DIFFEREN 34

1.4K 163 5
                                    

Nathan tersenyum, ketika ia berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan. Saat ini, ia berada di sebuah halaman rumah seseorang. Ia pun berjalan menuju pintu utama. Lalu mengetuknya.

Tok.... Tok.... Tok....

Tidak lama setelah itu, seorang perempuan membukakan pintu. Perempuan itu menaikkan satu alisnya.

"Rupanya, kamu sangat pandai. Untuk menemukan persembunyian, ku," ucap perempuan itu.

Nathan menarik sudut bibirnya. "Lo gak kangen sama gue?" ucapnya.

Jessi tertawa, "Aku benci kamu, Nath!" serunya.

Nathan masih stay cool, lelaki itu memasukkan satu tangannya di saku celananya. "Boleh gue masuk? Gak enak berdiri," ucap Nathan.

Jessi diam tidak merespon Nathan.

Nathan menunduk, lalu mencium bibir Jessi. Melumatinya dengan lembut, hal itu membuat Jessi terhanyut dalam ciuman Nathan.

"I miss you honey," bisik Nathan.

Jessi menarik ujung bibirnya. Lalu mendorong kuat bahu Nathan ketika lelaki itu hendak mencium bibirnya lagi.

"Pergi!" seru Jessi. Dadanya naik turun, pertanda perempuan itu sedang menahan emosinya.

"Lo harus terima kenyataan kalau yang gue cinta itu Milly bukan, lo." Jessi mendongak, menatap kearah Nathan.

"Apa lo gak bisa liat gue Nath? Gue yang udah berkorban banyak buat kita.... " ucap Jessi lirih dengan lelehan air mata.

"Lo cinta kan sama gue? Nah pasti pengen liat gue bahagia. Dan bahagia gue sama Milly, bukan sama lo," ucap Nathan penuh penekanan.

"Hahaha.... Merelakan itu bullshit! Dan gue gak akan lakuin hal itu. Ke siapa pun, termasuk ke lo sekali pun!"

"Oke, gue minta dengan baik-baik. Mana Milly? Biar gue bawa Milly pulang sama gue," ucap Nathan.

"Jangan mimpi, lo bisa bawa pulang Milly." Tepat saat mengucapkan kalimat itu, beberapa orang berbadan tegap, dengan seragam hitam menyerang Nathan.

Perkelahian terjadi, antara Nathan melawan anak buah Jessi. Jessi mengusap air matanya. Tapkala melihat Nathan yang berusaha keras melawan anak buahnya.

Jessi semakin menangis ketika ia menyadari satu hal. Bahwa, semua ini di lakukan oleh Nathan untuk Milly, demi Milly. "Kenapa? Takdir begitu jahat!" gumam Jessi.

Jessi tersenyum sinis, seraya mengusap air matanya. Perempuan itu berjalan masuk kedalam rumahnya. Mengambil kunci rahasia. Lalu membuka ruangan. Tempat di mana ia menyekap Milly.

Pintu terbuka, menampilkan Milly yang tengah menangis.

"Waktu lo habis, gue udah pengen banget habisin lo," ucap Jessi. Perempuan itu mengacungkan pisau buah kearah Milly. Entah sejak kapan ia mendapatkan pisau tersebut.

"Kak.... Jangan... " ucap Milly terbata, dengan suara sendunya.

"Hahaha.... Gue udah bilang, mau lo nangis darah atau sampa sujud di kaki gue. Lo gak akan gue maafin," ucap Jessi.

Jessi melangkah, memperpendek jaraknya dengan Milly. Sedangkan Milly sudah tidak mampu berkutik lagi.

"Dari dulu, gue iri sama kecantikan lo, seru kali ya, kalau gue gambar sesuatu di pipi lo," ucap Jessi.

"Hiks.... Jangan, kak.... Milly adik kakak.... " ucap Milly masih memohon.

"Lo bukan adik gue! Kalau lo adik gue, lo Gak akan rebut semuanya dari gue Milly!" teriak Jessi di depan wajah Milly.

DIFFERENT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang