantes buat kamu. Dan perempuan itu bukan aku." kata Milly menatap kedua mata Badai.

DIFFERENT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang