Milly menatap sebuah rumah yang tidak terlalu besar di depannya. Rumah itu sangat sederhana. Dengan dinding bambu, serta atap rumah yang terbuat dari daun kelapa. Milly menarik sedikit sudut bibirnya. Lalu mengenggam tangan Badai. Keduanya saling tatap lalu melangkah masuk kedalam rumah tersebut.
Milly menengok menatap kedalam rumah. Untuk melihat kondisi rumah. "Maaf ya, Mill. Aku cuma bisa kasih gubuk ini buat kamu. Buat tempat tinggal kita nanti," ucap Badai.
Milly tersenyum. Ia mengambil tangan Badai lalu menggenggamnya erat. "Aku gak masalah. Yang penting bisa selalu sama kamu, Dai... " balas Milly.
Badai memeluk Milly. Keduanya larut dalam pelukan hangat mereka. "Nanti kamu tinggal di sini. Dan aku akan tinggal di rumah teman aku. Lusa kita nikah," ucap Badai.
Milly mengangguk. Ia mengerti apa yang di katakan oleh Badai.
"Mill, kamu siap 'kan? Untuk masuk islam?" tanya Badai."Dai, aku udah siap. Dan aku tekat aku udah bulat buat masuk islam," ucap Milly penuh keyakinan.
Badai tersenyum lelaki itu mengambil sesuatu di dalam tasnya. Sebuah pasminah berwarna putih yang ia beli sebelum berangkat tadi. Badai memakaikan pasminah itu kepada Milly. Badai tersenyum, melihat Milly yang tampak cantik. Sangat cantik, di tambah dengan Milly yang menggunakan pasminah tersebut.
"Kamu cantik.... " ucap Badai. Milly menunduk
malu."Nanti di pakai, ya?" ucap Badai.
"Pasti." ucap Milly penuh keyakinan.
Keduanya berbalas senyum. "Mau masuk?" tawar Badai.
Milly mengangguk antusias. Lalu mereka masuk kedalam rumah tersebut. "Ini rumah kita. Aku selalu berharap, walaupun hanya dengan rumah sederhana ini. Kita bisa hidup bahagia," ucap Badai.
Milly mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah. Untuk menatap keadaan rumah. Di sebelah kanannya ada sebuah jendela besar. Membuatnya berjalan kearah jendela tersebut. Milly tersenyum, begitu melihat hamparan sawah yang menyejukkan mata. Serta semilir angin yang menerbangkan setiap helai rambut dan juga pasminah miliknya.
Badai tersenyum. Melihat Milly yang sepertinya sangat menyukai tempat tinggal barunya. Badai pun melangkah berjalan kearah Milly. "Kamu suka?" tanya Badai.
Milly menatap Badai, seraya tersenyum. "Suka. sangat suka," ucap Milly. Tiba-tiba tanpa di duga, Milly memeluk tubuh Badai.
"Terima kasih Dai, berkat kamu..... Aku jadi tau, bagaimana rasanya bahagia," ucap Milly masih dengan memeluk Badai erat.
Badai membalas pelukkan Milly. Mengecup beberapa kali puncak kepala Millya. "Aku yang harusnya berterima kasih sama kamu. Kamu mau mengorbankan semuanya untuk hidup sama aku," ucap Badai.
Milly menggelengkan kepalanya. "Tidak Dai. Kamu yang mau munggut sampah kayak aku," balas Milly.
Milly menangis, ia merasa tidak cocok untuk Badai. "Mill... " panggil Badai seraya memegang kedua bahu Milly.
"Dengar aku. Kamu bukan sampah, kamu berlian. Berlian buat aku, kamu sangat berharga buat aku... " ucap Badai seraya menatap kedua mata Milly.
Tangisan Milly tumapah. "Hiks.... Hiks..... Hiks..... Kamu lelaki baik Dai. Gak seharusnya kamu dapat perempuan kayak aku..." lirih Milly di sela isak tangisnya.
Sekali lagi, Badai menggelengkan kepalanya. "Kamu berharga buat aku...." balas Badai.
"Dai... Jangan pergi..... "
****
"Hahahaha.... Aku yakin pasti Milly udah mati.... " ucap Jessi kepada Nathan.
Nathan terdiam melamun. "Dan kita akan hidup bahagia Nath, kita akan menikah..... Hahahaha..... " ucap Jessi lagi. Kali ini dengan tawa yang lebih kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT ✔
Short StorySeperti Hal nya Laut Mediterania, dan Laut Atlantik dua air Laut di Teluk Alska yang tak pernah bisa menyatu. Layak nya Katerdal dan Istiqal, hanya mampu bersebrangan tanpa bisa bersatu. Lalu bagaaimana dengan kita? Kita yang berbeda? WARNING!!⚠⚠ C...