"Haduh, Audy kenapa nangis. Anak Bunda kenapa?" ucap Milly panik. Kemudian ia menggendong Audy.
"Anak pinter, anak cantik jangan nangis lagi, ya," ucap Milly. Audy berhenti menangis.
Milly menggendong Audy lalu melanjutkan memasaknya. Saat sedang sibuk. Audy kembali menangis. "Kenapa lagi, nak?" ucap Milly lembut penuh dengan kesabaran.
"Oe... Oe....... Oe....."
Milly bingung. Ia bertambah panik. Yang menjadi fokusnya sekarang adalah Audy. Bukan masakan yang ada di tungku api. Tangisan Audy semakin pecah. Milly bingung, Milly panik.
"Nak, bunda harus bagaimana?" ucap Milly yang ikut menangis juga. Kedua anak dan ibu itu menangis bersama.
"Assalamualaikum," ucap seseorang. Milly segera menghapus air matanya. Dan berjalan ke arah pintu belakang.
"Astagfirullah, Milly. Kamu kenapa? Audy juga kenapa?" tanya Badai menatap istri dan anaknya yang tengah menangis.
"Sedari tadi Audy menangis. Aku gak tau kenapa, Dai. Aku bingung, dan ikut menangis juga," ucap Milly panik.
"Coba biar aku yang liat." Badai mengambil Audy dalam gendongan Milly.
"Dia kenapa,Dai? Aku salah gendong dia? Terus dia kesakitan? Atau gimana?" ucap Milly menangis. "Kalau memang begitu, aku bukan ibu yang baik."
"Stttt.... " Badai menenangkan Milly. Lelaki itu tersenyum. "Dia hanya pipis, gak kenapa-napa," ucap Badai. Milly berhenti menangis dan menatap Badai.
"Benar?" ucap Milly memastikan.
"Iya sayang. Dia hanya pipis, dan pengen di ganti popoknya," ucap Badai. Tanpa banyak kata lagi. Milly berjalan kearah kamar dan mengambil popok ganti untuk Audy.
"Biar aku gantiin," ucap Milly. Badai memberikan Audy kepada Milly. Lelaki itu memperhatikan setiap gerakan Milly yang sedang mengganti popok Audy.
Badai tersenyum. Memang butuh satu minggu untuk Badai mengajari semua hal kepada Milly. Mulai dari menggendong Audy, memandikan, mengganti popok, memberi asi, dan semua hal yang berkaitan dengan bayi.
"Udah selsai," ucap Milly tersenyum ceria, ketika melihat Audy yang sudah tenang, tidak menangis.
Badai mengacak-acak Puncak kepala Milly sayang. Lalu mengecup kening istrinya. "Jangan nangis lagi. Gak baik," ucap Badai lembut.
"Tadi panik. Takut dia kenapa-napa," jawab Milly melirik Audy. "Aku sayang banget sama Audy Dai," sambung Milly.
Badai mengambil langkah dan duduk di sebelah Milly. "Sama. Aku juga sayang banget sama Audy. Apa lagi sama Bundanya,"ucap Badai.
Kedua pipi Milly bersemu merah. Perempuan itu tengah menahan malu. "Ihhh, bisa aja," ucap Milly malu-malu.
Badai hanya tersenyum dan memeluk istri dan anaknya. "Aduh, aku lupa Dai. Belum masak. Sementara kamu udah pulang," ucap Milly.
Badai masih santai saja. "Udah gak pa-pa. Nanti kita masak sama-sama."
****
"Ini benar rumah Milly, mas?" ucap Tyas kepada Damar.
"Dari informasi yang aku dapat gitu. Ini rumah perempuan itu," balas Damar. Iring-iringan beberapa mobil itu berhenti di depan sebuah pagar rumah megah.
Tiga mobil sedan. Satu mobil yang di tumpangi Tyas dan Damar. Lainnya mobil para bodyguard mereka. Nampak juga,gerbang rumah mewah itu di jaga ketat oleh beberapa orang berbaju hitam.
"Seto,kamu keluar. Bilang kita mau bertamu baik-baik. Kepada mereka," perintah Damar. Lelaki bernama Seto tersebut keluar dari mobil.
"Mas keluar Milly menerima kita dengan baik, gak ya?" ucap Tyas ketar-ketir.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT ✔
Short StorySeperti Hal nya Laut Mediterania, dan Laut Atlantik dua air Laut di Teluk Alska yang tak pernah bisa menyatu. Layak nya Katerdal dan Istiqal, hanya mampu bersebrangan tanpa bisa bersatu. Lalu bagaaimana dengan kita? Kita yang berbeda? WARNING!!⚠⚠ C...