Jessi terus berlari. Perempuan berbadan dua itu mencari tempat bersembunyi. Demi Tuhan, Jessi tidak ingin anak dalam kandungannya di gugurkan. Ia ingin merawat janinnya. "Mami gak akan bisa gugurin anak gue," ucap Jessi seraya mengusap bulir keringat yang ada di keningnya.
Kakinya melangkah lagi. Mencari tempat untuk bersembunyi. Jessi menatap gerobak usang di depannya. Ide muncul di dalam otaknya. Ia pun berjalan ke arah gerobak tersebut, dan bersembunyi di dalam gerobak.
"Kau aman bersamaku. Aku tidak akan membunuhmu," ucap Jessi mengusap perut buncitnya.
"Jessi... Dimana kamu! " teriak Mami Jessi, Jenni. Jessi membekap mulutnya sendiri. Ia takut Jenni akan menemukannya.
"Jessi! Keluar! " teriak sang Mama. Jessi masih membekap mulutnya seraya menahan tangis.
"Sial! Kemana anak itu!" gumam Jenni, wanita paruh baya itu pun, melenggang pergi. Jessi mengintip, di sela-sela gerobak. Jessi menghembuskan nafas lega. Begitu melihat sosok Maminya sudah pergi. Perempuan itu pun, keluar dari tempat persembunyiannya.
Jessi tersenyum seraya mengusap perut buncitnya. Namun, tanpa Jessi ketahui Jenni sudah berdiri di belakang Jessi.
"Kau memang tidak akan bisa kabur dari Mami." Jessi tersentak kaget. Perempuan itu menengok ke sumber suara.
"Ma... Mi? " ucap Jessi tergagu.
Jenni tersenyum iblis. Wanita paruh baya itu melebarkan langkahnya mendekat kearah Jessi. Sementara Jessi berjalan mundur ke belakang. "Mi... Jessi gak mau," ucap Jessi lirih.
"Harus mau. Ingat Jess, janin itu aib!" seru Jenni menatap tajam Jessi. Jessi menggelengkan kepalanya.
"Gak Mi! Dia sama sekali gak bersalah," kilah Jessi masih terus mundur ke belakang.
Jenni terus maju ke depan. "Ayolah. Mami tau, setelah ini kamu akan menikah. Dan kamu akan punya anak lagi. Bukan janin sialan itu!" ucap Jenni.
"Gak! Jessi gak mau... Arhgggg...." Jessi berteriak. Begitu kakinya tidak sengaja menginjak sebuah batu. Hal itu membuat Jessi jatuh terduduk.
"Arhgggg... Mi, sakit... " rintih Jessi mengusap perutnya.
"Lihatlah Jess, dia sendiri yang ingin keluar dari rahim mu," ucap Jenni seraya berjongkok.
"Mi... Sakit, " lagi. Jessi merintih menahan sakit.
"Bersiaplah, kamu akan kehilangan janin sialan itu!" ucap Jenni tersenyum mengerikan.
***
"Audy lucu banget, ya, Mil," ucap Badai yang tengah mengendong bayinya.
"Iya. Dia cantik banget Dai," ucap Milly menatap lekat Audy.
Badai tersenyum dengan penuturan istrinya tersebut. "Jelaslah. Kan Bundanya cantik," balas Badai. Kedua pipi Milly bersemu merah, ia sedang menahan rasa malu di dirinya.
"Lihatlah nak, bunda kamu malu-malu," ucap Badai menggoda Milly. Membuat Milly semakin salah tingkah.
"Ihhh, apaan sih Dai," ucap Milly menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Tuh kan. Malu-malu." Badai berjalan kearah Milly. Sembari membawa Audy yang berada dalam dekapannya.
Milly mengigit bibir bawahnya. Ketika Badai berusaha untuk membuka wajah Milly. "Ihh, malu!" seru Milly.
"Kenapa malu?" ucap Badai. Milly terdiam menatap suaminya. "Malu dengan suami?" ucap Badai.
Milly tidak menjawab. Perempuan itu malam mengigit bibir bawahnya. "Hey, kenapa malu? Aku suami kamu," ucap Badai menatap Milly.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT ✔
Krótkie OpowiadaniaSeperti Hal nya Laut Mediterania, dan Laut Atlantik dua air Laut di Teluk Alska yang tak pernah bisa menyatu. Layak nya Katerdal dan Istiqal, hanya mampu bersebrangan tanpa bisa bersatu. Lalu bagaaimana dengan kita? Kita yang berbeda? WARNING!!⚠⚠ C...